kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.913.000   17.000   0,90%
  • USD/IDR 16.238   6,00   0,04%
  • IDX 6.888   -27,62   -0,40%
  • KOMPAS100 1.004   -3,84   -0,38%
  • LQ45 767   -3,55   -0,46%
  • ISSI 226   -0,96   -0,42%
  • IDX30 396   -1,25   -0,32%
  • IDXHIDIV20 457   -1,40   -0,30%
  • IDX80 113   -0,51   -0,45%
  • IDXV30 113   -0,46   -0,40%
  • IDXQ30 128   -0,37   -0,29%

Menakar Prospek Emiten Grup Pertamina Selepas Kuartal I-2025 dan Rekomendasi Analis


Kamis, 01 Mei 2025 / 14:40 WIB
Menakar Prospek Emiten Grup Pertamina Selepas Kuartal I-2025 dan Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Kontan - Pertamina Native Online


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan sebagian emiten yang terafiliasi dengan PT Pertamina (Persero) cenderung lesu selama tiga bulan pertama 2025. Walau demikian, emiten-emiten tersebut dipandang masih memiliki fundamental solid seiring masifnya kegiatan ekspansi bisnis.

Seperti diketahui, emiten-emiten Pertamina Group seperti PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Elnusa Tbk (ELSA) sama-sama telah merilis laporan keuangan kuartal I-2025.

Hasilnya, PGEO mengalami penurunan pendapatan 1,75% year on year (yoy) menjadi US$ 101,51 juta pada kuartal I-2025. Laba bersih PGEO juga tergerus 33,97% yoy menjadi US$ 31,37 juta pada periode yang sama.

Baca Juga: Sejumlah Emiten Ini Tebar Dividen Interim, Cermati Rekomendasi Analis

Sementara itu, PGAS meraih kenaikan pendapatan 1,81% yoy menjadi US$ 966,56 juta pada kuartal I-2025. Namun, laba bersih PGAS justru merosot 48,80% yoy menjadi US$ 186,66 juta.

Hanya ELSA yang mampu meraih kinerja positif dari sisi top line dan bottom line, yang mana pendapatan ELSA naik 19,94% yoy menjadi Rp 3,73 triliun pada kuartal I-2025. Laba bersih ELSA juga ikut naik 2,99% yoy menjadi Rp 186,66 miliar.

Terkait PGEO, Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan menilai, kinerja PGEO terpapar oleh pelemahan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang membuat emiten ini menderita rugi selisih kurs. Di samping itu, peningkatan beban operasional dan biaya bunga juga mempengaruhi kinerja PGEO.

 

Jika ditelusuri, PGEO mengalami kenaikan beban pokok pendapatan 6,76% yoy menjadi US$ 43,25 juta pada kuartal I-2025. PGEO turut mencatatkan rugi selisih kurs US$ 8,94 juta pada kuartal I-2025, berbanding terbalik dengan kuartal I-2024 yang meraih laba selisih kurs US$ 5,59 juta.

Baca Juga: Kinerja Emiten Bahan Kimia Kurang Menggembirakan, Cek Rekomendasi Analis

Untuk PGAS, tekanan laba bersih dirasakan oleh emiten tersebut seiring adanya lonjakan beban pokok pendapatan 11,98% yoy menjadi US$ 825,95 juta pada kuartal I-2025. 

Seperti halnya PGEO, PGAS juga menderita rugi selisih kurs mencapai US$ 20,06 juta pada kuartal I-2025, dibandingkan kuartal I-2024 yang meraih laba selisih kurs US$ 446.311.

“Fluktuasi harga gas dan biaya distribusi juga menekan margin PGAS,” ujar Ekky, Rabu (30/4).

Di sisi lain, kinerja positif yang diraih ELSA tak lepas dari peningkatan permintaan yang tinggi dari jasa penunjang migas dan jasa distribusi migas. Hal ini juga didukung oleh tingginya konsumsi bahan bakar, terutama pada akhir kuartal I-2025. 

“Ini bersamaan dengan adanya momentum Lebaran Idulfitri, sehingga permintaan jasa distribusi logistik migas meningkat,” timpal Chief Executive Officer Edvisor Provina Visindo Praska Putrantyo, Rabu (30/4).

Baca Juga: Menakar Prospek Emiten Rumah Sakit pada 2025 dan Rekomendasi Saham SILO, MIKA & HEAL

Para analis beranggapan peluang bagi PGEO dan PGAS untuk memulihkan kinerjanya masih sangat terbuka pada kuartal berikutnya. PGEO diuntungkan oleh sentimen positif berupa peningkatan bauran energi terbarukan untuk pembangkit listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. 

Dengan begitu, potensi listrik panas bumi yang dikembangkan oleh PGEO dapat terserap secara optimal.

Dalam berita sebelumnya, Direktur Keuangan PGEO Yurizki Rio mengungkapkan, pihaknya sedang menggarap sejumlah proyek strategis Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). 

Di antaranya adalah PLTP Lumut Balai Unit 2 dengan kapasitas 55 megawatt (MW), PLTP Hululais Unit 1 & 2 yang berkapasitas 110 MW, serta sejumlah proyek co-generation dengan total kapasitas 230 MW. Khusus proyek PLTP Lumut Balai Unit 2, pembangkit ini ditargetkan mulai beroperasi pada pertengahan 2025.

“Proyek ini akan memperkuat portofolio energi hijau PGE dan menjadi sinyal optimistis kami untuk mendorong peningkatan operasional dan kinerja keuangan sepanjang 2025,” jelas dia dalam keterangan resmi, Senin (28/4).

Beralih ke PGAS, emiten ini berpotensi meraih kinerja positif seiring ekspansi jaringan gas (jargas) rumah tangga yang terus berjalan. 

Pada 2025, PGAS menyiapkan dana capital expenditure (capex) atau belanja modal mencapai US$ 29 juta untuk pembangunan jargas. Adapun target jargas yang dibangun PGAS pada tahun ini yakni sebanyak 200.000 sambungan rumah tangga (SR).

Baca Juga: Kinerja Emiten Bahan Kimia Cenderung Loyo pada 2024, Cermati Rekomendasi Analis

Selain itu, PGAS juga mendapat sentimen positif atas rencana dibukanya keran impor Liquefied Natural Gas (LNG) dari AS untuk pemenuhan kebutuhan domestik. Rencana ini menjadi bagian dari negosiasi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia atas kebijakan tarif impor AS. 

Di atas kertas, diversifikasi sumber pasokan dan penguatan infrastruktur distribusi gas bumi dapat membantu PGAS dalam menghadapi tekanan margin. “Namun, tantangan seperti regulasi harga gas dan persaingan energi masih menjadi risiko utama,” tutur Ekky.

Tak ketinggalan, ELSA juga mendapatkan angin segar dari pemulihan industri dan peningkatan aktivitas eksplorasi migas. Hal ini tentu membuka peluang pertumbuhan kinerja bagi ELSA di tengah kenaikan belanja migas nasional.

Praska turut menambahkan, posisi PGEO, PGAS, dan ELSA sebagai bagian dari BUMN membuat ketiga sering dilibatkan dalam proyek strategis nasional maupun penugasan pemerintah. 

 

Ini juga menjadi sentimen positif bagi ketiga emiten tersebut, terutama jika diimbangi oleh dukungan finansial serta sinergi antar entitas Grup Pertamina yang kuat.

Baca Juga: Trimegah Bangun Persada (NCKL) Catat Pendapatan Rp 7,13 Triliun pada Kuartal I-2025

Lantas, Praska menyebut saham PGEO dapat dicermati dan dibeli jika harganya turun ke area support di kisaran Rp 850 — Rp 870 per saham. 

Saat ini, PGEO masih berada di area resistance. Di sisi lain, saham PGAS dipandang masih wait and see dan menarik untuk dibeli jika sudah menyentuh area Rp 1.500—1.570 per saham. Adapun saham ELSA sedang menguji area resistance dan dapat dicermati jika berhasil breakout dari area Rp 470 — Rp 480 per saham.

Sementara itu, Ekky merekomendasikan hold saham PGEO dengan support di kisaran Rp 830 — Rp 850 per saham serta target jangka panjang di level Rp 1.200 per saham. 

Dia juga merekomendasikan hold saham PGAS dengan support di level Rp 1.600 per saham dan target jangka panjang di level Rp 2.000 per saham. Sebaliknya, saham ELSA direkomendasikan beli dengan support di level Rp 440 per saham dan target harga Rp 500 — Rp 540 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×