kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Minyak kembali tergerus ke US$ 44,96 per barel


Selasa, 19 Juli 2016 / 17:04 WIB
Minyak kembali tergerus ke US$ 44,96 per barel


Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Spekulasi kenaikan produksi yang terjadi di Amerika Serikat jadi beban bagi pergerakan harga minyak mentah WTI di perdagangan hari ini.

Mengutip Bloomberg, Selasa (19/7) pukul 15.10 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Agustus 2016 di New York Mercantile Exchange merosot 0,62% ke level US$ 44,96 per barel dibanding hari sebelumnya.

Dugaan kenaikan produksi minyak AS ini terjadi karena keputusan perusahaan untuk menambah jumlah rig pengeboran aktif selama enam pekan terakhir hingga 15 Juli 2016 lalu. Hal ini disampaikan oleh Baker Hughes Inc.

Sementara data dari Energy Information Administration (EIA) memprediksi cadangan minyak AS mingguan masih akan turun 2,1 juta barel. Namun itu artinya pasokan masih akan berada 100 juta barel di atas rata-rata pasokan lima tahunan AS.

“Jika harga bergerak stabil di kisaran US$ 45 – US$ 50 per barel ada indikasi kenaikan produksi bisa terjadi. Sampai ada aksi nyata dari OPEC untuk memangkas produksinya maka harga minyak akan terus berupaya keras pertahankan rally nya,” ujar David Lennox, Analyst Fat Prophets seperti dikutip dari Bloomberg.

Terjadinya hal itu karena para produsen berupaya untuk mengambil keuntungan dari kenaikan harga yang terjadi.

Pekan lalu dari data EIA produksi minyak AS naik 57.000 barel per hari menjadi 8,49 juta barel per hari. Itu merupakan kenaikan harga pertama dalam lima pekan terakhir.

Beban bagi harga minyak WTI belum berakhir. Kerja sama melalui perusahaan bersama antara Arab Petroleum Investment Corp dan National Shipping Co milik Arab Saudi berencana untuk membangun armada tanker minyak terbesar di dunia.

Hal ini untuk mendukung rencana kerajaan Arab untuk menggenjot ekspor minyak mentahnya. Pernyataan ini disampaikan secara resmi oleh Menteri Energi Arab Saudi, Khalid Al-Falih.

Hanya saja bukan berarti tidak ada faktor yang bisa menyokong kenaikan harga minyak WTI. Di Laut Utara, pekerja tambang berencana untuk melakukan serangan mogok kerja yang bisa mengganggu produksi di Royal Dutch Shell Plc. Sekitar 400 pekerja akan mogok kerja pada 26 Juli 2016 mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×