Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki tahun baru sekaligus tahun politik telah menarik minat sejumlah politisi untuk menggelar penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO) di tengah kondisi pemilu 2024.
Hingga hari ini, Jumat (5/1) telah terdaftar beberapa perusahaan yang akan IPO, di antaranya milik politisi yang merangkap status sebagai pemilik perusahaan. Pada hari ini, emiten milik Sudjatmiko, Caleg (Calon Legislatif) DPR RI 2024 dari daerah pemilihan (dapil) VI Kota Bekasi - Kota Depok resmi melantai di Bursa Efek Indonesia.
Harga IPO ASLI sebesar Rp 100 per saham. Dengan begitu, ASLI mengantongi dana segar Rp 125 miliar.
ASLI telah melepas sebanyak-banyaknya 1,25 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 50 per saham. Jumlah saham yang dilepas lewat IPO ini setara 20% dari modal disetor dan ditempatkan penuh setelah IPO.
Baca Juga: Pemilu Belum Dimulai, Caleg PDI Perjuangan, Golkar dan PKB Sudah Pesta Duluan di BEI
Saat ditemui pasca pencatatan saham perdana, Sudjatmiko bilang ASLI tengah mengerjakan proyek jalan tol di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
"Sudah ada kontrak di IKN terutama di jalan tol dari Balikpapan ke IKN itu sudah dari tahun kemarin. Nilai kontraknya sekitar baru Rp 30 miliar,” kata Direktur Utama ASLI, Sudjatmiko dalam pencatatan saham perdana, Jumat (5/1).
Meskipun menggelar IPO di tengah kondisi pemilu ini, Sudjatmiko tetap optimistis bahwa kondisi pemilu tidak akan berdampak terhadap kinerja Asri Karya Lestari.
"Saya rasa tidak berdampak (terhadap kinerja). Kami memang fokus di IKN," ungkap Sudjatmiko saat ditemui setelah setelah pencatatan saham perdana, Jumat (5/1).
Sudjatmiko menguasai 4,345 miliar saham ASLI atau setara 69,52% dari modal disetor dan ditempatkan penuh setelah IPO.
Selain itu, terdapat perusahaan lain yang juga politisi yang telah melangsungkan IPO baru-baru ini, yaitu PT Janu Putra Sejahtera Tbk (AYAM) milik Singgih Januratmoko anggota DPR RI periode 2019-2024. Pada Pemilu 2024 Singgih Januratmoko sebagai Caleg DPR RI Partai Golkar Dapil Jawa Tengah V Nomor Urut 1.
Singgih Januratmoko memiliki saham AYAM sebanyak 3,136 miliar saham, setara 78,40% dari modal ditempatkan dan disetor penuh pada AYAM setelah IPO.
AYAM merupakan miten peternakan dan rumah potong ayam, yang telah melantai di BEI pada 30 November 2023 lalu, dengan menjual 800 juta saham dan meraup dana Rp 80 miliar. AYAM melepas saham perdana di harga Rp 100 per saham dan pada penutupan perdagangan sesi pertama hari ini harganya ada di Rp 104 per saham.
Rencananya, dana hasil IPO tersebut akan digunakan sekitar Rp 40,63 miliar untuk pembelian beberapa bidang tanah di Desa Ngawis, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lalu, sekitar Rp 15,52 miliar akan digunakan untuk pembelian beberapa bidang tanah di Desa Tuksono, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta dan pembangunan fasilitas Hatchery.
Baca Juga: BEI Minta Underwriter Objektif Tentukan Harga IPO, Begini Ketentuannya
Sekitar Rp 11,53 miliar akan digunakan untuk Pelunasan seluruh utang kepada PT Janu Putra Abadi (JPA) selaku entitas asosiasi perseroan. Sisanya, akan digunakan untuk modal kerjak namun tidak terbatas untuk pembelian parent stock day-old-chicks.
Selanjutnya, ada PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE) yang akan melantai di BEI. Saat ini perusahaan tersebut dikendalikan oleh Herman Herry Adranacus, politisi PDI P yang juga anggota DPR RI selama empat periode, dari 2004 hingga 2024.
Meskipun pada pemilu 2024 Herman Herry tidak lagi menyalonkan dirinya sebagai caleg, namun anaknya, yakni Stevano Rizki Adranacus akan maju sebagai caleg DPR RI dari PDI Perjuangan untuk dapil Nusa Tenggara Timur 2.
Rizki Adranacus tercatat sebagai pemegang 15% saham PT Dwidaya Mega Investama (DMI) dan Herman Herry memegang 85% saham. NICE menetapkan harga IPO Rp 438 per saham.
Perusahaan tambang bijih nikel ini melepas sebanyak 1,21 miliar saham biasa atau sebesar 20% dari jumlah seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Saham ini merupakan saham milik pemegang saham lama, dengan rincian atas nama milik PT Sungai Mas Minerals sebanyak 608,20 juta saham dan PT Inti Mega Ventura sebanyak 608,20 juta. Total nilai IPO NICE mencapai Rp Rp 532,78 miliar.
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, dengan adanya kepemilikan politisi di dalam perusahaan tidak menjadikan investor membeli secara cuma-cuma. Menurutnya, investor masih akan tetap melihat fundamental perusahaan.
"Eksposure dari status pemilik apakah anggota dewan, menteri atau publik figure lainnya tetap saja dilihat pada performa apa yg dihasilkan emitennya," kata Alfred kepada Kontan.co.id, Jumat (5/1).
Alfred bilang, faktor kepemilikan politisi terhadapnkinerja emiten tidak signifikan. Apalagi, pemanfaatan status pemilik dalam mendongkrak kinerja emitennya.
"Jadi tetap fokus pada prospek emitennya dan bagaimana performa historisnya sebagai pembuktian bagusnya emiten tersebut," imbuhnya.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy bilang, jika nanti memang terjadi efek dari saham-saham yang berhubungan dengan partai politik, ketua umum, ataupun pengurus lainnya, itu hanya bersifat sementara.
"Begitu kondisi menjadi normal dan pemilu telah selesai, momentumnya pun akan hilang," ungkap Budi kepada Kontan.co.id, Jumat (5/1).
Direktur Utama Kiwoom Sekuritas Indonesia Chang-kun Shin sependapat, bahwa sentimen politisi hanya jangka pendek.
"Bahkan kami sangat mewaspadai terjadi volatilitas yang tinggi pada saham-saham yang terafiliasi dengan partai politik," kata Shin kepada Kontan.co.id, Jumat (5/1).
Budi dan Shin berpendapat, investor tetap perlu melihat fundamental dan kinerja setiap perusahan, terlepas dari siapapun pemiliknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News