Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penerbitan surat utang korporasi, baik dalam bentuk obligasi maupun sukuk, diproyeksikan tetap ramai pada 2026. Kondisi ini terutama didorong oleh penurunan suku bunga acuan yang dinilai memberikan momentum positif bagi emiten untuk memperoleh pendanaan dengan biaya yang lebih efisien.
Berdasarkan catatan Kontan, sejumlah emiten telah merencanakan penerbitan obligasi sejak awal Januari 2026. Salah satunya adalah PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang akan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan V Chandra Asri Pacific Tahap I Tahun 2025 dengan jumlah pokok mencapai Rp 1,5 triliun.
Obligasi tersebut dijadwalkan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 14 Januari 2026, dengan dana hasil penerbitan dialokasikan untuk kebutuhan modal kerja.
Selain TPIA, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) juga berencana menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2025 senilai Rp 500 miliar. Surat utang ini akan mulai dicatatkan di BEI pada 8 Januari 2026.
Baca Juga: IHSG Turun 1,61% di Pekan Pendek Natal, Simak Reviewnya
Emiten lainnya, PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT), turut menyiapkan penerbitan Obligasi Berkelanjutan I Tahap III Tahun 2025 senilai Rp 210 miliar yang akan tercatat di BEI pada 7 Januari 2026.
Sementara itu, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) berencana menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I TBS Energi Utama Tahap II Tahun 2026 dengan nilai Rp 500 miliar. Obligasi ini dijadwalkan mulai tercatat di BEI pada 23 Januari 2026.
Praktisi Pasar Modal Raden Bagus Bima menilai, ramainya rencana penerbitan obligasi pada awal 2026 dipengaruhi oleh kombinasi kebutuhan refinancing serta pendanaan ekspansi. Di sisi lain, penurunan suku bunga acuan dinilai berperan penting karena mampu menekan cost of fund emiten.
"Alhasil, emiten melihat bahwa awal tahun 2026 sebagai waktu yang relatif tepat untuk mengunci pendanaan jangka menengah hingga panjang," ujar dia, Jumat (26/12).
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menjelaskan bahwa tujuan utama penerbitan surat utang pada dasarnya adalah untuk menjaga keberlangsungan usaha emiten.
Baca Juga: IHSG Berpeluang Melemah Pekan Depan, Dipicu Aksi Ambil Untung Jelang Akhir Tahun
Ia mencontohkan, penerbitan obligasi dengan kupon lebih rendah untuk kebutuhan refinancing dapat membantu mengurangi tekanan arus kas negatif, menekan beban utang sebelumnya, serta memperbaiki rasio utang terhadap profitabilitas.
Meski demikian, Nafan mengingatkan bahwa keberhasilan penerbitan obligasi sangat bergantung pada peringkat kredit emiten. Menurutnya, peringkat A merupakan level yang paling ideal karena mencerminkan stabilitas dan kredibilitas perusahaan, sehingga mampu meningkatkan kepercayaan investor.
"Secara keseluruhan, penerbitan obligasi akan lebih bernilai positif apabila didukung oleh tujuan ekspansi yang jelas serta peringkat kredit yang kuat," kata dia, Jumat (26/12).
Raden menambahkan, tren penerbitan obligasi berpotensi tetap ramai sepanjang 2026, khususnya apabila tren penurunan suku bunga acuan berlanjut.
Obligasi dinilai masih menjadi salah satu sumber pendanaan yang ideal bagi emiten karena strukturnya lebih fleksibel, tidak menimbulkan dilusi saham, serta memiliki tenor yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan perusahaan.
Meski demikian, emiten tetap perlu memperhatikan kondisi arus kas, kemampuan pembayaran bunga, serta kejelasan penggunaan dana agar penerbitan obligasi tidak membebani kesehatan keuangan dalam jangka panjang.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Tembus Level 10.000, Cermati Saham Pilihan Analis
Dari sisi investasi, Raden memandang saham-saham emiten yang akan menerbitkan obligasi dalam waktu dekat relatif menarik untuk dicermati.
Investor dapat memilih berinvestasi pada saham emiten penerbit obligasi maupun langsung pada instrumen obligasinya, dengan mempertimbangkan fundamental perusahaan, peringkat kredit, serta tujuan penggunaan dana.
"Kalau poin-poin tersebut sudah jelas semua, berikutnya investor bisa menimbang nilai kupon dan tenornya," tandas dia.
Adapun Nafan merekomendasikan investor untuk melakukan akumulasi beli saham ENRG dengan target harga di level Rp 1.960 per saham.
Selanjutnya: Kelapa Sawit Berpeluang Bebas Bea Masuk ke AS, Tekstil Tetap Kena Tarif 19%
Menarik Dibaca: Daftar Top Series 2025 Versi IMDb, Ada The White Lotus hingga Squid Game
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News












