kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.462.000   9.000   0,37%
  • USD/IDR 16.663   -15,00   -0,09%
  • IDX 8.660   40,02   0,46%
  • KOMPAS100 1.192   10,20   0,86%
  • LQ45 848   1,27   0,15%
  • ISSI 313   2,80   0,90%
  • IDX30 434   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 501   -0,35   -0,07%
  • IDX80 134   1,11   0,84%
  • IDXV30 138   1,59   1,16%
  • IDXQ30 138   -0,09   -0,07%

Pemangkasan Suku Bunga Dorong Prospek Obligasi Korporasi Tahun Depan


Minggu, 14 Desember 2025 / 15:00 WIB
Pemangkasan Suku Bunga Dorong Prospek Obligasi Korporasi Tahun Depan
ILUSTRASI. Obligasi korporasi corporate bond (Shutterstock/Shutterstock) Obligasi korporasi diproyeksikan tetap mempertahankan daya tariknya bagi pelaku pasar di tengah tren pemangkasan suku bunga.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tren pemangkasan suku bunga acuan menjadi katalis positif bagi pasar obligasi korporasi. Di tengah keputusan The Fed dan peluang lanjutan pelonggaran moneter oleh Bank Indonesia, penerbitan obligasi korporasi dibidik tetap semarak tahun depan dan tetap menarik di mata investor.

Seperti yang diketahui, Bank sentral AS, The Fed, pada Rabu (10/12) memutuskan untuk memangkas suku bunga sebesar 25 bps menjadi ke kisaran 3,5%–3,75%, sesuai ekspektasi konsensus dan menandai pemangkasan suku bunga ketiga sepanjang tahun 2025. Pemangkasan ini membawa suku bunga AS ke level terendah sejak 2022.

Ada pun, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan dilaksanakan minggu ini pada 16-17 Desember 2025, masih memiliki potensi yang terbuka untuk kembali melonggarkan dan memangkas lagi suku bunga acuan atau BI-Rate.

Baca Juga: Saham Prodia (PRDA) Dinilai Prospektif pada 2026, Ini Rekomendasi Analis

Fixed Income Analyst PEFINDO Ahmad Nasrudin menyebut, obligasi korporasi diproyeksikan tetap mempertahankan daya tariknya bagi pelaku pasar di tengah tren pemangkasan suku bunga, terutama karena menawarkan premium yield di atas instrumen surat utang pemerintah.

Kata Ahmad, tren pemangkasan suku bunga justru memberikan katalis positif yang kuat bagi pasar obligasi korporasi. Arah penurunan suku bunga acuan ini diharapkan akan mendorong penurunan yield obligasi acuan, yang secara fundamental akan mengurangi biaya pendanaan (cost of funding) bagi korporasi.

“Selain itu, kondisi suku bunga yang lebih rendah diproyeksikan memperbaiki leverage keuangan korporasi, sehingga menyebabkan premi risiko yang disyaratkan oleh investor melandai, tidak setinggi periode tiga tahun sebelumnya,” ujar Ahmad kepada Kontan, Jumat (12/12/2025).

Sebagaimana kita ketahui, BI telah menerapkan pelonggaran moneter dengan memangkas suku bunga acuan sebanyak lima kali, dari 6,00% pada Desember 2024 menjadi 4,75% pada November 2025.

Penurunan suku bunga ini memberikan momentum yang kuat dengan menekan yield surat utang korporasi. Dicatatnya, penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2025 melonjak ke rekor tertinggi sebesar Rp 252,16 triliun hingga November.

Angka tersebut melampaui total penerbitan tahun 2024 yang sebesar Rp 149,76 triliun, level tertinggi pasca pandemi pada tahun 2022 sebesar Rp 163,63 triliun, dan bahkan melampaui rekor tertinggi sebelumnya pada tahun 2017 yakni Rp 185,00 triliun.

Sehingga, pada tahun 2026 dia pun berpandangan prospek obligasi korporasi masih akan tetap semarak dan diminati oleh investor.

Pendorong utama adalah kebutuhan refinancing yang tinggi dari sektor korporasi, yang terlihat dari surat utang jatuh tempo berdasarkan outstanding per September 2025 yang diperkirakan mencapai Rp 156,35 triliun, di samping peluang untuk memanfaatkan suku bunga yang diproyeksikan lebih rendah dibandingkan tahun 2025.

“Saya memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2026 akan berada pada rentang Rp 154,00 triliun hingga Rp 196,86 triliun,” bidiknya.

Selain suku bunga dan surat utang jatuh tempo, optimisme Ahmad juga didukung oleh asumsi penguatan pertumbuhan ekonomi yang meningkatkan kebutuhan pendanaan perusahaan untuk modal kerja dan investasi.

Memang, di tengah suku bunga rendah, pasar saham biasanya dianggap lebih prospektif untuk memberikan keuntungan lebih tinggi. Namun, tidak semua investor bersedia menoleransi risiko dan volatilitas yang terjadi di pasar saham.

“Obligasi korporasi seperti asuransi dan dana pensiun, cenderung konservatif dalam hal risiko. Sebagai hasilnya, mereka lebih memilih obligasi korporasi karena lebih aman daripada pasar saham,” jelasnya.

Selain itu, beberapa investor lain, seperti manajer investasi kemungkinan juga akan mengejar return di pasar surat utang korporasi dengan meningkatkan proporsi. Dengan begitu, mereka bisa meramu reksa dana dengan imbal hasil yang tinggi, baik dengan mengkombinasikannya dengan surat utang pemerintah maupun saham.

Terakhir, dia membeberkan segenap risiko dan sentimen yang perlu diwaspadai investor terkait obligasi korporasi di tahun depan, yakni soal sentimen risiko geopolitik dan kebijakan ekonomi eksternal, depresiasi nilai tukar dan tarif ekspor, pasokan tinggi surat utang pemerintah, serta substitusi pasar saham.

Baca Juga: IHSG Berpeluang Menguat Terbatas pada Senin (15/12), Cek Rekomendasi Saham Emiten Ini

Selanjutnya: BNPB Catat Korban Meninggal Bencana Banjir dan Longsor Sumatra-Aceh Capai 1.006 Jiwa

Menarik Dibaca: 6 Cara Menjaga Kesehatan ketika Musim Hujan dan Banjir, Terapkan ya!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×