Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat mayoritas saham tertekan, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) justru mencatat lonjakan harga saham pada sesi I perdagangan hari ini.
Hingga pukul 11.00 WIB, saham UNVR berada di level Rp 1.520, meningkat 6,67% dibandingkan harga penutupan sebelumnya.
Volume perdagangan UNVR mencapai 11,68 juta saham dengan frekuensi transaksi sebanyak 3.354 kali, membukukan nilai transaksi senilai Rp 17,64 miliar.
Sebelumnya, Unilever Indonesia menghadapi tantangan berat akibat ketatnya persaingan dengan merek-merek lokal, pergeseran preferensi konsumen, serta dampak boikot terkait konflik Israel-Palestina.
Baca Juga: IHSG Anjlok 1,66% ke 6,630 di Akhir Sesi Pertama (10/2), Sektor Energi Ambles 2,99%
Faktor-faktor ini turut menekan kinerja keuangan dan harga saham perseroan dalam beberapa bulan terakhir.
Laporan keuangan kuartal III-2024 mencatat penurunan signifikan dalam berbagai aspek. Penjualan bersih UNVR hanya mencapai Rp 27,41 triliun, terkoreksi 10,12% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penjualan domestik turun 9,89% menjadi Rp 26,63 triliun, sementara ekspor merosot 17,45% menjadi Rp 785,7 miliar.
Saham UNVR sempat mengalami tekanan sejak 20 Januari hingga 7 Februari 2025, dengan harga turun dari Rp 1.790 (17 Januari 2025) ke Rp 1.425 (7 Februari 2025), mencatat koreksi 20,39%.
Adapun jumlah pemegang saham UNVR per 31 Januari 2025 tercatat sebanyak 117.625 pihak, turun 674 dari posisi per 31 Desember 2024.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.698,6 di Pagi Ini (10/2), AKRA, TOWR, TLKM Jadi Top Losers LQ45
Di sisi lain, langkah strategis Unilever menjual bisnis es krim ke PT The Magnum Ice Cream Indonesia senilai Rp 7 triliun diharapkan dapat memperbaiki kinerja keuangan perseroan.
Transaksi ini diperkirakan dapat menambah laba bersih sebesar Rp 3,51 triliun dan meningkatkan kas dari Rp 7,73 triliun menjadi Rp 8,27 triliun.
Presiden Direktur PT Unilever Indonesia, Benjie Yap, pada paparan kinerja Q3-2024 lalu menyebut langkah ini sebagai bagian dari komitmen perusahaan untuk terus mendorong pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.
“Keputusan strategis ini mencerminkan komitmen kami untuk memperkuat posisi perseroan dan mendorong pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan,” dalam keterangannya.
Benjie juga menyampaikan bahwa setelah melepas bisnis es krim, Unilever akan mengarahkan sumber dayanya ke bisnis inti, yakni Home and Personal Care serta Nutrition. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong inovasi produk.
Baca Juga: Unilever Indonesia (UNVR) Tekankan Pentingnya Aspek Keberlanjutan
“Unilever Indonesia bermaksud merampingkan operasional, meningkatkan efisiensi, dan mendorong inovasi dengan mengembalikan fokus pada area bisnis inti kami,” tambah Benjie.
Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, langkah ini adalah keputusan strategis yang cerdas.
Mengingat persaingan ketat di industri FMCG, langkah strategis ini menunjukkan kesiapan Unilever untuk memperkuat daya saingnya.
Fokus baru ini tidak hanya mencerminkan efisiensi, tetapi juga mengindikasikan potensi pertumbuhan yang lebih besar bagi sektor konsumer di Indonesia.
Bisnis Unilever Indonesia memiliki skala yang jauh lebih besar dibandingkan para pesaingnya, sehingga proses transformasi perusahaan ini membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Dengan portofolio produk yang luas dan jaringan distribusi yang sangat kuat, Unilever perlu melakukan perubahan secara bertahap agar tidak mengganggu operasional yang telah berjalan.
Baca Juga: Unilever Pertimbangkan Pencatatan di New York untuk Bisnis Es Krim
Langkah restrukturisasi bisnis, seperti rencana pemisahan unit es krim dan pergeseran fokus ke sektor kecantikan serta kesehatan, menjadi strategi utama yang dilakukan perusahaan dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah.
Meskipun perubahan ini masih dalam tahap awal, beberapa keputusan berani yang telah diambil memberikan sinyal positif terhadap prospek jangka panjang Unilever.
Peningkatan investasi dalam pemasaran, efisiensi operasional, serta adopsi teknologi mampu memperkuat daya saing perusahaan.
Dengan strategi dan transformasi, Unilever berpotensi mempertahankan posisinya sebagai pemimpin industri dan mendorong pertumbuhan bisnisnya di masa depan.
Selanjutnya: Likuiditas Perbankan Diproyeksikan Masih Ketat, Ekspansi Kredit Bisa Tak Maksimal
Menarik Dibaca: Singapore Airlines Group Akan Pakai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan dari Aether
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News