Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemesanan/book order Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI027 mencapai Rp 37,36 triliun per Kamis (20/2) pukul 10.00 WIB. Kupon yang tinggi hingga risiko yang lebih terukur menjadi pendorongnya di tengah ketidakpastian pasar.
Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan, Deni Ridwan mengatakan bahwa usai penutupan penawaran pada Kamis (20/2) pukul 10.00 WIB, total book order ORI027 mencapai Rp 37,36 triliun.
Rinciannya, tenor tiga tahun mencatatkan book order sebesar Rp 32,97 triliun dan tenor enam tahun sebesar Rp 4,39 triliun.
"Pemesanan ORI027 tersebut tertinggi sepanjang sejarah penerbitan SBN Ritel," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (20/2).
Namun, ia menegaskan selanjutnya akan dilakukan proses verifikasi atas pemesanan ORI027 tersebut dengan pihak-pihak terkait. Angka final-nya juga akan diumumkan setelah penetapan penerbitan ORI027 pada tanggal 24 Februari 2025.
Adapun penjualan terbesar pada SBN ritel terjadi pada seri ORI023 sebesar Rp 28,9 triliun.
Baca Juga: Penjualan ORI027 Tembus Rekor Tertinggi Penerbitan SBN Ritel
Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan bahwa tingginya permintaan ORI027 salah satunya didorong oleh imbal hasil yang kompetitif, lebih tinggi dari deposito dan menawarkan kupon tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Selain itu, ORI juga bersifat tradable di pasar sekunder.
"Sehingga membuat obligasi ini pilihan yang menarik dan lebih aman di tengah tingginya ketidakpastian pasar akibat kebijakan tarif Presiden Trump," ujarnya saat dihubungi terpisah.
Lanjut David, tingginya book order juga diperkirakan karena ada peralihan dana dari pasar saham seiring tertekannya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mencatatkan penurunan 4,29% sejak awal tahun (year to date/ytd).
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto menambahkan tingginya permintaan ORI027 bertepatan dengan ORI021 yang jatuh tempo pada 15 Februari. Sehingga, investor kembali mengalokasikan dananya ke seri ini.
Adapun untuk gap yang besar antara tenor tiga dan enam tahun juga dinilai karena investor berupaya untuk meminimalisir risiko dari ketidakpastian.
Selanjutnya, pemerintah akan kembali menawarkan Sukuk Tabungan (ST) seri ST014. Seri tersebut akan ditawarkan mulai 7 Maret hingga 9 April 2025.
Ramdhan berpandangan bahwa untuk penawaran kuponnya diperkirakan akan alami penurunan, tetapi masih dalam pandangan yang menarik. Hal ini sejalan dengan melandainya yield Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun ke bawah 7%.
Berdasarkan Trading Economics, yield SUN 10 tahun berada di 6,7635% pada Kamis (20/2) pukul 19.41 WIB.
Meski begitu, permintaannya masih akan tetap ramai mengingat pada 10 Maret 2025 ada Sukuk Negara Ritel (SR) seri SR016 yang akan jatuh tempo. "Namun, mengingat sukuk tabungan bersifat non-tradeable maka permintaannya akan menurun. Saya kira sekitar Rp 15 triliun," katanya.
Secara keseluruhan, prospek SBN ritel di tahun ini diprediksi positif. David menerangkan bahwa SBN ritel menawarkan imbal hasil tetap dan pembayaran kupon yang dijamin pemerintah, sementara pasar saham cenderung lebih volatil mengikuti berbagai faktor ekonomi global dan domestik.
David juga mencermati bahwa kinerja korporasi domestik saat ini cenderung flat, ditambah dengan tingginya ketidakpastian, salah satunya dari tarif Trump.
Baca Juga: Obligasi Dinilai Lebih Menarik di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Arus modal asing pun memperlihatkan pergeseran dari saham ke SBN yang cukup signifikan. Per 13 Februari 2025 pasar saham mencatatkan net sell Rp 7,59 triliun, sementara SBN mencetak net buy sebesar Rp 10,11 triliun.
Kebijakan pemerintah seperti realokasi anggaran juga dinilai memberikan sentimen positif untuk masuk ke pasar SBN. Namun berbagai program strategis nasional pemerintah juga diharapkan bisa menjadi katalis yang menggerakkan kembali perekonomian riil, termasuk dengan meningkatkan kembali konsumsi dan daya beli, sehingga bisa memacu pertumbuhan dan menarik kembali minat investor di pasar saham.
"Jadi, dalam ketidakpastian yang tinggi, bisa jadi SBN akan lebih diminati karena lebih stabil dan aman, namun juga tidak menutup kemungkinan untuk berinvestasi di saham yang lebih berisiko namun bisa berpotensi memberikan return yang lebih besar," paparnya.
Ramdhan juga berpendapat bahwa secara return, dengan ketidakpastian saat ini maka bisa saja SBN ritel dapat memberikan imbal hasil yang lebih baik, apalagi jika melakukan profit taking di pasar sekunder di tengah dinamika pasar obligasi saat ini. Ramdhan memperkirakan investor memperoleh imbal hasil berkisar 7%-9%.
"Namun, saat ini sikap mayoritas pemegang SBN ritel cenderung hold to maturity alias dipegang hingga jatuh tempo," imbuhnya.
Selanjutnya: Ini Dia Gift Code Ojol The Game 21 Februari 2025 Ter-Update yang Anda Cari
Menarik Dibaca: Ini Dia Gift Code Ojol The Game 21 Februari 2025 Ter-Update yang Anda Cari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News