kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.708.000   17.000   1,01%
  • USD/IDR 16.335   0,00   0,00%
  • IDX 6.788   -6,83   -0,10%
  • KOMPAS100 1.009   -1,54   -0,15%
  • LQ45 781   -2,24   -0,29%
  • ISSI 211   0,76   0,36%
  • IDX30 405   -1,54   -0,38%
  • IDXHIDIV20 488   -3,62   -0,74%
  • IDX80 114   -0,07   -0,06%
  • IDXV30 120   -0,76   -0,63%
  • IDXQ30 133   -0,78   -0,59%

Obligasi Dinilai Lebih Menarik di Tengah Ketidakpastian Ekonomi


Selasa, 18 Februari 2025 / 07:15 WIB
Obligasi Dinilai Lebih Menarik di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
ILUSTRASI. Warga mencari informasi mengenai Surat Berharga Negara (SBN) jenis Obligasi Negara Ritel seri ORI027 melalui perangkat digital di Depok, Jawa Barat, Senin (27/1/2025). Kementerian Keuangan pada Senin (27/1) menerbitkan surat berharga negara (SBN) ritel perdana di tahun 2025, obligasi seri ORI027 yakni ORI027T3 bertenor 3 tahun dengan imbal hasil 6,65 persen per tahun dan ORI027T6 bertenor 6 tahun dengan imbal hasil 6,75 persen per tahun yang keduanya merupakan imbal hasil tetap atau fixed rate. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/nym.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah ketidakpastian ekonomi yang tinggi, obligasi kini dinilai lebih menarik dibandingkan instrumen investasi dengan risiko tinggi.

Kepala Divisi Riset Ekonomi PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Suhindarto, mengatakan bahwa ketidakpastian ekonomi mendorong investor untuk lebih berhati-hati dan menghindari risiko.

Oleh karena itu, banyak investor memilih untuk mengamankan aset mereka dengan instrumen yang lebih aman, seperti emas dan obligasi.

"Dalam kondisi seperti ini, investor cenderung menghindari risiko dan beralih ke instrumen yang lebih stabil," ujar Suhindarto kepada Kontan.co.id, Senin (17/2).

Baca Juga: Penjualan ORI027 Meningkat Jelang Penutupan, Investor Masih Fokus pada Tenor Pendek

Kinerja Obligasi Lebih Positif Dibandingkan Saham

Kinerja pasar mencerminkan sentimen tersebut. Per 14 Februari 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 6,24% sejak awal tahun (YTD).

Sementara indeks obligasi pemerintah naik 2,09% YTD dan indeks obligasi korporasi naik 1,99% YTD.

Obligasi pemerintah mendapat return lebih tinggi karena ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan luar negeri, seperti kebijakan ekonomi Trump dan fluktuasi rupiah yang mempengaruhi aktivitas ekonomi.

Suhindarto menjelaskan bahwa ketidakpastian ini lebih berdampak pada pasar saham dan obligasi korporasi, sementara obligasi pemerintah lebih banyak dipengaruhi oleh kebijakan fiskal pemerintah.

Kebijakan penghematan anggaran yang baru-baru ini diterapkan menjadi katalis positif bagi pasar obligasi pemerintah.

"Penghematan anggaran akan mengurangi tekanan terkait dengan potensi peningkatan pasokan utang, yang dapat memperburuk defisit anggaran dan jumlah utang yang jatuh tempo," jelasnya.

Baca Juga: Mencermati ORI

Prospek Positif untuk Pasar Obligasi Indonesia

Sinyal pelemahan ekonomi juga tercermin dalam turunnya tingkat inflasi yang berada di bawah target Bank Indonesia (BI).

Hal ini meningkatkan kekhawatiran tentang kinerja perusahaan yang berdampak pada persepsi investor terhadap pasar saham dan obligasi korporasi.

Namun, prospek pasar obligasi dinilai positif. Suhindarto menambahkan bahwa jika Trump berhasil mendorong The Fed untuk memangkas suku bunga, ini dapat menurunkan yield US Treasury, yang akan menjadi sentimen positif bagi yield obligasi di dalam negeri.

"Jika premi yang diminta oleh investor asing tetap stabil, maka yield dalam negeri akan turun seiring penurunan yield di AS," tambahnya.

Selain itu, penurunan yield di AS dapat mendorong investor global untuk mencari outlet baru dengan imbal hasil lebih tinggi.

Indonesia menjadi salah satu tujuan utama aliran modal, bersama dengan India, karena Indonesia memiliki perratingan investment grade dan menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara dengan peringkat BBB.

Baca Juga: Obligasi Menjadi Pilihan Investor di Tengah Volatilitas Pasar

Potensi Arus Modal Masuk ke Indonesia

Suhindarto mengatakan, keunggulan ini pada akhirnya akan menarik arus modal ke pasar domestik, yang akan membantu menurunkan fluktuasi rupiah dan mengurangi risiko translasi.

Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa beberapa trader berharap regulator akan segera meninjau Supplementary Leverage Ratio (SLR), aturan yang mewajibkan bank-bank besar AS untuk memiliki lapisan tambahan modal penyerap kerugian terhadap utang pemerintah AS dan deposito bank sentral.

Perubahan kebijakan ini dapat mendorong imbal hasil Treasury AS lebih rendah.

Baca Juga: Investasi Masuk Rp 20 Triliun, Cek Cara Beli ORI 027 Kupon 6,75% Sebelum Ditutup

Pilihan Tenor Pendek dalam Ketidakpastian

Dalam kondisi ketidakpastian ini, Suhindarto juga memandang bahwa tenor pendek akan lebih banyak diburu oleh investor karena lebih kurang rentan terhadap perubahan suku bunga dan ketidakpastian ekonomi.

"Tenor pendek lebih menarik karena risikonya lebih rendah dibandingkan tenor panjang," tutupnya.

Selanjutnya: Banyak Sentimen Mendorong Harga Emas Global

Menarik Dibaca: Jenis Limit KUR BSI 2025 dan Cara Pengajuan Pinjaman Syariah untuk UMKM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×