kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.915.000   44.000   2,35%
  • USD/IDR 16.400   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.142   47,86   0,67%
  • KOMPAS100 1.041   10,44   1,01%
  • LQ45 812   9,62   1,20%
  • ISSI 224   0,88   0,39%
  • IDX30 424   4,46   1,06%
  • IDXHIDIV20 504   1,88   0,37%
  • IDX80 117   1,34   1,15%
  • IDXV30 119   0,16   0,14%
  • IDXQ30 139   1,43   1,04%

Prospek Kinerja Astra (ASII) Tetap Cerah Meski Hadapi Tekanan, Cek Rekomendasi Analis


Rabu, 21 Mei 2025 / 20:41 WIB
Prospek Kinerja Astra (ASII) Tetap Cerah Meski Hadapi Tekanan, Cek Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Prospek kinerja PT Astra International Tbk (ASII) dipandang cerah meski menghadapi tekanan dari penurunan permintaan otomotif domestik.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja PT Astra International Tbk (ASII) dipandang cerah meski menghadapi tekanan dari penurunan harga batubara dan permintaan otomotif domestik yang melemah.

Sekadar mengingatkan, ASII mencatatkan pertumbuhan pendapatan 2,64% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 83,36 triliun di kuartal I 2025. Namun, laba bersih turun turun 7,12% yoy menjadi Rp 6,93 triliun di periode tersebut.

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila memperkirakan tekanan terhadap kinerja ASII belum usai. Sebab, sektor otomotif masih lemah karena dari sisi makroekonomi, yaitu suku bunga acuan masih tinggi dan daya beli yang masih lemah.

Baca Juga: Astra International (ASII) Sebut Penurunan BI Rate Akan Dorong Penjualan Mobil

Selain itu, harga batubara masih bergerak fluktuatif lantaran kondisi aktivitas ekspor impor yang melemah menyebabkan ada kekhawatiran supply chain disruptions. "Kedua sentimen itu menekan bisnis ASII dan margin," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (21/5).

Namun, ASII memiliki diversifikasi bisnis yang kuat. Indy memperkirakan PT United Tractors Tbk (UNTR) masih berpeluang tumbuh dengan proyek infrastruktur. Lalu dari sektor agribisnis, diiringi dengan jika ada regulasi komoditas dan normalisasi harga CPO maka turut memiliki potensi bertumbuh, sehingga bisa menopang kinerja keuangan ASII.

"Pertumbuhan kinerja ASII di 2025 diproyeksikan akan bergerak sedikit stagnan," sebutnya.

Equity Research OCBC Sekuritas Indonesia, Budi Rustanto menuturkan bahwa di tengah juga memperkirakan pertumbuhan akan cenderung mendatar. Laba bersih ASII di 2025 diperkirakan turun 11,65% menjadi Rp 30,08 triliun, tetapi pendapatan tumbuh 2,37% menjadi Rp 338,78 triliun.

Meski begitu, ia menilai prospek ASII tetap positif karena adanya sinyal pemulihan. Misalnya, pasar otomotif ASII tetap memimpin pangsa pasar mobil nasional dengan 54%.

Budi memperkirakan pasar otomotif akan pulih dengan total penjualan mobil domestik mencapai 850 ribu unit sepanjang 2025. Hal itu didorong oleh pelonggaran kebijakan moneter, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan peluncuran model-model baru.

Selain itu, kontribusi kendaraan elektrifikasi (eXtended Electric Vehicles/xEV) sudah mencapai 15%. Rinciannya, battery electric vehicle (BEV) sekitar 8% dan hybrid electric vehicle (HEV) sebesar 7%.

Baca Juga: Astra (ASII) Yakin Penurunan BI Rate Dapat Kerek Kinerja di Lini Bisnis Ini

Hanya saja, BEV saat ini lebih dominan di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Sementara, HEV lebih merata antara kota besar dan daerah lainnya, sehingga Astra melihat HEV sebagai produk yang lebih cepat diterima secara nasional.

Dus, Astra berencana memperluas portofolio HEV, termasuk meluncurkan model tujuh penumpang untuk pasar massal, sembari membangun ekosistem pendukung seperti stasiun pengisian daya. "Dengan teknologi yang andal dan harga yang kompetitif, kami percaya Astra mampu mempertahankan kepemimpinan di pasar HEV nasional," paparnya.

Di pasar roda dua, pangsa pasar ASII tetap kuat dengan 77% di kuartal I 2025. Penjualan diharapkan mencapai 6,7 juta unit tahun ini.

Sementara itu, di segmen alat berat dan tambang meski alami tekanan di kuartal I 2025, kinerja tambang emas dan penjualan alat berat diperkirakan masih menjadi penopang.

"Astra juga memperkuat investasinya di energi terbarukan dan mineral seperti nikel dan tembaga melalui anak usaha," sebutnya.

Di luar sektor otomotif dan tambang, ASII terus mendorong pertumbuhan melalui investasi di infrastruktur dan layanan kesehatan. Budi melihat, akuisisi rumah sakit jantung Heartology diharapkan memperluas ekosistem kesehatan ASII, ditopang oleh sinergi dengan karyawan dan perusahaan asuransi.

Baca Juga: Astra (ASII) Siapkan Belanja Modal Rp 28 Triliun pada Tahun 2025

"Pertumbuhan sektor kesehatan sangat prospektif, mengingat peningkatan pendapatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan," tambah Budi.

OCBC Sekuritas Indonesia tetap optimistis terhadap prospek ASII, didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang solid di tengah kebijakan moneter yang lebih akomodatif dan stimulus fiskal. Lalu, kepemimpinan ASII di pasar 4W dan 2W, diversifikasi di bidang pertambangan emas, mineral, dan energi terbarukan, kolaborasi digital, serta neraca keuangan yang kuat untuk mendanai investasi strategis.

Selain itu, juga valuasi ASII yang menarik lantaran di bawah rata-rata historis 5 tahun terakhir. Dus, ia memberikan rekomendasi buy dengan target harga Rp 5.800.

Sementara Indy merekomendasikan buy on weakness ASII dengan target harga Rp 5.025.

"ASII konsisten membagi dividen dan secara valuasi juga ASII masih relatif murah," imbuhnya.

Selanjutnya: Siapkan US$ 72 Juta, BUMI Konsisten Terapkan Program ESG dalam Menjaga Lingkungan

Menarik Dibaca: Kasus Covid-19 Meningkat di Beberapa Negara Asia, Kemenkes Imbau Masyarakat Waspada

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×