kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.313   10,00   0,06%
  • IDX 7.192   51,54   0,72%
  • KOMPAS100 1.027   0,61   0,06%
  • LQ45 779   -0,14   -0,02%
  • ISSI 237   2,91   1,24%
  • IDX30 402   -0,27   -0,07%
  • IDXHIDIV20 464   1,04   0,22%
  • IDX80 116   0,22   0,19%
  • IDXV30 118   1,12   0,95%
  • IDXQ30 128   -0,16   -0,12%

Prospek Kinerja Emiten BUMN Karya Masih Suram


Rabu, 16 Juli 2025 / 20:03 WIB
Prospek Kinerja Emiten BUMN Karya Masih Suram
ILUSTRASI. Kinerja emiten BUMN Karya dianggap masih suram. Hal ini lantaran pemerintah yang tak lagi fokus mengguyurkan dana ke sektor infrastruktur.KONTAN/Cheppy A. Muchlis/25/04/2025


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten BUMN Karya dianggap masih suram. Hal ini lantaran pemerintah yang tak lagi fokus mengguyurkan dana ke sektor infrastruktur.

Tengok saja, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) masih mencatat kerugian di paruh pertama tahun 2025. 

WSKT menderita rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan alias rugi bersih sebesar Rp 2,13 triliun per semester I 2025. Untungnya, ini turun tipis dari rugi bersih Rp 2,15 triliun pada semester I 2024.

Direktur Keuangan Waskita Karya Wiwi Suprihatno mengatakan, kerugian Waskita per kuartal II 2025 disebabkan oleh beban keuangan yang belum dapat ditutupi oleh keuntungan operasional Perseroan. 

Baca Juga: PMN Tak Lagi Dikucurkan, Begini Tanggapan Emiten BUMN Karya

Padahal, beban keuangan tersebut telah mengalami penurunan sebesar 18,3% secara tahunan alias year on year (yoy).

“Ini hasil dari implementasi restrukturisasi keuangan yang dilakukan perseroan,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (15/7).

Hingga kuartal II 2025, Waskita terus melakukan langkah-langkah efisiensi operasi yang ditunjukkan dengan meningkatnya persentase margin laba bruto kuartal II 2025 sebesar 14% yoy dan menurunnya beban penjualan dan beban umum dan administrasi.

“Namun, perseroan mengalami penurunan pendapatan usaha akibat telah selesainya beberapa proyek eksisting yang dikelola,” tuturnya. 

Melansir laporan keuangannya, Pendapatan Usaha WSKT tercatat sebesar Rp 3,10 triliun per semester I 2025. Ini turun 30,63% dari pendapatan usaha semester I 2024 yang sebesar Rp 4,47 triliun.

Kalau melihat segmen pendapatan yang berasal dari pihak ketiga, proyek dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) turun Rp 484,62 miliar per semester I 2025, turun dari Rp 1,68 triliun pada periode sama tahun lalu.

Kemudian, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) membukukan perolehan kontrak baru sebesar Rp 4,3 triliun sepanjang semester I 2025. Raihan ini turun drastis dari nilai kontra per Juni 2024 yang sebesar Rp 10,25 triliun.

Corporate Secretary WIKA Ngantemin mengatakan, kontrak baru per Juni 2025 didominasi oleh sektor industri sebesar 58,86%, kemudian infrastruktur dan gedung 34%, serta EPC dan properti sebesar 7,14%.

Beberapa proyek yang berkontribusi antara lain Proyek Pengendalian Banjir di Jawa Tengah, dan Proyek Rehabilitasi Irigasi di Kalteng, Kaltara dan Jambi.

“Serta, Proyek Peningkatan Jalan Paket G di KIPP 1B-1C untuk meningkatkan konektivitas di IKN,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (16/7).

Baca Juga: Capaian Kontrak Baru BUMN Karya Masih Minim, Cermati Rekomendasi Berikut!

Saat ini, WIKA juga tengah mengerjakan sebanyak 53 proyek yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. “Dari jumlah tersebut, 30 proyek merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN),” katanya.

Sementara, PT PP (persero) Tbk (PTPP) merealisasikan perolehan nilai kontrak baru sebesar Rp 9,37 triliun hingga Juni 2025. Pencapaian ini setara 32,87% dari target pemasaran tahun 2025. 

Namun, raihan PTPP tersebut turun tipis dari kontrak baru sebesar Rp 9,5 triliun hingga Juni 2024.

Rully Arya Wisnubroto, Kepala Riset dan Kepala Ekonom Mirae Asset Sekuritas memandang, sektor infrastruktur belum menjadi prioritas pemerintah saat ini.

Apalagi, suntikan modal ke BUMN yang saat ini lewat Danantara sudah dilakukan lebih hati-hati. “Danantara pasti takut kalau (bantuan) nanti menimbulkan masalah,” ujarnya saat ditemui Jakarta, Selasa (15/7).

Secara keseluruhan, memang tidak mudah memulihkan kinerja emiten pelat merah di sektor infrastruktur. Namun, pemerintah diharapkan tidak terlalu agresif dalam membangun infrastruktur di tahun ini.

“Ini supaya kondisi kesehatan (emiten BUMN Karya) juga sedikit-sedikit bisa lebih longgar. Proyek yang sedikit itu jadi ruang bernapas,” paparnya.

Analis Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora menilai, kinerja emiten BUMN Karya masih menghadapi tantangan yang berat karena adanya pemangkasan anggaran Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sebesar Rp 81 triliun dan juga efisiensi yang dilakukan pemerintah. 

Baca Juga: Kontrak Baru BUMN Karya Belum Perkasa

“Selain itu faktor suku bunga yang tinggi juga menjadi tantangan untuk emiten BUMN karya pda semester 1 2025,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (15/7).

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan mengatakan, realisasi kontrak baru yang tergolong rendah salah satunya karena ada penundaan sejumlah proyek pemerintah.

“Selain itu, terdapat tren peningkatan porsi keterlibatan swasta dalam proyek infrastruktur, yang berimplikasi pada berkurangnya alokasi proyek bagi BUMN Karya,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (15/7).

Prospek dan Rekomendasi Saham

Di semester II, emiten BUMN Karya potensi kinerja masih akan sulit. Namun, dengan penurunan suku bunga bisa membuat beban bunga emiten BUMN Karya ikut turun. 

Andhika pun merekomendasikan buy on weakness untukADHI dan PTPP dengan target harga masing-masing Rp 270 per saham dan Rp 470 per saham.

Sementara, Ekky bilang, prospek emiten BUMN Karya, khususnya WSKT dan WIKA, masih penuh tantangan. Risiko utama meliputi potensi penundaan realisasi proyek pemerintah, pergeseran proyek ke sektor swasta, serta ketidakpastian restrukturisasi utang yang belum final. 

Kinerja BUMN Karya ke depan prospeknya hanya akan membaik jika terdapat katalis positif. Seperti, akselerasi proyek strategis nasional yang kembali melibatkan BUMN karya, suntikan tambahan modal dari pemerintah, keberhasilan refinancing, atau wacana konsolidasi/merger yang terealisasi. 

“Kabar-kabar tersebut bisa menjadi pemicu sentimen positif untuk sektor konstruksi BUMN,” katanya.

PTPP dinilai masih menunjukkan kinerja yang relatif positif dibanding rekan-rekannya. Namun, mengingat harga sahamnya sudah mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa bulan terakhir, pendekatan wait and see disarankan untuk PTPP.

“Sambil menunggu konfirmasi arah tren atau pengujian kembali area support di Rp 380 per saham,” paparnya.

Untuk ADHI, secara teknikal terdapat potensi rebound jangka pendek. Ekky menyarankan investor mempertimbangkan trading buy untuk ADHI dengan target swing di kisaran Rp 280 –Rp 300 per saham sebagai area take profit.

Selanjutnya: CNAF: Peluang Pertumbuhan Pembiayaan Kendaraan Masih Terbuka pada Semester II-2025

Menarik Dibaca: 5 Aroma Parfum yang Cocok Dipakai Siang Hari, Segarnya Bikin Semangat!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×