Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli
Walaupun diwarnai berbagai sentimen positif, pasar masih dibayangi sentimen negatif. Di antaranya, kekhawatiran pelaku pasar pada akhir bulan Mei akan lebih banyak negara bagian melakukan pelonggaran lockdown, akan tetapi permintaan tidak kembali seperti harapan.
Selain itu, pasar juga khawatir pembukaan lockdown yang terlalu cepat akan membuat kasus penyebaran Covid-19 meningkat lagi, sehingga terjadi penutupan ekonomi kembali.
Sentimen pemberat dari domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 sebesar 2,97% year-on-year (YoY).
Baca Juga: Rekomendasi saham-saham pilihan saat ekonomi Indonesia makin sulit
Dibandingkan dengan kuartal I-2019 yang mencapai 5,07% (YoY), pertumbuhan tersebut lebih mini. Pertumbuhan di kuartal I juga lebih rendah jika dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 4,97% YoY.
Sementara itu, pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang menjadi ukur investasi hanya tumbuh 1,7% lebih rendah dari kuartal I 2019 yang tumbuh 5,03%.
Konsumsi rumah tangga yang merupakan pos pengeluaran terbesar melambat dari 5,02% di kuartal I 2019 menjadi 2,84% di kuartal 2020. " Data ini lebih rendah dari konsensus ekonom sehingga menjadi sentiment negatif," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News