Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
Adapun laporan terkini menyampaikan adanya gencatan senjata di Timur Tengah. Kabar penangguhan waktu perang untuk beberapa waktu tersebut meredakan kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak mentah yang pada akhirnya melemahkan harga.
Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai, harga migas saat ini sebenarnya relatif mendingin akibat adanya potensi gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang diberitakan media Timur Tengah baru-baru ini. Meski, salah satu pejabat Qatar menyatakan belum ada kesepakatan gencatan senjata, namun memang sudah ada proposal yang diajukan.
“Kabar gencatan senjata tersebut menjadi sinyal adanya penurunan tensi geopolitik di Timur Tengah. Tentunya hal ini menjadi sentimen negatif dalam jangka pendek untuk harga minyak,” kata Felix kepada Kontan.co.id, Jumat (2/2).
Baca Juga: Menakar Prospek Saham MEDC, AKRA, Hingga PGAS Kala Konflik Timur Tengah Memanas
Felix turut melihat apabila koalisi tersebut sepakat untuk gencatan senjata, maka sebenarnya dapat menjadi acuan bagi OPEC+ untuk mempertahankan pemotongan produksi 1,2 juta barel per hari di kuartal I-2024. Tidak menutup kemungkinan juga organisasi negara pengekspor minyak bumi tersebut memangkas produksi lebih dalam lagi.
Oleh karena itu, Felix memperkirakan, harga minyak global kemungkinan relatif berada di level US$80 – US$ 85 per barel di tahun 2024. Sementara harga gas alam diperkirakan berada di kisaran US$2,2 -US$2,5 per mmbtu karena tingginya level cadangan gas di Eropa yang di atas 70% saat musim dingin ini dibandingkan rata-rata selama 7 tahun terakhir sekitar 35%.
Vera menambahkan, meski harga minyak mentah terus memberikan pertanda reli, namun momentumnya berkurang karena melemahnya pertumbuhan ekonomi secara mendasar. Di mana, isu pengurangan produksi OPEC+ tetap bertahan untuk menjaga harga minyak tetap bergerak. Oleh karena itu, MNC Sekuritas menyematkan peringkat Netral untuk emiten sektor migas.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Tersengat Memanasnya Konflik di Laut Merah
Risiko yang perlu diperhatikan adalah terbatasnya kontrak penjualan, pertumbuhan ekonomi yang lesu, sehingga menghambat volume penjualan minyak bumi dan juga menyeret harga jual turun lebih dalam, serta meningkatnya gesekan geopolitik yang menyebabkan volatilitas pasar dan gangguan rantai pasokan.
Di sektor migas, Vera merekomendasikan Buy untuk saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dan PT Medco Energi International Tbk (MEDC). Target harga kedua emiten tersebut dipatok sebesar Rp 1.700 per saham dan Rp 2.050 per saham.
MNC Sekuritas memproyeksi pendapatan AKRA akan bertumbuh yang didukung segmen penjualan lahan yang solid, dikala segmen minyak bumi masih stagnan karena proyeksi harga minyak mentah yang lesu pada tahun 2024. Sedangkan, MEDC dipandang menarik karena akuisisi 20% saham blok Migas di Oman yang dapat mengerek produksi dan juga berpotensi berdampak pada pemulihan laba bersih.
Baca Juga: Harga Minyak Melonjak Hampir 2% Tersulut Eskalasi Timur Tengah
Sementara itu, Felix menyukai emiten sektor migas yang berfokus untuk menjaga produktivitas minyak dan gas mereka. Dia menyarankan rekomendasi Buy untuk MEDC dengan target harga Rp 1.700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News