Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek harga komoditas energi diperkirakan masih akan suram di 2025. Komoditas energi masih dibayang-bayangi pertumbuhan ekonomi global dan pasokan.
Pekan awal tahun ini, harga komoditas energi cenderung bergerak menguat. Berdasarkan Trading Economics, harga minyak WTI naik 1,81% Year to date (Ytd) ke US$ 73,08 per barel dan minyak Brent naik 1,61% ke US$ 75,86 per barel pada Jumat (3/1) pukul 15.42 WIB.
Sementara harga gas alam turun 2,31% Ytd ke US$ 3,55 per MMBtu seiring penurunan 3,01% dalam 24 jam terakhir. Lalu batubara turun 0,52% Ytd ke US$ 124,6 per ton.
Baca Juga: Saham Emiten Energi Masih Unjuk Gigi
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan bahwa prospek harga energi masih suram jika dilihat dari pasokan dan permintaan. Menurutnya, meskipun kebijakan Trump dipandangan pro fosil, tetapi juga akan meningkatkan produksi gas dan minyak bumi AS.
Untuk gas alam, misalnya, Lukman menyebut awal tahun ini harganya sempat naik oleh kemungkinan cuaca yang lebih dingin. Namun, kemudian turun oleh ramalan cuaca yang ternyata hangat.
Lalu untuk batubara masih tertekan prospek permintaan dan tingkat produksi rekor China.
"Harapan stimulus tidak dapat mendukung harga," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (3/1).
Sedangkan untuk minyak justru merespons positif berita stimulus dari China dan data inventaris AS yang terus menurun untuk enam pekan beruntun.
"Walau prospek OPEC menormalisasi produksi akan menahan kenaikan lebih lanjut," sambungnya.
Baca Juga: Permintaan Diproyeksi Tinggi, Begini Prospek Bisnis Batubara pada 2025
Selain itu, berita bahwa Presiden Joe Biden sedang mempersiapkan dekrit yang melarang secara permanen pengembangan minyak dan gas lepas pantai baru di beberapa perairan pesisir AS juga memberikan dukungan pada harga minyak mentah.
Menurut dia, katalis utama dari batubara masih dari pertumbuhan ekonomi global, terutama China. Lalu untuk minyak mentah dari produksi OPEC+ dan Amerika Utara.
Prospek harga batubara pada tahun ini diperkirakan masih lesu lantaran China semakin gencar dalam perpindahan ke energi terbarukan dan nuklir. Lihat saja, pada tahun 2024
China menambahkan 11 reaktor nuklir menjadi total 30 reaktor nuklir generasi ke-3 yang 10% lebih efisien daripada generasi ke-2 dan sedang membangun generasi ke-4 yang 30% lebih efisien dari generasi ke-2. Sedangkan reaktor batubara hanya 14, turun 80% dari tahun 2023.
"Hanya apabila ada gangguan produksi skala besar hanya bisa membuat harga naik kembali," sebutnya.
Lukman memperkirakan harga batubara di kisaran US$ 90 - US$ 110 per ton.
Lalu, minyak mentah diperkirakan memiliki harga ideal di US$ 60 per barel dan dengan skenario terburuk di US$ 50 per barel. Adapun untuk gas alam diproyeksikan di US$ 2,8 - US$ 3 per MMBtu.
Selanjutnya: Presiden Marcos Copot Wapres Sara Duterte dari Dewan Keamanan Nasional
Menarik Dibaca: Wilayah Ini Hujan Petir, Cek Prediksi Cuaca Besok (4/1) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News