kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Menimbang Kinerja Emiten Anggota MIND ID pada Semester I-2025, Siapa Paling Unggul?


Minggu, 03 Agustus 2025 / 14:58 WIB
Menimbang Kinerja Emiten Anggota MIND ID pada Semester I-2025, Siapa Paling Unggul?
ILUSTRASI. Kinerja keuangan dan operasional emiten-emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID tampak bervariasi pada semester I-2025. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/08/05/2025


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan dan operasional emiten-emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID tampak bervariasi pada semester I-2025. Walau begitu, tak bisa dimungkiri bahwa fluktuasi harga komoditas berdampak signifikan bagi capaian kinerja emiten-emiten tersebut.

Salah satu emiten MIND ID, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berhasil meraih kenaikan pendapatan 4% year on year (yoy) menjadi Rp 20,45 triliun pada semester I-2025. Namun, laba bersih mereka tergerus 59,02% yoy menjadi Rp 833,04 miliar.

Tekanan harga batubara global menjadi salah satu tantangan utama bagi PTBA pada paruh pertama. Hal ini terlihat dari indeks harga batubara ICI-3 yang terkoreksi 14% secara tahunan menjadi US$ 65,15 per ton pada semester I-2025, sedangkan indeks batubara Newcastle turun 22% menjadi US$ 102,51 per ton.

Walau begitu, volume produksi batubara PTBA tumbuh 16% yoy menjadi 21,73 juta ton pada semester I-2025. Volume penjualan PTBA juga naik 8% yoy menjadi 21,62 juta ton.

Baca Juga: MIND ID Targetkan Produksi Aluminium 900.000 Ton pada Tahun 2029

Komposisi penjualan tersebut terdiri dari 54% untuk pasar domestik dan 46% untuk ekspor. Meski terjadi penurunan permintaan dari pasar ekspor utama seperti China, PTBA tetap mampu menjaga kinerja penjualan dengan memperluas jangkauan ekspor ke negara-negara seperti Bangladesh, India, Vietnam, Filipina, dan Thailand.

Corporate Secretary PTBA Niko Chandra mengatakan, pihaknya secara konsisten terus melakukan penguatan operasional. “Ke depan, perusahaan akan terus mendorong efisiensi biaya, meningkatkan kinerja aset, dan memperluas portofolio usaha yang berkelanjutan,” ujar dia dalam keterangan resmi, Jumat (1/8).

Emiten lainnya, PT Timah Tbk (TINS) mengalami penurunan pendapatan 19% yoy menjadi Rp 4,22 triliun pada semester I-2025. Laba bersih TINS juga ikut terkoreksi 30,93% yoy menjadi Rp 300,07 miliar.

Dari sisi operasional, TINS mencatat pelemahan produksi bijih timah 32% yoy menjadi 6.997 ton Sn pada semester I-2025. Hal ini disebabkan oleh belum optimalnya aktivitas penambangan di darat dan laut seiring cuaca angin utara dan angin selatan, kondisi cadangan tidak menerus (spotted), dan masih terjadinya aktivitas penambangan ilegal.

Produksi logam timah TINS juga turun 29% yoy menjadi 6.870 metrik ton pada semester I-2025. Penjualan logam timah TINS ikut berkurang 28% yoy menjadi 5.983 metrik ton pada semester I-2025.

Di sisi lain, TINS melaporkan bahwa harga jual rata-rata logam timah tercatat sebesar US$ 32.816 per metrik ton pada semester I-2025, tumbuh 8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar US$ 30.397 per metrik ton.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Timah Fina Eliani menyampaikan, TINS terus berupaya mengoptimalkan volume produksi melalui peningkatan sumber daya dan cadangan, penambahan armada produksi dan jumlah tambang, pengamanan wilayah IUP, serta transformasi proses bisnis agar dapat mencapai target sebagaimana telah ditetapkan perusahaan.

Sementara itu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) belum merilis laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, emiten ini telah melaporkan capaian kinerja operasionalnya pada paruh pertama 2025.

Di segmen emas, ANTM membukukan produksi emas sebesar 14.082 ons troi pada semester I-2025, sedikit lebih rendah dari semester I-2024 sebesar 14.146 ons troi. Walau begitu, penjualan emas ANTM pada semester I-2025 mampu melonjak 84% yoy menjadi 942.178 ons troi. Harga emas dunia yang masih berada di level tinggi sepanjang kuartal II-2025 turut mendorong tingginya minat pasar domestik terhadap emas yang diproduksi ANTM.

Sebagai respons terhadap tingginya permintaan emas di pasar domestik dan persaingan yang ketat, ANTM konsisten mengupayakan penguatan posisi pasar melalui strategi penjualan yang berfokus pada kualitas produk, keamanan, dan kemudahan akses bagi pelanggan.

“Komitmen ini memungkinkan Antam untuk mempertahankan kepercayaan konsumen sebagai merek pilihan utama dan mendukung pencapaian kinerja penjualan emas yang positif pada semester I-2025,” ungkap Manajemen ANTM dalam keterbukaan informasi, Kamis (31/7/2025).

Di segmen bijih nikel, volume produksi bijih nikel ANTM mencapai 9,10 juta wet metric ton (wet) pada semester I-2025 atau naik 117% dari periode sebelumnya. Pada semester I-2025, ANTM juga mampu menjual bijih nikel sebanyak 8,20 juta wmt, melonjak 144% yoy dibandingkan realisasi semester I-2024.

Baca Juga: Terdorong Harga Komoditas, Kinerja Emiten Grup MIND ID diproyeksikan Positif

Namun, untuk segmen feronikel, produksi ANTM di komoditas tersebut berkurang 10,84% yoy menjadi 9.067 TNi. Penjualan feronikel ANTM juga menyusut 16,03% yoy menjadi 5.763 TNi.

Beralih ke komoditas bauksit, ANTM mampu memproduksi 1,38 juta wmt bauksit pada semester I-2025 atau melonjak 155% yoy dari capaian semester I-2024. Produksi bauksit ANTM digunakan sebagai bahan baku produksi di Pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan yang dioperasikan oleh PT Indonesia Chemical Alumina (ICA) dan penjualan kepada pelanggan domestik.

ANTM turut membukukan penjualan bauksit pada semester I-2025 sebesar 1,03 juta wmt, tumbuh signifikan dibandingkan semester I-2024 yang mana ANTM tidak mencatatkan penjualan komoditas tersebut.

Analis Korean Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi mengatakan, pelemahan kinerja keuangan yang dialami oleh PTBA dan TINS dipengaruhi oleh koreksi harga komoditas dan penurunan volume penjualan, khususnya untuk produk timah. 

Di sisi lain, meski harga nikel cenderung turun, ANTM mampu mengkompensasinya dengan kenaikan volume produksi dan penjualan bijih nikel. Belum lagi, ANTM juga terbantu oleh performa segmen emas yang tumbuh signifikan.

Memasuki semester II-2025, ada kemungkinan harga emas dunia akan cenderung stabil atau kenaikannya tidak setinggi di semester sebelumnya. Namun, bukan berarti peluang ANTM untuk melanjutkan capaian positif jadi tertutup. Sebab, ada potensi harga nikel dunia mengalami pemulihan pada sisa tahun ini.

“Jika itu terjadi maka ANTM masih ada potensi kenaikan,” imbuh dia, Jumat (1/8).

Senada, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila menilai, ANTM kembali berpeluang menjadi emiten anggota MIND ID dengan kinerja paling unggul hingga akhir 2025. Hal ini seiring masih tingginya harga emas dunia dan permintaan yang tinggi pada komoditas nikel. Di sisi lain, sektor batubara masih berhadapan dengan sentimen kelebihan pasokan, sehingga kurang menguntungkan bagi PTBA.

Terlepas dari itu, keterlibatan emiten anggota MIND ID seperti ANTM, PTBA, dan TINS dalam proyek-proyek hilirisasi pertambangan akan menjadi sentimen positif bagi mereka secara jangka panjang. Selama proyek tersebut berjalan lancar, ketiga emiten ini berpotensi memperoleh nilai tambah dari produk olahan komoditas tambang.

Indy pun menyebut saham ANTM menarik untuk dipantau oleh investor dengan target harga Rp 3.500 per saham. “Hilirisasi bisa menjadi pendorong kinerja ANTM yang mana smelternya dapat menjadi akses untuk segmen industri kendaraan listrik,” kata dia, Jumat (1/8).

Wafi menilai, dalam jangka pendek, perkembangan harga komoditas tambang di pasar global masih akan menjadi sentimen utama yang memengaruhi kinerja emiten-emiten MIND ID.

Dia pun menyebut, saham ANTM, PTBA, dan TINS masih cukup menarik untuk dikoleksi oleh investor. Target harga saham ANTM ada di level Rp 3.600 per saham, PTBA di level Rp 2.900 per saham, sedangkan TINS di level Rp 1.100 per saham.

Selanjutnya: PNM Kantongi Rp 16 Triliun dari Orange Bond, Salurkan ke 15,7 Juta Perempuan

Menarik Dibaca: Waspadai Anak yang Menggunakan Chatbot AI dan Teman Virtual di Era Digital

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×