kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.969.000   -22.000   -1,10%
  • USD/IDR 16.875   -5,00   -0,03%
  • IDX 6.613   -20,90   -0,32%
  • KOMPAS100 952   -3,65   -0,38%
  • LQ45 742   -2,91   -0,39%
  • ISSI 210   0,12   0,06%
  • IDX30 386   -1,41   -0,36%
  • IDXHIDIV20 465   -1,90   -0,41%
  • IDX80 108   -0,27   -0,25%
  • IDXV30 113   -0,30   -0,26%
  • IDXQ30 127   -0,67   -0,52%

Melongok Prospek Kinerja Emiten Konstruksi Swasta di Kuartal II 2025


Kamis, 24 April 2025 / 19:16 WIB
Melongok Prospek Kinerja Emiten Konstruksi Swasta di Kuartal II 2025
ILUSTRASI. Kinerja emiten konstruksi swasta diperkirakan masih belum terlalu kuat di kuartal II 2025 lantaran masih banyaknya tantangan yang menyebabkan volatilitas pasar.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten konstruksi swasta diperkirakan masih belum terlalu kuat di kuartal II 2025 lantaran masih banyaknya tantangan yang menyebabkan volatilitas pasar.

Sejumlah sentimen tersebut termasuk suku bunga Bank Indonesia (BI rate) yang dipertahankan di level 5,75% di bulan April 2025 dan adanya kebijakan tarif resiprokal Pemerintah Amerika Serikat (AS).

Walaupun kedua sentimen itu menyebakan pasar volatil, tetapi sejumlah emiten konstruksi belum terlalu mengeluhkan dampak negatif yang membuat kinerja bisa memburuk.

PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) pun menyambut baik keputusan mempertahankan BI rate sebesar 5,75%, karena akan menjadi penggerak dalam meningkatkan investasi dan konsumsi. 

Corporate Secretary TOTL Anggie S. Sidharta mengatakan, kedua hal itu yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengendalikan inflasi agar dapat meredam kenaikan harga barang dan jasa.

“Saat ini tidak ada dampak langsung ke perusahaan atas penahanan suku bunga ini, karena TOTL tidak mempunyai utang ke pihak kedua,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (24/4).

Selain itu, kebijakan tarif resiprokal Pemerintah Amerika Serikat (AS) berdampak secara tidak langsung terhadap kinerja TOTL.

Baca Juga: Intip Strategi Perusahaan Konstruksi Mitigasi Gejolak Ekonomi dan Pelemahan Rupiah

Hal itu pun sudah menjadi perhatian bagi para pengembang dan owner proyek untuk mulai meninjau ulang rencana strategis bisnis yang sudah ada untuk memastikan relevansi dan efektivitasnya.

Namun, sebagai respons terhadap tantangan-tantangan yang timbul, TOTAL akan melanjutkan melaksanakan sejumlah inisiatif strategis guna mempertahankan kinerja.

“Antara lain, menjaga kas tetap positif, melakukan efisiensi dan optimalisasi pada kinerja serta biaya operasional agar dapat tetap sustain,” kata Anggie.

Anggie menuturkan, TOTL sendiri mencatatkan nilai kontrak baru Rp 1,98 triliun per akhir Maret 2025. 

“Terdiri dari pembangunan gedung sekolah, hotel, pusat perbelanjaan, data center, dan lain-lain,” ungkapnya.

Senada, PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) juga menyambut baik keputusan BI mempertahankan BI rate di level 5,75% di bulan April. 

VP of Investor Relations & Corporate Communications PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), induk usaha NRCA, Erlin Budiman mengatakan, NRCA percaya bahwa langkah itu bisa mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. 

“Perseroan berharap perekonomian nasional selalu kondusif,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (24/4).

Di sisi lain, NRCA mengaku belum merasakan dampak secara langsung maupun tidak langsung dari adanya kebijakan tarif resiprokal Pemerintah AS. “Kita masih melihat perkembangannya ke depan,” ungkapnya.

NRCA sendiri mencatatkan nilai kontrak baru Rp 687,82 miliar per 31 Maret 2025. Di antaranya berasal dari New Plant AHM Deltamas Cikarang Bekasi, Infrastruktur Subang Smartpolitan, Struktur Grand Lucky Pekanbaru, Gedung Parkir & Plaza Kampus E Gunadarma Depok, serta Holiday Inn Express Bandung.

Ke depan, NRCA akan terus proaktif dalam mencari peluang proyek baru baik di bidang properti, industri, infrastruktur, dan bidang lain yang sejalan.

“Terkait proyek di IKN, kami telah diberi kepercayaan untuk membangun RS Mayapada IKN pada tahun 2024,” kata Erlin.

Baca Juga: Simak Prospek Kinerja Emiten Konstruksi Swasta Usai Efisiensi Anggaran Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur seret

Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas menyatakan, pembangunan infrastruktur saat ini terdegradasi lantaran ada pemotongan anggaran, karena kebijakan pemerintah yang lebih fokus ke program prioritas lain, seperti makan bergizi gratis (MBG) dan Danantara.

“Selama emiten konstruksi swasta bisa meningkatkan raihan nilai kontrak baru, kinerja mereka bisa sustain dan bisa lebih baik dari BUMN Karya yang saat ini tergabung ke Danantara,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (24/4).

Emiten konstruksi swasta juga bisa menerapkan beberapa strategi agar kinerjanya meningkat. Seperti, mengincar proyek strategis nasional (PSN) dan mereduksi biaya pinjaman yang bisa jadi petaka di saat suku bunga BI dan The Fed masih tinggi.

“Mungkin di bulan Juni nanti suku bunga The Fed bisa turun 25 basis poin. Ini sinyal baik seiring dengan adanya risiko inflasi akibat Tarif Trump,” paparnya.

Terkait nilai tukar rupiah yang masih lemah, hal itu bisa diantisipasi dengan menggunakan bahan baku yang diproduksi di Indonesia. 

“Meskipun begitu, pemerintah juga harus bisa menstabilkan rupiah dan menjalankan politik luar negeri agar Tarif Trump tidak merugikan perekonomian domestik,” ungkapnya.

Baca Juga: Menilik Prospek Kinerja Emiten Konstruksi Swasta di Tahun 2025

Prospek berat

Analis Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora melihat, prospek kinerja emiten konstruksi swasta di semester I 2025 masih akan berat karena beberapa hal.

Pertama, adanya perang dagang yang membuat ekonomi global tidak pasti dan membuat investor akan lebih wait and see, sehingga emiten konstruksi swasta kinerjanya bisa terhambat.

Kedua, nilai tukar rupiah yang melemah menjadi sentimen negatif karena membuat bahan baku yang impor menjadi naik dan membuat margin perusahaan berkurang..

Ketiga, suku bunga BI yang masih tinggi juga membuat beban bunga perusahaan masih besar dan berpotensi menekan kinerja.

“Terakhir, pemangkasan anggaran Kementerian PUPR juga bisa membuat penerimaan kontrak emiten konstruksi swasta berkurang sehingga membuat kinerja bisa turun,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (24/4)

Pada tahun 2025, perekonomian masih akan berat dan berdampak buruk ke sektor konstruksi. Sentimennya masih di semester II nanti juga masih akan sama dengan di semester I ini.

“Emiten konstruksi swasta bisa lebih bagus kinerjanya dibandingkan emiten konstruksi BUMN Karya, apabila bisa mendapatkan dan memaksimalkan penerimaan kontrak dari luar pemerintahan,” tuturnya.

Di sisi lain, pergerakan harga saham emiten konstruksi swasta sudah mencerminkan kinerja keuangan mereka yang mayoritas mengalami perlambatan.

Melansir RTI, saham TOTL sudah turun 9,56% sejak awal tahun alias year to date (YTD). Saham NRCA turun 11,36% YTD, saham JKON turun 10,98% YTD, dan BUKK turun 2,82% YTD.

“Hanya TOTL yang kinerja keuangannya meningkat, akan tetapi harga sahamnya turun karena pergerakan IHSG juga turun,” kata Andhika.

Andhika pun merekomendasikan buy on weakness untuk TOTL dengan target harga Rp 700 per saham.

Baca Juga: Turun 14,80%, Jaya Konstruksi (JKON) Kantongi Pendapatan Rp 3,87 Triliun di 2024

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan menilai, kinerja emiten konstruksi swasta pada kuartal I dan II 2025 diperkirakan akan menunjukkan tren yang relatif stabil, bahkan cenderung membaik dibandingkan periode yang sama tahun 2024. 

Perbaikan ini didukung oleh kelanjutan proyek-proyek infrastruktur pemerintah, seperti pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, serta peningkatan investasi dari sektor swasta.

Sepanjang tahun 2025, emiten konstruksi swasta juga berpeluang mencatat kinerja yang lebih resilien dibandingkan BUMN Karya.

”Hal ini didorong oleh struktur keuangan yang lebih sehat, fokus pada proyek dengan margin lebih tinggi, serta eksposur risiko yang lebih rendah,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (24/4).

Sentimen positif lainnya mencakup meningkatnya permintaan properti serta dorongan transformasi digital dalam sektor konstruksi. 

“Meski kebijakan tarif tinggi dari Trump dapat berpotensi menekan aliran investasi asing, stabilnya suku bunga BI dengan peluang penurunan di tahun ini dapat menjadi katalis positif tambahan,” paparnya.

Pergerakan saham

Dari sisi pergerakan harga saham, emiten sektor konstruksi saat ini masih dipengaruhi oleh sentimen global dan sektoral yang belum sepenuhnya membaik. 

Namun, emiten konstruksi swasta, seperti PT Bukaka Teknik Utama Tbk (BUKK), TOTL, dan PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON) masih menunjukkan kinerja yang relatif stabil. 

“Dengan momentum pasar yang mulai membaik, ada potensi harga saham emiten-emiten tersebut mengalami penguatan dalam waktu dekat,” tuturnya.

Secara teknikal, saham TOTL menunjukkan sinyal pembalikan arah tren. Investor bisa masuk (beli) di kisaran Rp 580 - Rp 610 per saham, dengan target kenaikan ke level Rp 680 - Rp 700 per saham.

Pergerakan saham JKON juga mengindikasikan sinyal technical rebound. Rekomendasi entry ketika menyentuh harga di kisaran Rp 70 - Rp 74 per saham, dengan target kenaikan ke level Rp 84 - Rp 86 per saham.

Selanjutnya: Gas Domestik Seret, Ekonom Sarankan Pemerintah Buka Keran Impor

Menarik Dibaca: Didominasi Cerah, Begini Prakiraan Cuaca Besok (25/4) di Jawa Tengah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×