kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.862   -122,00   -0,78%
  • IDX 7.454   -37,85   -0,51%
  • KOMPAS100 1.153   -6,00   -0,52%
  • LQ45 913   -7,39   -0,80%
  • ISSI 227   0,42   0,19%
  • IDX30 470   -5,21   -1,10%
  • IDXHIDIV20 567   -5,83   -1,02%
  • IDX80 132   -0,64   -0,48%
  • IDXV30 141   0,49   0,35%
  • IDXQ30 157   -1,33   -0,84%

Rupiah mencoba bangkit pasca melemah 4 hari ini


Kamis, 22 Oktober 2015 / 11:38 WIB
Rupiah mencoba bangkit pasca melemah 4 hari ini


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Otot rupiah kembali bangkit pasca tertekan empat hari terakhir ini, Kamis (22/10). Mengacu data Bloomberg, di pasar spot rupiah berada di level Rp 13.570 per dollar AS atau menguat 1,12% dari sebelumnya Rp 13.724 per dollar AS pada pukul 11:33 WIB.

Sementara itu, mengacu pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah pun menguat ke Rp 13.640 per dollar AS atau 0,41% dari sebelumnya Rp 13.696 per dollar AS.

"Harapan positif bagi pelaku pasar uang terhadap pemerintah yang akan kembali meluncurkan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid V menjadi salah satu sentimen psitif bagi pasar uang," kata Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova dikutip dari Antara.

Ia mengharapkan bahwa paket kebijakan ekonomi jilid V yang akan diluncurkan dapat direspon positif oleh pelaku pasar keuangan di tengah sentimen eksternal yang cenderung belum mendukung penguatan mata uang di negara-negara berkembang, termasuk rupiah.

"Pelaku pasar uang domestik masih dibayangi sentimen eksternal terutama dari rencana bank sentral Amerika Serikat (the Fed) menaikkan suku bunga acuannya," katanya.

Menurut dia, penguatan nilai tukar rupiah masih cenderung terbatas menjelang rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan depan mengingat beberapa data ekonomi AS yang telah dirilis menunjukkan peningkatan.

Ia menambahkan bahwa kondisi ekonomi Tiongkok yang masih melambat juga mempengaruhi mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah. Melemahnya ekonomi Tiongkok dikhawatirkan mempengaruhi laju perekonomian nasional mengingat Indonesia masih memiliki ketergantungan terhadap hasil komoditas.

Senior Researcher and Analyst Monex Investindo Futures Albertus CK dalam kajiannya mengemukakan bahwa jika mengasumsikan hasil rapat FOMC pada bulan September lalu yang belum menaikan suku bunga, maka terdapat skenario bahwa bank sentral AS masih mempertimbangkan normalisasi kebijakan moneter pada rapat berikutnya.

"Kondisi pasar keuangan saat ini memang masih kurang ideal untuk menaikkan suku bunga dalam rapat FOMC terdekat, namun peluang masih terbuka jika outlook kinerja ekonomi AS tidak mengalami penurunan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×