Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tekanan harga energi, prospek PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dinilai tetap solid. Efisiensi dan rencana penggunaan belanja modal untuk pengembangan produksi menjadi pendorongnya.
Senior Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menyebutkan efisiensi yang dilakukan MEDC tercermin dari rencana penerbitan Obligasi Berkelanjutan VI Medco Energi Internasional Tahap I Tahun 2025 dengan jumlah pokok Rp 1 triliun.
Dana tersebut rencananya digunakan untuk refinancing utang, termasuk pelunasan obligasi jatuh tempo.
"Langkah ini mencerminkan efisiensi dalam pengelolaan struktur modal di tengah tekanan harga energi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (22/4).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Medco (MEDC) di Tengah Tekanan Harga Minyak Global
Selain itu, rencana penggunaan belanja modal atawa capital expenditure (capex) MEDC di 2025 ini dipandang juga sebagai langkah yang positif untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi, serta efisiensi operasional.
Dengan demikian, diharapkan dapat mendukung kinerja perseroan meskipun harga energi sedang lesu.
Meski begitu, Sukarno tak menampik potensi penurunan rata-rata harga jual migas MEDC dengan tekanan harga energi saat ini.
"Namun, kontribusi dari segmen gas dan diversifikasi portofolio energi dapat membantu MEDC mengurangi dampak negatif dari penurunan harga minyak," lanjutnya.
Ia pun sejalan dengan konsensus Bloomberg, yang mana pendapatan MEDC diperkirakan sebesar US$ 2,21 juta atau turun 8% secara tahunan (yoy). Lalu laba bersih turun 4% yoy menjadi US$ 324 juta.
Analis Panin Sekuritas, Andhika Audrey melanjutkan bahwa fundamental operasional MEDC masih kuat, terutama didukung oleh kontribusi signifikan dari entitas asosiasi, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).
Tercermin dari kontribusi laba dari AMMN melonjak hingga 141% YoY, mencapai US$ 133 juta, menjadi pendorong utama kestabilan bottom line perusahaan sepanjang 2024.
Andhika juga melihat MEDC mampu melakukan efisiensi operasional, dengan rasio opex terhadap penjualan turun menjadi sekitar 9%, dari sebelumnya 11%.
"Ini menunjukkan keberhasilan manajemen dalam menekan beban operasional," jelasnya.
Ia pun menilai tahun ini sejumlah katalis positif yang dapat mendongkrak kinerja MEDC, antara lain, ekspansi di Blok Natuna dan Corridor, monetisasi optimal dari Oman Blok 60 dan Bangkanai PSC, potensi ekspor listrik ke Singapura sebesar 1–2 GWh dalam jangka menengah, dan ramp-up produksi AMMN di Batu Hijau Fase 8.
Di sisi lain, Andhika juga mengingatkan risiko penurunan harga minyak global serta fluktuasi harga logam yang memengaruhi kontribusi dari AMMN.
"Secara keseluruhan, kami menilai MEDC masih memiliki prospek cerah dengan valuasi yang menarik di tengah tantangan global,” terangnya.
Ia pun mempertahankan rekomendasi buy, tetapi dengan target harga diturunkan menjadi Rp 1.300 dari Rp 1.700 per saham. Sukarno juga juga merekomendasikan buy dengan target harga Rp 1.370 per saham.
Selanjutnya: Danantara Pertimbangkan Jadi Penyedia Likuiditas di BEI, Cek Saham Rekomendasi Analis
Menarik Dibaca: Ini Upaya AdaKami Mitigasi Risiko Pembiayaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News