kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham publik meningkat, laba pun makin memikat


Kamis, 04 Oktober 2012 / 11:18 WIB
Saham publik meningkat, laba pun makin memikat
ILUSTRASI. Ada banyak bahan alami yang bisa digunakan sebagai cara menghilangkan komedo.


Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Imanuel Alexander

Demi mempercantik kinerja, PT Erajaya Swasembada Tbk menambah 8,31% saham publik menjadi 40%. Dengan demikian, Erajaya berhak menikmati insentif pajak sebesar 5% mulai 2013. Transaski sahamnya pun lebih likuid. Apakah layak koleksi?

Sederet aksi korporasi mewarnai langkah PT Erajaya Swasembada Tbk di sepanjang tahun ini. Setelah tiga bulan lalu mengakuisisi iBox, jaringan gerai resmi produk Apple di Indonesia, kini Erajaya meningkatkan porsi saham publik (free float) sebanyak 8,31% atau setara dengan 241 juta saham.

Saham tersebut semula milik PT Eralink International, pemegang saham mayoritas Erajaya. Setelah pelepasan saham itu, Eralink masih mengempit 59,97% saham Erajaya, dari sebelumnya 68,28%. Sedangkan, porsi publik dari 31,7% meningkat menjadi 40%.

Presiden Direktur Erajaya Budiarto Halim menjelaskan, transaksi tersebut merupakan realisasi dari rencana awal Erajaya sewaktu menggelar penawaran saham perdana atawa initial public offering (IPO) pada 14 Desember 2011 lalu.

Mengejar insentif pajak

Catatan saja, saat itu Erajaya berniat melepas 40% dari total saham kepada masyarakat. Sayang, dari rentang penawaran harga IPO Rp 1.000– Rp 1.440 per saham, masyarakat paling banyak mengincar harga terendah Rp 1.000 per saham. Pada level harga ini terjadi kelebihan permintaan 1,5 kali.

Permintaan di harga terendah itu wajar mengingat kondisi pasar modal masih sangat tidak menentu akibat kabar krisis utang di Eropa. Bereaksi atas permintaan pasar yang minim, Erajaya memutuskan memangkas alokasi saham publik menjadi 31%. “Nah, sisa alokasi pada saat IPO itulah yang dilepas PT Eralink. Tercapainya 40% free float juga menguntungkan perseroan dan pemegang saham dengan adanya insentif pengurangan pajak sebesar 5%,” jelas Budiarto.

Penambahan free float Erajaya digawangi oleh JP Morgan yang bertindak sebagai sole bookrunner dan placement agent. Menurut Budiarto, penunjukan JP Morgan diharapkan menjadi barometer investasi jangka panjang atas saham ERAA.

Direktur Marketing dan Komunikasi Erajaya Djatmiko Wardoyo mengungkapkan, pelaksanaan penambahan free float memakai skema private placement, yakni penjualan ke investor terbatas. Sebanyak 241 juta saham resmi berpindah tangan ke sejumlah investor institusi pada 21 September lalu. “Pembelinya didominasi investor luar negeri dan sebagian lagi oleh investor lokal,” ujar dia, enggan memerinci.

Sekadar mengingatkan, sewaktu melakukan hajatan IPO, Erajaya melakukan road show ke sejumlah negara, yakni Singapura, Hong Kong, London, dan New York.

Dalam private placement itu, saham emiten berkode ERAA ini dihargai Rp 1,950 per saham. Djatmiko menyatakan, harga ini merupakan hasil negoisasi dengan investor dan rentang fluktuasi saham ERAA selama ini. “Harga ini memang lebih murah sedikit dibanding harga pasar, tapi masih dalam batas wajar,” ujarnya.

Setelah transaksi tersebut, Eralink masih menjadi pemegang saham pengendali plus meraup dana segar Rp 469,95 miliar. Penggunaan dana ini, menurut Djatmiko, menunggu keputusan Eralink. Yang pasti, di masa mendatang, Eralink tidak berencana untuk menjual lagi sahamnya ke publik karena target jumlah free float untuk mendapat insentif pajak sudah terpenuhi. “Nantinya, insentif pajak akan tecermin di laporan keuangan Erajaya tahun depan,” imbuhnya.

Asal tahu saja, berdasar Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238/PMK.03/2008 mengenai penurunan tarif pajak badan perusahaan terbuka, emiten yang ingin mendapatkan insentif pajak 5% harus memenuhi beberapa syarat. Di antaranya, jumlah saham yang beredar di bursa mencapai minimal 40%. Selain itu, sahamnya pun harus dimiliki oleh 300 pihak yang kepemilikannya kurang dari 5% selama 6 bulan.

Analis Mandiri Sekuritas Adrian Joezer menyebut, insentif pajak bakal berdampak langsung pada terdongkraknya laba Erajaya tahun depan. Dia menilai, aksi penambahan free float ini lazimnya membuat investor lebih tertarik lantaran kinerja keuangan emiten bisa naik. Jika kinerja keuangan emiten kinclong, harga saham ERAA pun bisa terungkit naik.

Mengutip laporan keuangan semester I lalu, laba usaha sebelum pajak Erajaya mencapai Rp 287,1 miliar. Dari perolehan laba sebesar ini, Erajaya mempunyai kewajiban menyetor pajak Rp 75,4 miliar atau 25%. Nah, andaikata Erajaya mendapat insentif berupa pajak 5%, dalam enam bulan Erajaya bisa menghemat Rp 18 miliar.

Berdasar risetnya, Adrian memproyeksikan, laba bersih sebelum pajak Erajaya sepanjang 2013 bakal mencapai Rp 816 miliar. Itu artinya, beban pajak yang seharusnya sebesar Rp 204 miliar menyusut menjadi Rp 163,2 miliar. Dengan kata lain, laba bersih Erajaya bisa naik mencapai Rp 652,8 miliar di 2013. Namun, Adrian buru-buru menambahkan, ini baru perkiraan kasar. Sebab, ia baru menghitung ulang valuasinya.

Saham pun lebih likuid

Menyusul aksi tersebut, Adrian memperkirakan, investor akan semakin menyukai saham ERAA. “Selain meningkatkan laba, saham ERAA juga lebih likuid di pasaran,” ujarnya.

Sejak tercatat di bursa saham pada Desember 2011, transaksi saham ERAA terbilang kurang bergairah. Merujuk data Bloomberg, rata-rata volume transaksinya hanya 6,6 juta saham per hari atau sekitar 0,71% dari total saham publik ERAA.


Analis Trimegah Securities Ivan Chamdani menambahkan, saham ERAA lebih menarik di mata investor lantaran ada harapan mendapat dividen lebih tinggi seiring penambahan laba. Tapi, ia memperkirakan, tahun depan Erajaya belum bisa membagikan laba. Sebab, emiten ini masih butuh dana besar untuk ekspansi usaha.

Ivan juga menilai, fundamental Erajaya kokoh. Salah satu keunggulan Erajaya adalah memiliki jaringan distribusi yang luas. Erajaya memiliki 70 titik distribusi, 236 toko di 27 kota, dan 16.000 reseller.

Ivan pun menilai, Erajaya terbilang kreatif di tengah kompetisi nan ketat. Pendirian Android Nation adalah salah satu buktinya. Toko yang khusus menjual perangkat berbasis teknologi Android ini mulai beroperasi Juli lalu. “Cash flow yang kuat menunjang profitabilitas bisnis distribusi Erajaya,” tandas Ivan.

Adrian melihat, pemasukan Erajaya akan meningkat seiring dengan ekspansi jaringan ritel iBox. Sebab, iBox yang menjadi reseller produk-produk Apple tengah mendapat momentum kuat lantaran popularitas iPhone di Indonesia terus meningkat. Apple mulai serius menggarap Indonesia. Salah satunya karena Indonesia adalah negara pengguna Facebook terbesar kedua di dunia. Tak heran, Apple memaksa Erajaya untuk membuka sekitar 20–25 gerai baru iBox dalam setahun.

Adrian menghitung, iBox bakal mampu memberikan pemasukan sebesar Rp 300 miliar di 2012, terhitung mulai Agustus. Di 2013, iBOx diprediksi bisa mendulang pemasukan Rp 1,3 triliun atau 8,8% dari total pendapatan Erajaya.

Adrian merekomendasikan beli saham ERAA dengan target harga Rp 2.950 per saham. Sedangkan Ivan menyarankan hold saham ERAA dengan target harga Rp 2.350. Jumat lalu (28/9), harga ERAA penutupan bursa Rp 2.100 per saham.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 52 XVI 2012 Saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×