Reporter: Harris Hadinata, Dessy Rosalina, Teddy Gumilar | Editor: Imanuel Alexander
Pasar saham Indonesia kembali menggeliat. Pada penutupan perdagangan pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak rekor tertinggi. Indeks saham Indonesia ini di tutup di level 4.262,56. Sepanjang sepekan, IHSG mengalami penguatan 0,42%.
Penguatan IHSG ini didorong oleh sentimen positif dari China. “Pemerintah China menegaskan akan mengambil tindakan lebih untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” papar Viviet S.
Putri, analis BNI Securities. Maklumlah, pertumbuhan ekonomi China belakangan ini agak melambat. Hal ini dikhawatirkan memperburuk krisis global. Selain itu, pasar juga menyambut positif langkah Spanyol memperketat anggaran untuk mengatasi krisis. Negeri matador ini berniat memangkas defisit hanggaran menjadi €18 juta.
Spanyol dan negara-negara lain yang tertekan utang di Eropa memang tidak punya banyak pilihan kecuali melakukan pengetatan anggaran. “Kalau tidak dilakukan pemulihan krisis akan lebih lama,” tegas ekonom David Sumual.
Terpengaruh Eropa
Hanya saja, penguatan IHSG di akhir pekan lalu tampaknya tidak akan berlanjut hingga pekan ini. Para analis menilai, potensi indeks saham melemah pekan ini cukup besar. Apalagi, Viviet bilang, secara historikal indeks saham cenderung melemah di Oktober.
Sentimen dari Eropa juga masih bakal mempengaruhi pergerakan di IHSG. Meski pelaku pasar menyambut positif pengetatan anggaran Spanyol, beleid tersebut berpotensi menimbulkan penolakan, terutama dari masyarakat yang terkena dampak pengetatan anggaran.
“Pelaku pasar masih belum terlalu yakin karena situasi di Eropa sangat terpengaruh kondisi politik,” sebut Felix Sindhunata, Kepala Riset Henan Putihrai. Analis menilai hal tersebut akan menimbulkan ketidakpastian di pasar.
Alhasil, indeks saham berpotensi bergerak liar “Hal ini akan membuat fluktuasi IHSG tinggi,” kata James Wahyudi, analis Sinarmas Sekuritas. Tambah lagi, penguatan IHSG saat ini juga relatif sudah tinggi. Janson Nasrial, analis AM Capital, menilai indeks saham Indonesia saat ini sudah sulit berlari kencang karena sudah mencapai target jangka pendek. “Makanya volume perdagangan IHSG juga mulai sepi,” ujar dia.
Alhasil, pekan ini para analis menilai IHSG lebih bakal cenderung melemah. Viviet menyarankan agar investor yang sudah memperoleh keuntungan segera merealisasikan keuntungannya. Ia menghitung pekan ini IHSG akan bergerak di kisaran 4.049-4.390. Sementara untuk investor yang masih ingin membeli barang, sebaiknya menunggu ada koreksi saham. Janson menuturkan, investor bisa mulai melakukan akumulasi beli kalau IHSG turun setidaknya sekitar 0,6%-1%. Ia memasang kisaran pergerakan IHSG pekan ini di 4.190 - 4.280.
Meski analis memprediksi IHSG cenderung melemah, investor tidak perlu khawatir. Para analis masih meyakini IHSG berpeluang menembus 4.300 di akhir tahun.
Selain itu, masih ada sejumlah sentimen positif yang bisa menahan pelemahan IHSG. Dari Amerika Serikat (AS), investor bakal mulai melihat realisasi pengucuran stimulus melalui program quantitative easing jilid tiga. “Ini akan memberi dampak bagus ke Asia yang harus dilihat adalah aliran dana ke Asia, termasuk ke Indonesia,” tandas Felix.
Bulan ini juga emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mulai mengumumkan kinerja keuangan sepanjang kuartal tiga 2012. Rilis kinerja keuangan akan menjadi sentimen untuk mengimbangi sentimen global yang tidak menentu. Agar isi kantong tidak tergerus sentimen negatif, Felix menyarankan investor fokus pada emiten yang memiliki kas bagus dan bisnisnya stabil. “Investor harus terus hati-hati karena risiko pasar masih tinggi, meski tidak setinggi sebelumnya,”sebut dia. Ia merekomendasikan ASII, BMRI, GGRM, dan AALI.
Sementara James merekomendasikan sektor barang konsumer. Ia antara lainmenyarankan investor mencermati saham MYOR. James memprediksi saham ini berpotensi mencapai harga Rp 27.000 per saham dalam 12 bulan ke depan.
***Sumber : KONTAN MINGGUAN 52 XVI 2012 Investasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News