Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga komoditas energi seperti minyak mentah, batubara, serta gas alam diperkirakan bakal turun lebih jauh di awal 2025. Secara umum, kondisi perekonomian global yang belum pulih menekan prospek harga energi.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong memaparkan bahwa harga minyak mentah masih terbebani oleh surplus pasokan yang semakin besar melewati 1 juta barel per hari (bph). Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pun belum diekspektasikan bakal memangkas produksi.
Dolar AS yang kuat juga membebani harga minyak mentah secara umum, meskipun bukan menekan fundamental. Alhasil, harga minyak mentah WTI terkoreksi 3,97% selama sepekan yang berada di posisi US$ 68.476 per barel, berdasarkan data Tradingeconomics, Jumat (29/11) pukul 18.05 WIB.
Harga batubara memang sudah diprediksi cukup berat untuk bertahan di US$ 150 per ton, apalagi setelah tidak ada gangguan produksi di Australia seperti yg dikhawatirkan (LaLina). Harga batubara terpantau turun sekitar 1,45% dalam sepekan dan merosot sekitar 3,99% dalam sebulan terakhir.
Baca Juga: Permintaan Lesu, Simak Prospek Harga Komoditas Energi di Awal 2025
Lukman melihat, faktor ekonomi China masih paling berpengaruh pada harga batubara, mengingat mereka adalah produsen dan konsumen terbesar emas hitam tersebut. Ekonomi China masih penuh ketidakpastian, menyusul adanya tantangan besar dari tarif Trump di tahun depan.
‘’Dan juga jangan lupa, peralihan ke energi terbarukan masih terus tumbuh pesat dan akan menekan permintaan energi fosil seperti batubara,’’ tutur Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (29/11).
Sementara itu, Lukman menyoroti, harga komoditas energi lainnya yaitu gas alam justru masih cukup kuat. Meski terjadi koreksi harga, permintaan gas alam masih tinggi menjelang musim dingin. Gas alam pun terlihat koreksi tipis 0,91% dalam sepekan, namun naik 16.58% dalam sebulan terakhir.
‘’Secara umum, ketiga komoditas energi itu tentu akan terbebani oleh prospek perang dagang dan dolar AS yang kuat,’’ sambung dia.
Baca Juga: Masih Tunggu Keputusan Final, Skema Baru BBM Bersubsidi Sudah Dilaporkan ke Presiden
Lukman memandang, gas alam dan minyak mentah diperkirakan akan mulai tertekan apabila Trump menerapkan kebijakan yang mendukung produksi energi. Namun banyak analis yang skeptis apabila Amerika masih sanggup menaikkan produksi migas lebih tinggi secara berarti.
‘’Dengan asumsi perang dagang, peningkatan produksi migas AS dan ekonomi China yang belum sanggup pulih dengan asumsi tidak ada perubahan pada pasokon dunia di luar AS saat ini, saya melihat komoditas energi akan turun lebih rendah,’’ kata Lukman.
Menurut Lukman, harga minyak mentah WTI kemungkinan akan berkisar US$ 60–US$ 65 per barel di kuartal I-2025. Sedangkan, harga batubara diproyeksi sekitar US$ 120–US$ 130 per barel di kuartal I-2025. Gas alam diperkirakan berada di kisaran US$ 2,8–US$3 Mmbtu.
Selanjutnya: Investasi Emas Digital Naik, LakuEmas Gencar Melakukan Edukasi
Menarik Dibaca: Chandra Asri Pasific Kolaborasi dengan Rumah Atsiri dalam Circle of Beauty 3.0
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News