Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga emiten berkapitalisasi besar berefek signifikan terhadap laju pasar saham domestik. Lihat saja, sebanyak 10 emiten berkapitalisasi pasar besar mewakili 48,9% kapitalisasi Bursa Efek Indonesia yang terdiri dari 568 emiten. Alhasil, kinerja saham emiten jumbo berperan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Saat ini, sejumlah emiten raksasa masih menjadi pemberat laju indeks saham. Koreksi harga saham emiten tersebut turut menahan laju IHSG. Tapi bukan hanya emiten big caps yang menjadi pemberat. Saham emiten mid-caps pun kerap menghambat IHSG lantaran harganya merosot cukup dalam.
Sejak awal tahun hingga saat ini (ytd), setidaknya 10 emiten masuk daftar saham pemberat (laggard). Di antaranya saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM) yang menyusut 8,56%, Unilever Indonesia (UNVR) menyusut 3,44%, Astra International (ASII) terkoreksi 2,7%, dan Gudang Garam (GGRM) yang terpangkas 4,7%.
TLKM memimpin daftar saham laggard. Pergerakan harga TLKM cenderung turun sejak awal Oktober 2017. Meski demikian, pada perdagangan kemarin, TLKM menjadi pendorong IHSG. Harga saham TLKM naik 1,5%.
Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menilai kekhawatiran pasar tertuju pada melambatnya pertumbuhan pendapatan TLKM. Baik itu dari bisnis data maupun seluler. "Dengan jumlah BTS yang sudah cukup banyak, saya yakin Telkom masih mampu menjaga pendapatan dari bisnis seluler meski cenderung stagnan. Nah, kuncinya di internet dan data seluler," ungkap Aditya kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Apabila kinerja TLKM pada kuartal I-2018 di atas ekspektasi investor, harga sahamnya berpotensi terdorong sentimen tersebut. Aditya menilai, harga TLKM mulai murah, meski belum bisa dibilang terlalu murah. "Bisa tunggu untuk TLKM di PER 16 kali jika ingin mulai masuk. Tepatnya di kisaran 16,5 kali-16,8 kali," tutur dia, yang merekomendasikan buy TLKM dengan target harga Rp 4.800 per saham.
Valuasi emiten
Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio berpendapat, saham yang masuk daftar laggard merupakan saham dengan kapitalisasi tinggi. Saham tersebut masih layak dikoleksi untuk instrumen investasi jangka panjang. "Fundamental TLKM dengan PER 16,95 kali tidak diragukan," kata Bertoni.
Saat ini TLKM belum mengumumkan kinerja keuangan 2017. Menurut Bertoni, pelaku pasar masih optimistis kinerja tahun lalu akan lebih baik.
Selain TLKM, harga HMSP dan GGRM tertekan lantaran investor menanti arah kebijakan pemerintah terkait besaran cukai rokok pada tahun ini. Investor juga menanti rilis kinerja kedua emiten pada 2017. Tahun politik juga dinilai tidak akan mempengaruhi konsumsi rokok nasional. "Permintaan diperkirakan masih tinggi sehingga kinerja emiten rokok akan lebih baik dari tahun sebelumnya," kata Bertoni.
Dia merekomendasikan buy TLKM dengan target Rp 4.500 dan bisa masuk di level Rp 3.970 per saham. Dia juga merekomendasikan buy HMSP dengan target Rp 5.400 dan masuk di Rp 4.700 serta buy GGRM dengan target Rp 82.000 dan bisa masuk di posisi Rp 79.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News