Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terkoreksi tajam seiring meningkatnya perang dagang. Alhasil, harga komoditas energi kian bearish.
Berdasarkan Trading Economics, harga minyak WTI ambles 7,41% ke US$ 61,99 per barel pada Jumat (4/4). Minyak Brent juga turun 6,5% ke US$ 65,58 per barel.
Founder Traderindo, Wahyu Laksono menyebutkan ada aksi jual yang dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran akan perang dagang global. Ini setelah China menanggapi tarif baru AS secara agresif, yang menandakan keretakan ekonomi yang semakin dalam.
"Perang dagang akan merugikan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan komoditas utama seperti minyak mentah dan produk olahan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (5/4).
Baca Juga: Harga Minyak Melemah Jumat (4/4) Pagi, Menyusul Keputusan Tarif Timbal Balik Trump
Tekanan lebih lanjut untuk harga minyak seiring keputusan OPEC+ untuk melanjutkan rencana peningkatan produksi. Kelompok tersebut kini menargetkan untuk mengembalikan 411.000 barel per hari (bpd) ke pasar pada bulan Mei, jauh lebih tinggi dari yang dijadwalkan sebelumnya yaitu 135.000 bpd.
Pergerakan ini telah menambah sentimen bearish di pasar. Wahyu melihat para pedagang khawatir bahwa peningkatan pasokan di tengah melemahnya permintaan dapat memperburuk tekanan turun pada harga.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan dengan kondisi ini harga minyak WTI terbuka menuju US$ 55 per barel. "Secara teknikal, support berada di US$ 60 yang kemungkinan besar akan bertahan paling tidak untuk saat ini hingga ada perkembangan dan data-data ekonomi baru dari dampak perang dagang," katanya.
Turunnya harga minyak ikut menyeret harga komoditas energi lainnya terperosok. Gas alam dan batubara misalnya, yang masing-masing turun 7,27% ke US$ 3,83 per MMBtu dan 2,41% ke US$ 97 per ton.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok Lebih dari 6%, Imbas Tarif Trump dan Peningkatan Pasokan OPEC+
Lukman menuturkan, perang dagang juga menjadi sentimen penekan bagi harga kedua komoditas tersebut. Untuk gas alam, akibat perang dagang maka bisa memicu Uni Eropa menghentikan impor gas dari AS.
Lalu untuk batubara dengan adanya perang dagang berpotensi mengurangi permintaannya. Apalagi mengingat situasi batubara yang sedang kelebihan pasokan sehingga berpotensi menekan harganya lebih lanjut.
Secara keseluruhan Lukman memperkirakan harga minyak di US$ 60 per barel di semester I 2025 dan US$ 55 per barel di akhir tahun 2025. Gas alam diperkirakan US$ 3,2 per MMBtu di semester I dan US$ 2,7 per MMBtu di akhir tahun, sedangkan batubara di US$ 80 per ton - US$ 90 per ton.
Wahyu juga berpandangan bearish untuk harga komoditas pada 2025. Ia memperkirakan harga minyak di rentang US$ 20 - US$ 70 per barel, gas alam dikisaran US$ 2.000 - US$ 5.000 per MMBtu, dan batubara US$ 50 - US$ 120 per ton.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Ikut Terseret Turun Pasca Pengumuman Kebijakan Tarif Trump
Selanjutnya: Puncak Arus Balik, Whoosh Berhasil Jual 280 Ribu Tiket Periode Angkutan Lebaran
Menarik Dibaca: Anda Enggak Mau Boros Terus? Coba 7 Cara Melacak Pengeluaran Bulanan Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News