Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten yang bergerak di sektor minyak dan gas (migas) dinilai masih punya prospek menarik seiring menghangatnya harga minyak dunia. Sebagai gambaran, sejumlah emiten migas mengalami penurunan kinerja sepanjang Sembilan bulan pertama 2023, yang salah satunya disebabkan oleh penurunan harga jual.
Namun, Analis NH Korindo Sekuritas Axell Ebenhaezer menilai, ada beberapa sentimen positif yang bisa mendorong kinerja emiten migas di kuartal IV-2023 dan awal 2024.
Selain konflik Timur-Tengah, faktor lain yang mendukung adalah suku bunga Amerika Serikat (AS), di mana The Fed memutuskan menahan suku bunga pada pekan lalu. Dalam konferensi pers, pejabat The Fed memberikan pernyataan yang bernada dovish, sebuah sentimen positif bagi harga migas.
“Ditambah lagi ada juga pemerintah China yang terus mencoba untuk mendorong perekonomiannya lewat insentif. Karena China adalah negara importir minyak terbesar di dunia, permintaan untuk komoditas ini diprediksi naik stabil di kuartal IV-2023,” kata Axell.
Membaiknya harga minyak ini akan berdampak positif bagi kinerja emiten migas, salah satunya PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Kepala riset Ciptadana Sekuritas Arief Budiman memperkirakan kinerja keuangan MEDC akan membaik di kuartal IV-2023.
Baca Juga: Intip Rekapitulasi Kinerja Emiten Migas, Mulai dari AKRA, PGAS, Hingga MEDC
Ini karena rata-rata harga minyak mentah Brent pada bulan Oktober 2023 sudah berada di level US$ 90 per barel dibandingkan dengan rata-rata pada kuartal III-2023 yang di kisaran US$ 86 per barel.
Membaiknya kinerja MEDC juga disokong oleh membaiknya kinerja anak usaha MEDC, yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), di mana produksi tembaga AMMN diproyeksi naik 112% secara kuartalan dan produksi emas diperkirakan naik 178% secara kuartalan.
MEDC juga telah menandatangani perjanjian jual beli untuk menjual 32% hak partisipasi efektifnya di Blok 12W (ChimSao), transaksi tersebut diharapkan selesai sebelum akhir tahun 2023 dan menghasilkan keuntungan atas transaksi tersebut.
Sementara untuk PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), analis Samuel Sekuritas Farras Farhan melihat adanya potensi peningkatan penjualan minyak bumi ke perusahaan pertambangan dan pabrik pengolahan alias smelter.
Harga Mean of Platts Singapore (MOPS) juga akan lebih stabil di kuartal IV-2023. MOPS adalah rata-rata dari serangkaian penilaian harga produk minyak yang berbasis di Singapura.
Asumsi tahun ini, AKRA mampu menjual 2,98 juta kilo ton bahan bakar minyak (BBM), dengan asumsi harga jual rata-rata alias ASP sebesar Rp 10.960 per liter, dan dengan asumsi harga minyak Brent sebesar US$ 85 per barel. Tahun ini, AKRA diproyeksikan membukukan pendapatan Rp 45,38 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 2,62 triliun.
Farras merekomendasikan beli saham AKRA dengan target harga Rp 1.900 per saham. “Kami meyakini, AKRA akan mempertahankan momentum pertumbuhannya dan akan mampu bertahan dalam menghadapi tantangan makro ekonomi saat ini,” terang dia.
Sementara Arief merekomendasikan buy saham dengan target harga Rp 2.100 per saham. Saham MEDC diperdagangkan dengan price to earnings (PER) dan EV/EBITDA yang menarik, masing-masing sebesar 5,7 kali dan 3,4 kali.
Daya tarik emiten migas juga datang dari aksi pembagian dividen. Untuk MEDC misalnya, emiten besutan Hilmi Panigoro ini akan membagikan dividen interim sebesar Rp 15 per saham, yang mencerminkan estimasi yield sebesar 1,3%.
“Kami memperkirakan MEDC akan membayar dividen total US$ 65 juta atau 20% dari laba 2023, yang berarti menghasilkan yield dividend sebesar 3,2%,” kata Arief.
Sementara itu, AKRA telah membagikan lebih dari 60% laba bersihnya sebagai dividen pada tahun 2023 dengan dividend yield sebesar 5%. Menurut Farras, hal ini menjadikan AKRA sebagai pilihan yang menarik untuk strategi berbasis dividen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News