Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten konstruksi swasta diperkirakan masih mengalami tekanan pada kuartal II-2025.
Sejumlah sentimen negatif dinilai menjadi pemberat, di antaranya keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada April 2025.
Selain itu, kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Pemerintah Amerika Serikat (AS) diprediksi dapat mengurangi aliran investasi asing ke Indonesia, memperparah tekanan terhadap sektor konstruksi.
Baca Juga: Kinerja Emiten Konstruksi Swasta Masih Bisa Mendaki
Analis Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora, menilai bahwa sepanjang 2025 perekonomian nasional masih akan berada di bawah tekanan. Kondisi ini diperkirakan berdampak negatif terhadap sektor jasa konstruksi.
"Sentimennya pada semester II-2025 akan serupa dengan semester pertama tahun ini," ujar Andhika, akhir pekan lalu.
Menurut Andhika, sepanjang tiga bulan pertama 2025, emiten konstruksi swasta masih menghadapi beban akibat ketidakpastian ekonomi global yang dipicu perang dagang.
Sikap investor yang cenderung wait and see turut memperburuk situasi. Melemahnya nilai tukar rupiah juga menambah tekanan, karena meningkatkan biaya bahan baku impor dan memperkecil margin perusahaan.
Selain itu, pemangkasan anggaran kementerian dan lembaga berpotensi mengurangi penerimaan kontrak baru.
Baca Juga: Prospek Emiten Konstruksi di Semester II-2025 Belum Cerah
Meski demikian, Andhika menilai emiten konstruksi swasta berpeluang mencatatkan kinerja lebih baik dibandingkan emiten konstruksi pelat merah (BUMN Karya), asalkan mampu memaksimalkan perolehan kontrak dari sektor non-pemerintah.
Senada, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menyatakan bahwa emiten konstruksi swasta dapat mengadopsi sejumlah strategi untuk memperbaiki kinerja, seperti mengincar proyek strategis nasional (PSN) serta menekan biaya pinjaman di tengah tingginya suku bunga.
Menurut Nafan, selama emiten swasta mampu meningkatkan nilai kontrak baru, kinerja mereka berpotensi lebih baik dibandingkan BUMN Karya yang tergabung dalam Danantara.
Di tengah tantangan tersebut, beberapa emiten konstruksi swasta tetap optimistis menjaga kinerja di semester II-2025.
PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL), misalnya, berkomitmen menjaga kas positif, melakukan efisiensi, serta mengoptimalkan kinerja dan biaya operasional. Hingga akhir Maret 2025, TOTL telah membukukan nilai kontrak baru sebesar Rp1,98 triliun.
Baca Juga: Kontrak Baru Melejit, Laba Emiten Konstruksi Swasta Melesat Hingga Kuartal III-2024
Sementara itu, PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) berupaya proaktif mencari peluang proyek baru, dengan dukungan dari induk usaha mereka, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA).
VP of Investor Relations & Corporate Communications SSIA, Erlin Budiman, menyatakan optimisme terhadap prospek ekonomi nasional. Per 31 Maret 2025, NRCA telah mencatatkan nilai kontrak baru sebesar Rp687,82 miliar.
Selanjutnya: Konsumsi Emas China Turun 6% jadi 290.492 Ton pada Kuartal I-2025
Menarik Dibaca: Resep Mangut Lele Ala Mbah Marto Jogja yang Legendaris, Pedas Gurihnya Nendang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News