Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terpangkasnya produksi minyak di Arab Saudi akibat serangan drone, dinilai tak mampu menahan harga minyak berada di level tinggi untuk waktu yang lama. Bahkan, muncul kecurigaan bahwa kecelakaan di kilang minyak Aramco memiliki unsur geopolitik untuk menjaga harga minyak tak jatuh terlalu dalam.
Asal tahu saja, pada Sabtu (14/9) kilang minyak Saudi Aramco diserang 10 drone. Akibatnya, dua kilang minyak terbakar dan menyebabkan produksi minyak di Arab Saudi anjlok 5,7 juta barel per hari atau sekitar 50% dari total produksi Negeri Raja Minyak tersebut.
"Geopolitical event Aramco ini bisa memicu harga naik tembus US$ 60 per barel, di jangka pendek. Tapi enggak akan lama, harga akan masuk lagi ke area US$ 50 per barel-US$ 60 per barel untuk jangka menengah," ungkap Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono kepada Kontan.co.id, Minggu (15/9).
Baca Juga: Pasca serangan drone, bursa Arab Saudi dan Teluk ikut 'terbakar'
Wahyu tak menampik bahwa terbakarnya kilang di Saudi Aramco bakal memberikan dampak, apalagi jika berkaitan dengan Saudi. Arab Saudi memiliki major solo produser, Aramco, dengan wilayah kilang dan jalur transportasi terpusat.
Kondisi tersebut rentan terhadap ancaman dan gangguan produksi, baik teknikal maupun geopolitik oleh teroris atau perang negara lain. Lain halnya dengan Amerika Serikat (AS) dan Rusia yang sama-sama produsen raksasa minyak. Mereka memiliki perusahaan yang relatif jamak dengan area kilang dan jalur transportasi beragam.
Dari sisi harga, Wahyu menilai kenaikan harga US$ 10 per barel masih wajar sebagai dampak dari terbakarnya kilang Aramco. Tentunya, dengan asumsi akan segera ada recovery dari produsen kilang minyak tersebut.
Baca Juga: Dana asing meninggalkan saham, pindah ke obligasi
Namun, jika kondisi berlarut maka ada potensi bagi harga minyak naik US$ 10 per barel hingga US$ 20 per barel. Bahkan, bukan tidak mungkin untuk harga minyak dunia menyentuh level US$ 100 per barel, sebagai skenario terburuk.
"Tapi ada kecurigaan ini permainan harga saat formal policy sudah tak mampu menekan harga. Aksi koboi ini dijalankan untuk keuntungan, bukan hanya politik tapi juga ekonomi," tegasnya.
Hanya saja, secara keseluruhan Wahyu optimistis dampak terbakarnya kilang minyak hanya bersifat sementara. Menurutnya, sentimen fundamental seperti supply dan demand masih menjadi penggerak utama harga minyak.
Sementara itu, belum adanya kejelasan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk pemangkasan produksi membuat volume produksi minyak dunia terus bertumbuh. Menurutnya, sikap OPEC yang tidak tegas menentukan pemangkasan produksi, dinilai karena tidak ingin kehilangan pangsa pasarnya.
Baca Juga: IHSG diprediksi masih akan melemah pada awal pekan
Apalagi selain dari produksi OPEC, suplai minyak dari AS masih bisa bertambah. Ini didukung prediksi EIA bahwa produksi minyak AS bakan naik sebesar satu juta barel per hari di tahun depan.
Untuk itu, Wahyu menilai hal yang wajar jika harga minyak sulit untuk naik. Secara tidak langsung, baik OPEC maupun AS sama-sama melakukan kompetisi untuk menguasai pasar minyak dunia. Di sisi lain, suplai masih sulit dibendung sedangkan permintaan sulit untuk diangkat.
Baca Juga: Kenaikan harga minyak akibat serangan drone di Arab hanya sementara
Dengan kejadian kilang minyak Aramco, Wahyu merekomendasikan buy on weakness saat harga mendekati level US$ 50 per barel. Untuk sepekan, pergerakan harga minyak diprediksi berada di kisaran US$ 52 per barel hingga US$ 65 per barel, dengan prediksi akhir tahun US$ 55 per barel.
Untuk perdagangan Senin (16/9) harga minyak diperkirakan bergerak pada kisaran support US$ 54,50 per barel, US$ 54 per barel dan US$ 53,50 per barel. Sedangkan untuk level resistance berada di kisaran US$ 58 per barel, US$ 59 per barel dan US$ 60 per barel.
"Harga kemungkinan masih akan naik, direkomendasikan buy temporary di jangka pendek. Tapi tidak direkomendasikan buy di atas US$ 60 per barel, lebih baik antisipasi sell in strength di atas US$ 60 per barel," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News