Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awal Oktober 2019, saham-saham first liner belum bisa mendongkrank pergerakan Indeks. Alih-alih jadi motor penggerak beberapa saham besar justru jadi pemberat Indeks. Di sisi lain saham second liner justru kuasai Indeks sepekan terakhir.
Menurut Direktur PT Anugerah Megah Investama bergeraknya saham-saham second liner menjadi penguasa Indeks pada pekan pertama Oktober ini merupakan hal yang biasa terjadi ketika saham-saham Big Cap cenderung bergerak turun.
Hal ini dipengaruhi beberapa alasan seperti aksi jual asing dan kecenderungan orang berpindah dari saham-saham first liner ke second liner.
Baca Juga: Racikan reksadana Shinhan Mitra Maxima Ekuitas dongkrak kinerja 7,77% sejak awal 2019
“Pertama kenapa saham besar agak memberatkan Indeks karena asing keluar agak kuat di pasar saham kita sementara asing kan punya sahamnya yang besar-besar ini menyebabkan saham agak tertekan ke bawah," tutur Hans yang dihubungi via jaringan seluler (6/10).
"Kemudian kalau kita lihat valuasi kita memang sempat agak mahal kemarin di tengah kekhawatiran orang. Jadi orang cenderung keluar dulu dari saham-saham yang agak big cap untuk antisipasi. Untuk saham-saham second liner biasanya kalau saham-saham big cap turun agak naik,” lanjutnya.
Selain itu Hans juga menambahkan dominasi saham-saham second liner juga dapat dipengaruhi oleh perbaikan kinerja Fundamental serta adanya kekhawatiran akan perang dagang dan resesi yang membuat orang bergerak keluar dari pasar saham menuju instrumen yang lebih aman yaitu, obligasi.
Faktor fundamental dan teknikal jadi penggerak naik beberapa saham- saham second liner yang pada pekan lalu jadi jawara indeks. Analis Bina Artha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji menjelaskan beberapa sentimen yang menyebabkan beberapa saham second liner bersinar pada pekan ini.
“Kadang ada sentimen kadang tidak ada, kalau misalnya FREN itu mengalami peningkatan terkait karena wacana pemberlakuan IMEI. Ini jadi sentimen Buat ERAA dan saham-saham berbasis telekomunikasi. Seperti SMMA ada sentimen karena adanya penyuntikan modal di Artha Mas. Mungkin ini dalam rangka strategi bisnis untuk meningkatkan Kinerja," kata Nafan yang dihubungi via jaringan seluler (5/10).
Baca Juga: Andalkan saham big caps, kinerja reksadana PNM Saham Unggulan lampaui IHSG
"Kalau POLL ini terkait deman dan animo yang meningkat sebagai saham baru, serta rencana bisnis perusahaan dalam rangka untuk ekspansi bisnis di bidang properti. TPIA juga wajar karena trend-nya bagus, terkait dengan rencana dalam rangka ekspansi meskipun kinerja nya kurang bagus. Begitu juga dengan ICBP yang saat ini sedang uptrend,” lanjutnya.
Di sisi lain, sementara beberapa contoh saham-saham di atas yang sedang berada di dalam trend uptrend, beberapa saham juga tetap menunjukkan pergerakan harga yang signifikan meskipun belum ada sentimen yang mempengaruhi. Seperti ARTO yang secara kinerja fundamental kurang baik namun harga sahamnya menguat dan BRAM yang juga tidak liquid namun terjadi penguatan harga saham hingga sempat masuk daftar UMA BEI dan terkena suspend
Menurut Hans dan Nafan biasanya ketika terjadi perbaikan di saham-saham LQ45 investor akan kembali menukar portofolionya di saham-saham second liner ke saham-saham first liner kembali.
Namun, selama kinerja fundamental saham-saham second liner ini masih tergolong baik dan bertumbuh Hans yakin bahwa saham-saham ini masih akan menjadi pilihan bagi investor.
Hingga akhir tahun Nafan dan Hans sama-sama melihat saham-saham LQ45 berpotensi mengalami perbaikan harga didukung oleh salah satunya sentimen window dressing yang secara historis akan menggeret naik Indeks maupun harga saham emiten di bulan Desember.
Baca Juga: Meski anjlok, kinerja reksadana saham berpeluang positif hingga akhir tahun
Rezim suku bunga turun, pertemuan bilateral dalam rangka negosiasi perang dagang AS-Tiongkok, perbaikan data inflasi juga diharapkan dapat menjadi sentimen yang dapat menggerakkan saham-saham Big Cap menurut Nafan.
Di tengah sentimen yang saat ini ada Hans Kwee menyarankan investor untuk realistis melihat kinerja fundamental emiten dan jangan terpengaruh oleh saham yang naik tanpa diketahui penyebab saham tersebut mengalami kenaikan. Investor menjelang akhir tahun juga dapat mulai mengakumulasi saham-saham big cap yang valuasinya sudah murah.
Baca Juga: Kondisi lingkungan kerja berbanding lurus dengan produktivitas dan profitabilitas
Adapun, Nafan merekomendasikan untuk mengakumulasikan saham UNVR akumulasi beli dengan TP 45.100-45.500, BBNI hold dengan TP 7.00, ASII hold dengan TP 6.200.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News