Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Dalam berita sebelumnya, Direktur Keuangan PGEO Yurizki Rio mengungkapkan, pihaknya sedang menggarap sejumlah proyek strategis Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Di antaranya adalah PLTP Lumut Balai Unit 2 dengan kapasitas 55 megawatt (MW), PLTP Hululais Unit 1 & 2 yang berkapasitas 110 MW, serta sejumlah proyek co-generation dengan total kapasitas 230 MW. Khusus proyek PLTP Lumut Balai Unit 2, pembangkit ini ditargetkan mulai beroperasi pada pertengahan 2025.
“Proyek ini akan memperkuat portofolio energi hijau PGE dan menjadi sinyal optimistis kami untuk mendorong peningkatan operasional dan kinerja keuangan sepanjang 2025,” jelas dia dalam keterangan resmi, Senin (28/4).
Beralih ke PGAS, emiten ini berpotensi meraih kinerja positif seiring ekspansi jaringan gas (jargas) rumah tangga yang terus berjalan.
Pada 2025, PGAS menyiapkan dana capital expenditure (capex) atau belanja modal mencapai US$ 29 juta untuk pembangunan jargas. Adapun target jargas yang dibangun PGAS pada tahun ini yakni sebanyak 200.000 sambungan rumah tangga (SR).
Baca Juga: Kinerja Emiten Bahan Kimia Cenderung Loyo pada 2024, Cermati Rekomendasi Analis
Selain itu, PGAS juga mendapat sentimen positif atas rencana dibukanya keran impor Liquefied Natural Gas (LNG) dari AS untuk pemenuhan kebutuhan domestik. Rencana ini menjadi bagian dari negosiasi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia atas kebijakan tarif impor AS.
Di atas kertas, diversifikasi sumber pasokan dan penguatan infrastruktur distribusi gas bumi dapat membantu PGAS dalam menghadapi tekanan margin. “Namun, tantangan seperti regulasi harga gas dan persaingan energi masih menjadi risiko utama,” tutur Ekky.
Tak ketinggalan, ELSA juga mendapatkan angin segar dari pemulihan industri dan peningkatan aktivitas eksplorasi migas. Hal ini tentu membuka peluang pertumbuhan kinerja bagi ELSA di tengah kenaikan belanja migas nasional.
Praska turut menambahkan, posisi PGEO, PGAS, dan ELSA sebagai bagian dari BUMN membuat ketiga sering dilibatkan dalam proyek strategis nasional maupun penugasan pemerintah.
Ini juga menjadi sentimen positif bagi ketiga emiten tersebut, terutama jika diimbangi oleh dukungan finansial serta sinergi antar entitas Grup Pertamina yang kuat.
Baca Juga: Trimegah Bangun Persada (NCKL) Catat Pendapatan Rp 7,13 Triliun pada Kuartal I-2025
Lantas, Praska menyebut saham PGEO dapat dicermati dan dibeli jika harganya turun ke area support di kisaran Rp 850 — Rp 870 per saham.
Saat ini, PGEO masih berada di area resistance. Di sisi lain, saham PGAS dipandang masih wait and see dan menarik untuk dibeli jika sudah menyentuh area Rp 1.500—1.570 per saham. Adapun saham ELSA sedang menguji area resistance dan dapat dicermati jika berhasil breakout dari area Rp 470 — Rp 480 per saham.
Sementara itu, Ekky merekomendasikan hold saham PGEO dengan support di kisaran Rp 830 — Rp 850 per saham serta target jangka panjang di level Rp 1.200 per saham.
Dia juga merekomendasikan hold saham PGAS dengan support di level Rp 1.600 per saham dan target jangka panjang di level Rp 2.000 per saham. Sebaliknya, saham ELSA direkomendasikan beli dengan support di level Rp 440 per saham dan target harga Rp 500 — Rp 540 per saham.
Selanjutnya: Pemerintah Dukung Produk Teknologi dengan Kandungan TKDN Tinggi
Menarik Dibaca: TikTok Ajak Belajar dengan Cara Seru, Andrea Salah Satu Kreator yang Bisa Dicontoh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News