kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.878   61,00   0,38%
  • IDX 7.147   -14,46   -0,20%
  • KOMPAS100 1.093   -1,18   -0,11%
  • LQ45 868   -4,12   -0,47%
  • ISSI 217   0,73   0,34%
  • IDX30 444   -2,73   -0,61%
  • IDXHIDIV20 535   -4,97   -0,92%
  • IDX80 125   -0,13   -0,10%
  • IDXV30 135   -1,16   -0,85%
  • IDXQ30 148   -1,31   -0,88%

Menakar Prospek Saham MEDC, AKRA, Hingga PGAS Kala Konflik Timur Tengah Memanas


Jumat, 19 Januari 2024 / 06:33 WIB
Menakar Prospek Saham MEDC, AKRA, Hingga PGAS Kala Konflik Timur Tengah Memanas
ILUSTRASI. Negara Timur Tengah memegang peranan penting terhadap harga komoditas energi minyak.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kawasan Timur Tengah kian memanas. Setelah genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina di jalur Gaza, kini muncul gesekan di Kawasan Laut Merah.

Seperti diketahui, konflik antara Houthi Yaman dengan Amerika Serikat (AS) dan Inggris kian memanas. Konflik ini bermula ketika kelompok Houthi menyerang kapal bantuan Israel yang bernavigasi di seputaran Laut Merah.

Akibatnya, banyak kapal angkutan yang terhalang untuk melewati jalur Laut Merah tersebut. Ini berdampak pada kenaikan tarif angkutan kapal ataupun kendala pasokan komoditas karena harus melewati rute lainnya yang lebih jauh.

Sentimen ini berdampak terhadap komoditas minyak. Negara Timur Tengah memegang peranan penting terhadap harga komoditas energi tersebut. Per Kamis (18/1), minyak mentah Brent berada di level US$ 78 per barel.

Baca Juga: Konflik Makin Panas, Minyak Mendidih

Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai, tensi geopolitik saat ini belum memiliki tanda-tanda untuk mereda. Bahkan, sempat terjadi serangan rudal balistik dari Iran ke markas Mossad di Irak.

“Hal ini tentu dikhawatirkan masih memperpanjang perang di Timur Tengah,” kata Felix kepada Kontan.co.id, Kamis (18/1). Menurut Felix, terdapat risiko keterlambatan pengiriman barang dan juga gangguan produksi di wilayah setempat apabila perang semakin meluas.

Namun, Felix menilai, sentimen utama dari harga minyak saat ini masih berasal dari pemotongan produksi oleh OPEC+. Hanya saja, patut dicermati keluarnya Angola dari aliansi tersebut berpotensi melemahkan dampak penurunan produksi dari OPEC+. Adanya aksi unjuk rasa di Libya yang menjadikan ladang minyak Sharara dengan kapasitas sekitar 300.000 barel per hari juga menjadi sentimen positif bagi harga minyak.

Dus, hemat Felix, outlook harga minyak cukup prospektif di tahun ini, yang didorong oleh pemangkasan produksi minyak OPEC+ seiring perlambatan perekonomian global dan juga eskalasi geopolitik di Timur Tengah. Felix memproyeksi harga minyak di tahun ini berada di kisaran US$ 85 per barel.

Baca Juga: Penguatan Harga CPO Diperkirakan Masih Berlanjut, Ini Pendorongnya

Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan menilai, sentimen yang bisa mempengaruhi pasar minyak adalah kemungkinan konflik yang meluas ke Selat Hormuz. Selat Hormuz sendiri merupakan sebuah wilayah jalur perairan yang sempit di perbatasan selatan Iran.

Wilayah ini dilalui oleh lebih dari 20% ekspor minyak global, atau sekitar 17 juta barel minyak melakukan perjalanan setiap harinya. Catatan dia, harga minyak dunia mengalami kenaikan dua kali lipat selama terjadinya perang Teluk karena terganggunya distribusi minyak di titik utama ini. Harga minyak akhirnya terkoreksi ketika distribusi kembali normal.

Dengan mengesampingkan risiko geopolitik dan potensi perang harga, Hasan meyakini harga minyak akan tetap berada di atas level US$ 70 barel tahun ini. Proyeksi Hasan, harga minyak akan berada di level US$ 78 per barel.

Baca Juga: UPDATE Harga Minyak Dunia Kamis (18/1): Brent ke US$78,37 dan WTI ke US$73,26

Di sektor migas, Hasan condong terhadap saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Hasan memperkirakan produksi migas MEDC akan meningkat tahun ini, yang disumbang oleh produksi dari blok yang baru diakuisisi. MEDC juga mendapat kontribusi positif dari anak usahanya, yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).

“Katalis utama MEDC adalah potensi kenaikan harga gas dari blok koridor,” kata Hasan. BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan beli saham MEDC dengan target harga Rp 1.900 per saham.

 BRI Danareksa Sekuritas juga menyematkan rating buy terhadap saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dengan target harga Rp 2.000 per saham. Volume distribusi bahan bakar minyak (BBM) AKRA diestimasi akan tumbuh sekitar 3% year-on-year (YoY) menjadi 2,8 juta liter pada tahun ini, disokong oleh segmen pertambangan di Sulawesi.

Terhadap saham saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), Hasan merekomendasikan buy dengan target harga Rp 1.650 per saham. Volume distribusi migas PGAS diyakini akan tumbuh sekitar 5% menjadi 1.000 million standard cubic feet per day (MMSCFD) tahun ini.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Tersengat Memanasnya Konflik di Laut Merah

Senada, Felix juga menilai emiten yang akan diuntungkan dari kenaikan harga minyak saat ini adalah emiten yang memiliki bisnis di hulu migas, seperti MEDC dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG). Panin Sekuritas menyematkan rekomendasi buy saham MEDC dengan target harga Rp 1.700 per saham.

Kepala Riset RHB Sekuritas Indonesia Andrey Wijaya juga menjadikan MEDC dan AKRA sebagai pilihan utama alias top picks di sektor migas. Andrey menilai, AKRA memiliki kontribusi yang stabil dari segmen distribusi BBM, yang cukup terlindungi dari fluktuasi harga energi secara keseluruhan. Hal ini karena AKRA menggunakan mekanisme pass-through dalam bisnis penyaluran BBM-nya.

Sementara di segmen hulu migas, saham MEDC menjadi pilihan utama. Prospek MEDC didukung oleh tiga faktor diantaranya upaya untuk menjaga tingkat produksi, kebijakan MEDC dalam hal deleveraging utang, hingga inisiatif diversifikasi bisnis misalnya seperti peningkatan produksi tembaga dan emas dari Amman Mineral

RHB Sekuritas merekomendasikan buy saham AKRA dengan target harga Rp 1.940 dan buy saham MEDC dengan target harga Rp 1.770 per saham. RHB Sekuritas juga memberi rekomendasi buy untuk PGAS dengan target harga Rp 2.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×