kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.016.000   36.000   1,82%
  • USD/IDR 16.864   -54,00   -0,32%
  • IDX 6.493   47,26   0,73%
  • KOMPAS100 934   7,68   0,83%
  • LQ45 728   6,26   0,87%
  • ISSI 207   0,80   0,39%
  • IDX30 378   2,81   0,75%
  • IDXHIDIV20 456   3,20   0,71%
  • IDX80 106   0,87   0,83%
  • IDXV30 112   0,74   0,67%
  • IDXQ30 124   0,56   0,46%

Intip Rekomendasi Saham Emiten Konstituen di Indeks Kompas100 pada Kuartal II 2025


Selasa, 22 April 2025 / 08:24 WIB
Intip Rekomendasi Saham Emiten Konstituen di Indeks Kompas100 pada Kuartal II 2025
ILUSTRASI. Para analis melihat prospek dan rekomendasi saham pada konstituen emiten Kompas100 di periode kuartal II-2025


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja indeks Kompas100 tampak masih lesu. Bahkan, indeks ini sudah turun lebih dalam dibandingkan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun 2025.

Hari ini, Senin (21/4), IHSG ditutup menguat 7,69 poin atau 0,12% ke 6.445,96 pada akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Meskipun menguat hari ini, tetapi aliran dana asing masih keluar Rp 518,55 miliar. Sejak awal tahun, aliran dana asing telah keluar Rp 34,70 triliun YTD.

Sejak awal tahun, IHSG melemah 8,95% year to date (YTD). Sementara, indeks Kompas100 sudah turun 12,37% YTD.

Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah Budiman melihat, pembobotan yang berbeda dari konstituen pada indeks Kompas 100 dengan IHSG menjadi faktor yang membuat kedua indeks tersebut memiliki pergerakan yang berbeda.

Sebagai contoh, pada data bobot terhadap market kapitalisasi IHSG terakhir, hanya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencapai lebih dari 9% terhadap seluruh indeks. Sedangkan, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) masing-masing hanya sekitar 5% dan 4%.

“Sementara, pembobotan emiten tersebut pada indeks Kompas100, untuk periode sebelumnya dan yang terbaru, memiliki range 8%-9%,” ujarnya kepada Kontan, Senin (21/4).

Baca Juga: Saham Indeks SMC Liquid Bisa Dilirik saat Pasar Berfluktuasi, Cek Rekomendasinya

Selain itu, pada IHSG, terdapat PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang berbobot 3,6% terhadap keseluruhan market cap, yang mana kenaikannya sangat signifikan di tahun 2025. Sedangkan, DCII tidak termasuk sebagai konstituen indeks Kompas100.

“Berdasarkan dua faktor itu, dapat disimpulkan indeks Kompas100 memiliki perbedaan dengan IHSG, sehingga tidak bisa disamakan,” paparnya.

Analis Infovesta Utama, Ekky Topan melihat, kinerja Indeks Kompas100 yang terkoreksi lebih dalam dibanding IHSG disebabkan oleh dominasi saham-saham berkapitalisasi besar dalam indeks Kompas100.

Indeks Kompas100 mewakili 70%-80% kapitalisasi pasar BEI dan didominasi oleh saham berkapitalisasi besar (big caps), seperti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), BBRI, dan PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI), yang tengah mengalami koreksi signifikan.

Misalnya, TLKM turun 5,17% YTD, BBRI terkoreksi 11,27% YTD akibat aksi jual asing, dan PANI longsor 40,94% YTD karena sentimen negatif kasus hukum dan profit taking.

“Saham-saham itu memiliki bobot besar di Kompas100, sehingga memengaruhi kinerja indeks lebih dari IHSG. IHSG juga mencakup lebih banyak saham kecil dan menengah dengan kinerja beragam,” ujarnya kepada Kontan, Senin (21/4).

Baca Juga: Saham di Indeks SMC Liquid Bisa Jadi Pilihan saat Pasar Bergejolak, Ini Saran Analis

Menurut Ekky, Kompas100 cenderung mencerminkan pergerakan IHSG, karena banyak saham yang overlap. Namun, dalam kondisi saat ini, kinerja indeks Kompas100 lebih sensitif terhadap pergerakan investor institusi dan asing yang cenderung melakukan profit taking di saham-saham blue chips.

Ada beberapa sentimen utama penggerak indeks Kompas100. Untuk sentimen negatif, tekanan masih datang dari aksi jual investor asing yang cukup besar serta kekhawatiran global terhadap potensi eskalasi perang tarif.

Namun, terdapat pula sentimen positif yang mulai muncul. Misalnya, aksi buyback saham yang dilakukan oleh sejumlah emiten yang tergabung dalam indeks. Aksi itu memberikan sinyal kepada investor atas kepercayaan manajemen terhadap fundamental jangka panjang.

Selain itu, beberapa institusi besar juga mulai menunjukkan niat untuk kembali masuk ke pasar saham.

“Seperti, BPJS Ketenagakerjaan yang berencana menambah porsi investasinya di saham. Lalu, Danantara yang berniat berperan sebagai liquidity provider untuk menjaga stabilitas pasar,” paparnya.

Di kuartal II 2025, kinerja Kompas100 masih akan dibayangi tekanan, terutama jika eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) berlanjut dan tekanan net sell asing belum mereda.

Namun demikian, prospek kinerja indeks Kompas100 di semester II 2025 bisa membaik. Terutama, jika ada kepastian suku bunga global mulai turun dan kekawatiran perang radang mulai mereda.

Dengan kondisi saat ini, emiten blue chips dan BUMN menarik jika ingin diakumulasi oleh investor. Sebab, valuasi sahamnya sudah murah, ada rencana buyback saham, dan sentimen positif dari Danantara yang akan menjadi liquidity provider.

“Saham-saham seperti TLKM, PT Jasa Marga Tbk (JSMR), BBRI, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menarik di akumulasi,” katanya.

 

Ekky pun menyarankan investor untuk melirik PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), BBRI, ANTM dan TLKM dengan target harga di Rp 3.000 – Rp 3.200 per saham, Rp 5.000 per saham untuk jangka panjang, Rp 2.400 per saham, Rp 3.000 per saham.

Chief Executive Officer Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo mengatakan, perbedaan kinerja antara IHSG dan Kompas100 dikarenakan bobot penilaian per masing-masing emiten dan sektor yang sedikit berbeda. Namun, secara umum indeks Kompas100 masih dapat menggambarkan IHSG, karena bobot penilaian yang tidak jauh berbeda.

Sektor dengan bobot tertinggi di Kompas100 adalah sektor keuangan. Sedangkan, saham yang menjadi pemberat di sektor keuangan berasal dari big bank, yaitu BMRI, BBRI, dan BBCA.

Artinya, sektor yang membebani kinerja Kompas100 sejak awal tahun adalah sektor keuangan. Sedangkan, sektor pendorongnya dari sektor teknologi.

“Sentimen penggerak kinerja Kompas100 saat ini masih dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global dan perang dagang yang saat ini masih berlangsung,” ujarnya kepada Kontan, Senin (21/4).

Menurut Praska, kinerja Kompas 100 di kuartal II masih cenderung sideways mengikuti perkembangan situasi ekonomi global saat ini. Untuk sepanjang tahun 2025, kinerja Kompas100 juga masih akan berpotensi volatil akibat dari masih tingginya ketidakpastian ekonomi.

Kebijakan tarif resiprokal dari Presiden AS Donald Trump yang plin-plan tentunya menjadi penggerak utama pasar hingga akhir tahun 2025. Sentimen positif untuk pasar hanya berasal dari ruang penurunan suku bunga bank sentral, baik AS maupun Indonesia, yang masih terbuka.

Baca Juga: Indeks Keyakinan Konsumen Terus Merosot, Cermati Efeknya bagi Emiten

Sektor yang berpotensi menjadi pemberat adalah sektor komoditas energi, dikarenakan lesunya harga komoditas energi sejak awal tahun.

Sementara, sektor yang menarik untuk disoroti adalah sektor bahan baku. Khususnya, emiten yang bergerak pada industri logam mulia dikarenakan harga komoditas emas yang cukup tinggi sejak tahun 2024.

Emiten yang bisa dilirik investor adalah ANTM, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

“Secara fundamental, pertumbuhan kinerja paling baik adalah ANTM dan BRMS. Sedangkan secara valuasi, ANTM memiliki valuasi di bawah rata-rata industri serta berada pada area wajar secara historis satu tahun,” katanya.

Praska pun merekomendasikan beli untuk ANTM dengan target harga Rp 2.150 – Rp 2.200 per saham.

Selain ANTM, sektor perbankan juga masih menarik untuk dilirik inevstor, khususnya BDMN, BNGA, BMRI, dan BBRI.

“Untuk sektor lainnya di antaranya sektor ritel, seperti ERAA dan MAPI, dan sektor konsumer, seperti MYOR,” paparnya.

Selanjutnya: Penjualan Semen INTP di Kuartal I-2025 Masih Lesu

Menarik Dibaca: Harga Emas Pegadaian Hari Ini 22 April 2025: Antam Naik Rp 26.000, UBS Naik Rp 24.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×