kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bakrie, Samin Tan, dan Rothschild


Rabu, 03 Oktober 2012 / 12:48 WIB
Bakrie, Samin Tan, dan Rothschild
ILUSTRASI. Suasana bongkar muat di Jakarta International Container Terminal (JICT), Jakarta, Rabu (16/6). Pelaku usaha menaruh harap pada penyelesaian IEU-CEPA


Reporter: Asih Kirana Wardani, Anastasia Lilin Y, Teddy Gumilar, Yuwono Triatmodjo | Editor: Imanuel Alexander

Prahara menerpa Bumi Plc. Perusahaan hasil kongsi dua konglomerasi, keluarga Nirwan Bakrie dan Nathaniel Rothschild, ini membentuk tim independen untuk menyelidiki keganjilan laporan keuangan dalam anak usahanya. Apa yang terjadi?

Bukanlah hal lazim, suatu perusahaan menggelar rapat direksi pada dini hari. Namun, para petinggi Bumi Plc. memutuskan melakukan hal itu. Sekitar pukul
4.00 dini hari, Senin (24/9), di negeri Ratu Elizabeth, mereka menggelar conference call. Maklum, para pengambil keputusan di perusahaan ini tengah berada di beberapa belahan Bumi yang berbeda.
 
Menurut sumber KONTAN, sekitar delapan pengambil keputusan di Bumi Plc. berpartisipasi dalam conference call tersebut. Selain mereka, hadir pula seorang penasihat hukum.

Apa masalah yang begitu penting dan mendesak yang memaksa rapat pada dini hari tersebut? Tak lain, menyangkut keberadaan dokumen yang sampai ke direksi Bumi Plc. Dokumen yang disebut-sebut berasal dari whistle blower tersebut konon menuding adanya keganjilan laporan keuangan alias financial irregularities di PT Bumi Resources Tbk, anak usaha Bumi Plc di Indonesia.

Samin Tan, Chairman Bumi Plc saat ditemui KONTAN, Jumat pekan lalu (28/9), membenarkan adanya pembahasan tersebut. Ia pun mengaku turut serta dalam conference call tersebut. Samin menyatakan,
pembicaraan tersebut berlangsung singkat. Intinya, direksi memutuskan untuk mengeluarkan pengumuman bahwa Bumi Plc. akan membentuk tim investigasi berkaitan dengan tuduhan penyimpangan pelaporan keuangan yang terjadi
di Bumi Resources.

Sayang, Samin Tan tidak bersedia merinci isi pertemuan tersebut. Ia hanya menyatakan, tudingan dari whistle blower tersebut sebenarnya isu lama yang pernah merebak sekitar setahun silam. Toh, direksi mengambil keputusan untuk mengeluarkan pengumuman pada pukul 07.00 waktu London tentang pembentukan tim investigasi independen. “Itu keputusan direksi berdasarkan saran dari lawyer, bukan
dari saya saja. Saya justru sempat meminta penundaan waktu agar pembahasannya bisa lebih jelas,” terang Samin.

Dan, seperti telah banyak diberitakan, hari itu Bumi Plc mengumumkan rencana pembentukan tim independen berkaitan dengan tuduhan telah terjadi keganjilan laporan keuangan, terutama di Bumi Resources, di mana Bumi Plc menguasai 29% persen. Bumi juga menyatakan, investigasi itu berfokus pada sejumlah dana pengembangan (development fund) di Bumi Resources.
Menyusul pengumuman tersebut, di hari yang sama, Ari Hudaya mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Direktur Non Eksekutif Bumi Plc. Rilis Bumi Plc tidak menyebutkan alasan Ari mundur.

Yang jelas, ekses kejadian tersebut, Senin (24/9), harga saham Bumi Plc di London Stock Exchange anjlok 24,66% menjadi £ 147,60 dari posisi akhir pekan sebelumnya di £ 195,9 per saham.

Namun, sebenarnya, harga saham Bumi Plc telah meluncur turun sebelum pengumuman tersebut. Seorang sumber KONTAN yang tak ingin disebut namanya mengatakan, sebenarnya beberapa manajemen Bumi Plc sudah menerima “surat kaleng” dari whistle blower tadi, sepekan sebelum pengumuman rencana pembentukan tim investigasi. Jadi, apakah rumor surat kaleng ini telah beredar ke pasar sehingga memicu kejatuhan saham Bumi Plc? Tidak jelas.

Tudingan penyelewengan dana

Sebenarnya apa yang menjadi bahan bakar sang whistle blower tersebut? Seperti telah disebut sebelumnya, jika merujuk pengumuman Bumi Plc, tak lain adalah pencatatan development fund di Bumi Resources dan development asset di Berau Coal. Dalam laporan keuangan Bumi Plc tahun 2011 hal 23 disebutkan adanya penghapusan akun senilai US$ 247 juta milik Bumi Resources dan US$ 75 juta milik Berau Coal. Penghapusan ini dilakukan
karena auditor Bumi Plc, Pricewaterhouse Coopers LLP tidak bisa membuktikan aset dasar (underlying asset) dari sejumlah dana tersebut.
Sementara James Kallman, Managing Partner Mazars Indonesia yang menjadi auditor Bumi Resources, kepada Reuters mengatakan bahwa Bumi Resources telah mengungkapkan data yang benar.

Sekarang mari kita tengok sebentar laporan keuangan Bumi Resources dan Berau Coal tahun 2011. Dalam laporan keuangan Bumi Resources tahun 2009, 2011, dan semester I 2012, disebutkan dana yang jumlahnya persis sama seperti yang dipermasalahkan Bumi Plc, yakni US$ 247 juta.

Dalam laporan keuangannya, Bumi Resources tercatat menjual 20% saham anak usahanya yang bernama Gallo Oil Ltd kepada Florenceville Financial Ltd (Florenceville) 28 Desember 2009 silam. Gallo Oil adalah pemilik dua konsesi ladang minyak dan gas di Yaman.

Nilai penjualan sebesar
US$ 290 juta. Bumi mengklaim nilai investasi mereka atas 20% saham Gallo Oil adalah US$ 247 juta. Bumi pun mencatatkan selisih keuntungan transaksi itu sebagai laba penjualan investasi. Namun, transaksi tersebut batal pada 21 April 2011 karena Florenceville belum juga berhasil memperoleh pendanaan untuk akuisisi tersebut. Bumi Resources pun kembali menjadi pemilik 99,99% Gallo Oil dan laba penjualan investasi pun terpaksa mereka hapus.

Adapun perihal Berau Coal, dalam laporan keuangan tahun 2011 disebutkan, dana US$ 75 juta itu mereka gunakan pada 26 Januari 2010 untuk membeli premium convertible unsecured loan notes (surat utang) dari Chateau. Berau Coal tidak mendapat bunga atas pembelian surat utang itu. Belakangan surat utang itu dikonversi menjadi kepemilikan saham di Chateau Asset Management SPC, sebuah perusahaan di kepulauan Cayman untuk dan atas nama ASEAN Mining Development Segregated Portfolio.
ASEAN Mining Development Segregated Portfolio, seperti dalam penjelasan laporan keuangan Berau Coal 2011, adalah sebuah dana investasi dengan target akuisisi pertambangan batubara dan aset yang berkaitan dengan batubara. Termasuk juga, teknologi ramah lingkungan dengan aplikasi komersial pada pertambangan di ASEAN.

Pada 30 September 2011,
Berau menetapkan bahwa nilai wajar dari transaksinya itu menurun menjadi US$ 55 juta. Selisih kerugian itu kemudian mereka catatkan sebagai rugi penurunan nilai.

Hingga berita ini diturunkan, tidak ada penjelasan lagi dari pihak Bumi Plc mengenai apa sebenarnya yang terjadi. Amir Sambodo, Direktur Non Eksekutif Bumi Plc yang coba dihubungi KONTAN, mengaku tidak punya kewenangan untuk berbicara. Sementara Sony Harsono, Direktur Non Eksekutif Bumi Plc yang juga disambangi KONTAN di kantornya mengelak untuk dimintai konfirmasi. Asal tahu saja, kedua orang non executive director ini membawahi komite audit Bumi Plc.

Sementara Ari Hudaya yang dihubungi KONTAN menolak berkomentar. Ia pun enggan menjelaskan alasannya mundur dari posisi direktur non eksekutif Bumi Plc.

Siapa bermain api?

Lantas, siapa yang bermain api dalam kasus Bumi Plc ini? Bumi Resources punya versi mereka sendiri. “Situasi saat ini tidak menguntungkan dan merupakan isu internal antara beberapa pemegang saham yang memutuskan untuk membukanya keluar,” ujar Dileep Srivastava, Direktur Bumi Resources, kepada Bloomberg.

Lebih jauh, Dileep menuding, kejadian ini merupakan upaya untuk merusak nilai yang melekat pada bisnis Bumi Resources dengan cara menciptakan persoalan internal dan membocorkannya kepada publik. Sayang, Dileep tidak menyebut jelas siapa pihak yang dia maksud dan motifnya.

Namun, jika menengok setahun ke belakang, bisa jadi ini adalah konflik antara kubu Bakrie dan Nathaniel Rothschild. Merujuk pemberitaan Financial Times, pada November 2011, Nathaniel Rothschild, pemilik 11% saham Bumi Plc sekaligus mitra kongsian Grup Bakrie, sempat menulis surat kepada Ari Hudaya. Isinya kurang lebih mempertanyakan penempatan dana investasi Bumi Resources di sejumlah pihak yang terafiliasi, yakni Recapital, Bukit Mutiara, dan Chateau, senilai kurang lebih US$ 867 juta.

Rothschild menginginkan agar dana itu dicairkan untuk membayar sejumlah kewajiban Bumi Resources kepada para krediturnya. Tujuannya tentu agar beban bunga utang Bumi Resources berkurang. Ia juga menginginkan Bumi Resources melakukan pembenahan keuangan yang radikal.

Tak terdengar kabar tanggapan dari pihak Bumi. Belakangan, pada Desember 2011, Bakrie justru menggandeng Samin Tan masuk ke Bumi Plc. Samin Tan, kala itu meminjam dana US$ 1 miliar kepada Standard Chartered dengan bunga 5,6% plus LIBOR. Jangka waktu pinjaman adalah selama 5 tahun.

Samin Tan pun lantas diangkat menjadi Chairman Bumi Plc menggantikan Indra Bakrie, yang menjadi Co-Chairman. Adapun, Rothschild yang sebelumnya menjabat Co-Chairman didepak ke posisi direktur non eksekutif. Muncul spekulasi, Rothschild sakit hati.

Belakangan, muncul spekulasi bahwa Samin Tan juga marah lantaran investasinya di Bumi Plc yang semula US$ 1 miliar sudah anjlok menjadi US$ 140 jutaan hanya dalam waktu sembilan bulan. “Ia sangat marah pada Bakrie, seperti Anda marah jika Anda meminjam US$ 1 miliar untuk berinvestasi dan sekarang menjadi kacau,” tulis Reuters mengutip sumbernya.

Namun, kepada KONTAN, Samin Tan menegaskan, ia tak memiliki niat bertindak usil kepada Grup Bakrie. “Saya sudah sejak tahun 1997 berkenalan dengan Nirwan Bakrie dan menjadi teman akrab. Di mana logikanya, saya berbuat demikian?” ujarnya.


Kasus ini bakal memanas. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) sudah memerintahkan Bumi dan Berau untuk membuka tabir misteri ini, paling lambat Selasa pekan ini (2/10).

Adakah pertempuran antar para juragan? Apa pun yang terjadi, investor ritel yang biasanya paling menderita.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 52  XVI 2012, Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×