Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fokus pelaku pasar modal diprediksi akan beralih dari sentimen geopolitik ke arah prospek suku bunga dan kebijakan tarif dalam waktu dekat.
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus mengungkapkan, pergeseran ini membuka peluang bagi sektor perbankan dan properti untuk menjadi primadona baru, menggantikan sektor komoditas.
Pergeseran sentimen ini terjadi setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan terakhir bergerak dalam konsolidasi dan ditutup melemah tipis -0,14% di level 6.897, di tengah aksi jual asing yang mencapai Rp 2,4 triliun di pasar reguler.
Baca Juga: IHSG Dibuka Melemah ke 6.886,6 di Pagi Ini (30/6), Terseret Sektor Keuangan
Ada sejumlah sentimen yang membuat pergerakan IHSG pada pekan lalu melemah mulai Iran dan Israel yang memutuskan untuk melakukan gencatan senjata sehingga peperangan di Timur Tengah mereda, hingga komentar dari Vice Chair Fed, Michelle Bowman yang mengatakan sudah waktunya untuk mempertimbangkan penyesuaian suku bunga karena risiko terhadap pasar kerja lebih besar daripada kekhawatiran inflasi terkait tarif.
Sentimen lainnya yakni Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang telah mempertimbangkan akan memilih dan mengumumkan pengganti Ketua The Fed, Jerome Powell, pada September atau Oktober 2025 mendatang. Trump menilai Powell sangat buruk karena tidak menurunkan tingkat suku bunga acuan secara signifikan.
Selanjutnya ada sentimen laba sektor Industri China pada bulan Mei 2025 yang anjlok sebesar -9,1% yoy dan menjadi penurunan terbesar sejak Oktober 2024 akibat tekanan tarif tinggi dari Amerika Serikat dan deflasi yang berkelanjutan. S&P Global Composite PMI Flash Amerika Serikat bulan Juni tercatat sedikit turun ke level 52,8 dari laporan sebelumnya di level 53, Indeks Consumer Confidence Amerika Serikat bulan Juni mengalami penurunan ke level 93 dari level sebelumnya di level 98,4 dan Initial Jobless Claims Amerika Serikat pada minggu ketiga bulan Juni melemah ke level 236.000 dari level sebelumnya 246.000.
"Dengan adanya gencatan senjata yang terjadi antara Iran dan Israel membuat harga komoditas minyak anjlok lebih dari 10% dalam sepekan karena meredanya kekhawatiran terjadinya gangguan supply minyak dunia mengingat Iran merupakan negara ke 3 penghasil minyak terbesar dalam organisasi OPEC dan memiliki kuasa penuh pada selat Hormuz sebagai jalur arteri perdagangan minyak dunia termasuk pengiriman ke Eropa," terang Indri dalam keterangan resminya, Senin (30/6).
Baca Juga: Menilik Prospek IHSG hingga Akhir Tahun, Cermati Rekomendasi Saham Berikut
Ia menambahkan berdasarkan serangkaian data ekonomi yang ada, para pelaku pasar menilai prospek pemangkasan tingkat suku bunga oleh The Fed sudah mulai terlihat dekat. Menurut FedWatch Tool CME Group, sebanyak 21% para pelaku pasar menilai bahwa The Fed akan menurunkan tingkat suku bunga acuan di bulan Juli, sementara 75% lainnya masih menilai pemangkasan suku bunga acuan pertama kali akan terjadi di bulan September 2025 mendatang.
Beralih ke Sektor Perbankan dan Properti
Secara garis besar sentimen dalam sepekan terakhir mulai dari aksi gencatan senjata hingga prospek pemangkasan suku bunga yang lebih cepat dapat menjadi sentimen positif untuk IHSG.
"Saya menilai bahwa saat ini fokus para pelaku pasar akan mulai beralih dari ketegangan di Timur Tengah kepada prospek pemangkasan suku bunga dan kebijakan mengenai tarif, mengingat pada tanggal 09 Juli 2025 merupakan tenggat penundaan penerapan kebijakan tarif oleh Amerika Serikat," jelas Indri.
Ia menambahkan para pelaku pasar akan mengambil sikap hati-hati sembari menunggu aliran dana asing kembali masuk ke pasar Indonesia. Merujuk pada kondisi yang ada, ia berpendapat para pelaku pasar akan mengalihkan fokusnya dari sektor komoditas ke sektor perbankan dan properti dalam waktu dekat. Berdasarkan analisis ini IHSG berpotensi akan mengalami konsolidasi dalam rentang support 6.740 dan resistance 7.060.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham dan Proyeksi IHSG untuk Hari Ini (30/6)
Berbicara tentang potensi market pekan ini 30 Juni-4 Juli 2025, Indri mengimbau para trader untuk mencermati sentimen kunci dari global dan domestik.
Dari global ada sentimen Indeks NBS Manufacturing PMI China bulan Juni yang diperkirakan akan melemah terbatas ke level 49,5 dari level sebelumnya di 49,7 sebab dirasa masih terbebani dengan perang tarif dan deflasi yang berlanjut, Indeks ISM Manufacturing PMI Amerika Serikat bulan Juni yang berdasarkan konsensusnya diperkirakan akan meningkat terbatas ke level 48,8 dari level sebelumnya 48,5.
Selanjutnya ada data Non Farm Payrolls Amerika Serikat bulan Juni yang diperkirakan akan melemah ke level 129.000 dari laporan sebelumnya di level 139.000 dan Indeks S&P Global Composite PMI Final Amerika Serikat bulan Juni yang diperkirakan akan melemah terbatas ke level 52,8 dibandingkan laporan bulan sebelumnya di level 53.
Sementara itu dari domestik ada sentimen Indeks S&P Global Manufacturing PMI Indonesia bulan Juni yang diprediksi akan meningkat terbatas ke level 48,5 dari laporan sebelumnya di level 47,4.
Selanjutnya: Trump Klaim Temukan Pembeli TikTok, Sebut Berasal dari Kelompok Orang Sangat Kaya
Menarik Dibaca: Mengenal Diatomite Mat yang Ramah Lingkungan, Keset Eco Friendly Anti Kuman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News