Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga komoditas nikel diprediksi masih akan tertekan tahun depan. Harga nikel ini turun 45,06% sejak awal tahun.
Harga nikel pengiriman tiga bulan ke depan di London Metal Exchange akhir pekan lalu berada di US$ 16.509 per metrik ton. Akhir tahun lalu, harga nikel masih berada di US$ 30.048 per metrik ton. Harga rata-rata nikel tahun ini berada di US$ 21.780,82 per metrik ton.
Harga terendah adalah US$ 16.079. Sedangkan harga tertinggi nikel tahun ini mencapai US$ 31.118 per metrik ton yang tercapai pada 3 Januari 2023.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan memproyeksi kelebihan pasokan nikel masih akan terjadi. Hal ini didorong oleh naiknya produksi nikel dari Indonesia dan beroperasinya smelter baru nikel kelas 1 baru di China.
Baca Juga: Harga Nikel Diproyeksi Masih Tertekan Tahun Depan, Ini Penyebabnya
Sehingga, di tengah melemahnya harga nikel, Hasan lebih condong pada emiten nikel yang memiliki basis pertumbuhan volume produksi, yakni PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL).
Hasan mempertahankan peringkat overweight untuk sektor tambang logam. Dia merekomendasikan buy saham MBMA dengan target harga Rp 970 per saham dan buy NCKL dengan target harga Rp 1.400 per saham.
Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario menilai, nasib nikel kemungkinan belum akan membaik tahun depan. Lantaran, prospek nikel masih dibayangi lesunya aktivitas perekonomian China dan penurunan sektor properti di negeri panda tersebut.
Alif merekomendasikan buy saham ANTM dengan target harga Rp 2.080 per saham. ANTM berpotensi mendapatkan tambahan produksi sekitar 13.000 ton feronikel pada tahun depan dari beroperasinya smelter Halmahera Timur. ANTM juga diuntungkan dengan kenaikan harga emas.
Baca Juga: Ford Motor Menyetor Modal ke Perusahaan Asosiasi Vale Indonesia (INCO)
Untuk saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), Alif merekomendasikan hold dengan target harga Rp 3.030 per saham. Kontribusi segmen nikel akan sepenuhnya mengalahkan kontribusi segmen emas dan tembaga pada tahun depan, dengan perkiraan kontribusi nikel sebesar 80% terhadap pendapatan MDKA.
Sementara itu, kinerja PT Vale Indonesia Tbk (INCO) diperkirakan tertekan harga nikel. “Sebagai pemain nikel murni, kemungkinan INCO mengalami pertumbuhan pendapatan yang lesu karena melemahnya harga nikel,” kata Alif, Jumat (22/12). Laba bersih per saham alias earnings per share (EPS) diperkirakan turun 16,7% pada 2024. Dia menyematkan buy saham INCO dengan target harga Rp 5.500 per saham.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Thomas Radityo menyematkan rekomendasi buy saham MDKA dengan target harga Rp 3.400. Prospek positif terhadap saham MDKA didukung adanya proyek-proyek tambang tembaga, proyek acid, iron, metal (AIM), proyek nikel, dan proyek emas Pani.
Thomas juga menyematkan buy saham INCO dengan target harga Rp 5.300, dan hold saham ANTM dengan target harga Rp 1.750 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News