kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.608.000   1.000   0,06%
  • USD/IDR 16.175   100,00   0,61%
  • IDX 7.166   -66,59   -0,92%
  • KOMPAS100 1.055   -9,60   -0,90%
  • LQ45 831   -12,11   -1,44%
  • ISSI 214   0,13   0,06%
  • IDX30 427   -6,80   -1,57%
  • IDXHIDIV20 512   -6,51   -1,26%
  • IDX80 120   -1,15   -0,95%
  • IDXV30 123   -0,75   -0,60%
  • IDXQ30 140   -2,07   -1,45%

Meski Tengah Tertekan, Prospek Harga Komoditas Energi Dinilai Tetap Positif


Jumat, 24 Januari 2025 / 20:52 WIB
Meski Tengah Tertekan, Prospek Harga Komoditas Energi Dinilai Tetap Positif
ILUSTRASI. Ilustrasi Pompa angguk tambang minyak. Meski harga komoditas energi cenderung menurun, tetapi diperkirakan harganya masih cukup positif pada tahun ini.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski harga komoditas energi cenderung menurun, tetapi diperkirakan harganya masih cukup positif pada tahun ini.

Berdasarkan Trading Economics, dalam sepekan harga minyak dunia telah turun 3,23% ke US$ 75,02 per barel pada Jumat (24/1) pukul 19.24 WIB. Gas alam juga serupa dengan penurunan 2,58% dalam sepekan ke US$ 3,84 per MMBtu.

Adapun untuk batubara, dalam sepekan menguat 1,57% ke US$ 116,5 per ton. Namun harga tersebut dekat dengan level terendahnya dalam empat tahun di US$ 114 per ton.

Baca Juga: Harga Komoditas Energi Diproyeksikan Tertekan, Ini Sebabnya

Founder Traderindo, Wahyu Laksono menilai dari ketiga komoditas tersebut, pergerakan harga minyak mentah dunia yang diperkirakan lebih tertekan akibat seruan darurat energi oleh Trump.

"Sehingga, pelepasan cadangan minyak Amerika Serikat (AS) memicu ekspektasi tambahan suplai," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (24/1).

Karenanya, harga minyak diperkirakan berada di US$ 70 per barel pada akhir tahun 2025.

Untuk batubara, Wahyu melihat harganya saat ini sedang mengalami koreksi wajar. Sebab, pada tahun lalu China menggenjot produksinya dan mengimpor lebih banyak batubara untuk periode Januari-November 2024 daripada tahun 2023, terutama karena harga yang lebih rendah.

Namun, prospek ke depan dinilai masih cukup baik. Menurut Wahyu, meskipun AS dan Eropa, seperti Inggris yang sudah menutup pembangkit listrik batubara terakhirnya, tetapi China dan India masih sangat membutuhkan batubara.

Baca Juga: Kabar Transfer Arsenal: Vlahovic Menutup Pintu, Cunha dan Sesko Jadi Target

Wahyu berpandangan bahwa India, China, dan Indonesia akan mendorong konsumsi dan perdagangan batubara global ke level tertinggi baru pada tahun 2025, menantang prediksi penurunan sebelumnya, kata S&P Global Commodity Insights.

"Support global dari dampak Trump juga bisa mendukung harga karena mendukung harga komoditas khususnya energi fosil naik," sebutnya.

Ia pun memperkirakan harga batubara di US$ 130 per ton pada akhir tahun 2025.

Untuk prospek gas alam, Wahyu menilai juga masih akan baik karena didukung sejumlah katalis positif, seperti Kebijakan Trump yang memudahkan regulasi dan investasi infrastruktur bertujuan untuk meningkatkan produksi dan ekspor gas alam AS.

Baca Juga: Harga Minyak Diprediksi Turun Pekan Ini Imbas Kebijakan Energi Trump

Lalu, meningkatnya ekspor LNG dan lonjakan permintaan listrik yang didorong kecerdasan buatan (AI) menciptakan peluang pertumbuhan baru bagi produsen gas Amerika.

Kemudian, kekuatan pasar, termasuk harga gas domestik dan internasional yang pada akhirnya akan menentukan skala ledakan produksi gas AS dan seperti apa harga domestik akan terlihat.

"Kecemasan musim dingin juga masih mendukung harga," terang Wahyu. Dus, harga gas alam diproyeksikan berada di US$ 4 per MMBtu pada akhir 2025.

Selanjutnya: SIG Dorong Penggunaan Bata Interlock Presisi untuk Wujudkan 3 Juta Rumah

Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (25/1): Dari Berawan hingga Diguyur Hujan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×