kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga minyak terusik oversupply


Senin, 18 Juli 2016 / 07:18 WIB
Harga minyak terusik oversupply


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Momentum penguatan minyak diprediksi segera berakhir. Kenaikan produksi dapat mengancam laju minyak di sisa tahun 2016 ini.

Mengutip Bloomberg, Jumat (15/7) kontrak harga minyak West Texas Intermediate (WTI) pengiriman Agustus 2016 di New York Merchantile Exchange menguat 0,59% ke US$ 45,95 per barel. Dalam sepekan pun, harga sudah melesat 1,2%.

Aksi kudeta gagal yang terjadi di Turki bisa memanaskan harga minyak. Namun, efeknya diprediksi hanya sementara.

Analis PT SoeGee Futures Nizar Hilmy menyebut, geliat pengeboran minyak Amerika Serikat (AS) serta produksi di negara lain menyebabkan harga minyak berisiko terkoreksi. Lihat saja, produksi minyak Nigeria telah naik 150.000 barel per hari menjadi 1,57 juta barel selama bulan Juni.

Belum lagi negara-negara di kawasan Timur Tengah turut menyumbang kekhawatiran dengan peningkatan produksi. Seperti Libia, Iran dan Arab Saudi. Ini pun membuat produksi minyak OPEC selama bulan Juni naik sekitar 300.000 barel per hari menjadi 32,7 juta barel per hari.

"Ini semakin memperkuat pandangan pasar bahwa telah terjadi oversupply. Apalagi tren pergerakan jangka pendek masih bearish," kata Nizar. Tak heran jika pergerakan harga cenderung melorot sejak menyentuh level tertinggi tahun ini.

Di sisi lain, masih ada beberapa katalis untuk kembali mengangkat harga. "Seperti musim badai bulan September yang biasanya melewati kawasan produksi minyak AS," tambah Nizar.

Tapi jika di separuh kedua ini oversupply tetap kuat, Nizar memperkirakan, harga sulit menembus level US$ 52 per barel. Ia melihat, potensi harga minyak di akhir tahun menguat ke US$ 50 - US$ 55 per barel dengan asumsi geliat produksi tidak kencang serta tidak terjadi penurunan permintaan yang drastis.

Bisa di bawah US$ 40

Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Vidi Yuliansyah menambahkan, pertumbuhan ekonomi China di kuartal II-2016 sebesar 6,7% bisa menjadi sentimen positif. Namun, kekhawatiran mengenai kelebihan pasokan masih bertahan.

Bahkan, BNP Paribas SA sudah memperkirakan, harga minyak dapat kembali ke bawah US$ 40 per barel. Lantaran peningkatkan produksi akan menghambat minyak menuju keseimbangan dalam waktu dekat. Jadi bukan tidak mungkin harga minyak kembali mencicipi level di bawah US$ 40 per barel, jika ketidakpastian terus terjadi.

"Dalam laporan terbarunya, OPEC juga menyinggung Brexit yang dapat mendatangkan resiko pada permintaan dan harga minyak," ujar Vidi.

Selama harga tidak bisa kembali ke level US$ 47,75 per barel, Vidi memprediksikan harga minyak berpeluang turun ke US$ 38 per barel hingga akhir tahun. Secara teknikal, harga minyak dalam fase koreksi lantaran telah memasuki area jenuh beli.

Harga minyak kemungkinan menguat jika ada beberapa faktor yang mendukung, seperti kenaikan harga saham atau pelonggaran moneter dari beberapa bank sentral dunia. Secara teknikal, Vidi melihat harga minyak berada id bawah moving average (MA) 21, MA100 dan MA200.

Indikator stochastic turun di level 26, sementara relative strength index (RSI) cenderung flat di level 41,63. Nizar memprediksi, harga minyak awal pekan menguat terlebih dahulu dan bergerak pada rentang US$ 44 - US$ 47 per barel sebelum kembali terkoreksi.

Untuk sepekan, Vidi memproyeksikan, harga emas hitam ini di US$ 44- US$ 47 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×