Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten-emiten di sektor rumah sakit tampak cukup giat melakukan ekspansi bisnis memasuki tahun 2025. Kalangan analis pun menganggap tingginya kebutuhan terhadap akses layanan kesehatan membuat saham-saham emiten rumah sakit patut diperhitungkan oleh investor.
Dalam berita sebelumnya, beberapa emiten rumah sakit hendak menambah jaringan rumah sakitnya. Sebagai contoh, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) akan membuka dua rumah sakit baru yang berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Timur pada 2025.
Selain itu, ada PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) yang berencana membuka dua rumah sakit baru di Bali dan Salatiga, serta hendak mengakuisisi satu rumah sakit pada tahun ini.
Baca Juga: Ada Program Medical Check Up Gratis, Prospek Emiten Rumah Sakit Bakal Makin Hijau
Tidak hanya membangun rumah sakit, emiten di sektor ini juga berinovasi mengembangkan layanan baru. Misalnya, PT Siloam Hospitals Tbk (SILO) melalui RS Siloam Asri meluncurkan Urinary Stone Center pada akhir Februari 2025.
Ini merupakan pusat layanan terpadu dengan teknologi mutakhir dan solusi efektif yang fokus penyakit batu saluran kemih (BSK).
Sejauh ini, belum banyak emiten rumah sakit yang telah merilis laporan keuangan 2024. Salah satunya adalah PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) yang mencatatkan kenaikan pendapatan jasa sebesar 11,76% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 1,71 triliun pada 2024.
Namun, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk SAME turun 3,27% yoy menjadi Rp 11,85 miliar.
Selain itu, PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK) membukukan kenaikan pendapatan 18,12% yoy menjadi Rp 441,07 miliar pada akhir 2024. Pada saat yang sama, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk RSGK tumbuh 57,56% yoy menjadi Rp 39,69 miliar.
Baca Juga: Langkah Ekspansi Dinilai Dapat Memperkuat Kinerja Emiten Rumah Sakit
Junior Equity Analyst Pilarmas Sekuritas Indonesia, Arinda Izzaty Hafiya, menyampaikan, secara umum saham-saham di sektor rumah sakit memiliki prospek yang positif pada 2025.
Hal ini didorong oleh tingginya jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, sehingga mendorong permintaan layanan medis yang luas.
“Seiring dengan meningkatnya populasi usia lanjut dan pertumbuhan kelas menengah, maka kebutuhan layanan kesehatan yang berkualitas juga semakin tinggi,” ujar dia, Selasa (18/3).
Arinda juga mengapresiasi langkah sejumlah emiten rumah sakit yang menggelar ekspansi penambahan jaringan rumah sakit hingga inovasi layanan di Tanah Air. Langkah ini tentunya dilakukan untuk meningkatkan daya saing emiten rumah sakit yang bersangkutan sekaligus memperkuat cakupan layanan kesehatan di Indonesia.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Emiten Tambang Mineral di Tengah Rencana Kenaikan Tarif Royalti
Sentimen positif bagi emiten rumah sakit juga datang dari upaya pemerintah yang terus memperluas cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS Kesehatan. Hal ini akan berdampak signifikan bagi emiten rumah sakit yang memiliki porsi pasien BPJS besar.
Di sisi lain, meningkatnya penetrasi asuransi kesehatan swasta juga berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan emiten rumah sakit yang melayani pasien kelas menengah ke atas.
Arinda melanjutkan, perkembangan teknologi kesehatan, seperti telemedicine dan rekam medis digital turut meningkatkan efisiensi operasional dan daya tarik layanan rumah sakit.
Pada akhirnya, teknologi ini akan membantu emiten rumah sakit untuk menjangkau lebih banyak pasien tanpa harus bergantung sepenuhnya terhadap fasilitas fisik.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Indocement (INTP) yang Optimistis di Tengah Daya Beli Lemah
Emiten rumah sakit juga perlu mewaspadai sejumlah tantangan. Salah satunya adalah tingginya ketergantungan Indonesia terhadap impor alat kesehatan dan bahan baku obat. “Fluktuasi kurs rupiah dapat meningkatkan biaya operasional rumah sakit jika harga barang impor naik,” imbuh dia.
Di samping itu, persaingan juga makin ketat seiring banyaknya rumah sakit swasta yang berekspansi, terutama di kota-kota besar. Emiten rumah sakit patut terus berinovasi dalam aspek layanan dan efisiensi operasional agar tetap kompetitif.
Tak hanya itu, tekanan daya beli masyarakat juga bisa berdampak negatif bagi kelangsungan usaha emiten rumah sakit, terutama jika masyarakat tersebut mengandalkan layanan kesehatan swasta.
Sentimen ini juga dapat menghambat pertumbuhan pendapatan emiten rumah sakit yang mengandalkan pasien non-BPJS.
Baca Juga: Investor Asing Masih Terus Hengkang, Rekomendasi Saham Hari Ini Bisa Anda Pegang
Arinda pun merekomendasikan beli saham SILO dengan target harga di level Rp 3.200 per saham. Dia juga merekomendasikan beli saham MIKA dan HEAL dengan target harga masing-masing di level Rp 3.000 per saham dan Rp 1.700 per saham.
Selanjutnya: 5 Alasan Konsumsi Probiotik Untuk Berbuka Puasa dan Sahur, Intip Manfaatnya Ini
Menarik Dibaca: 5 Alasan Konsumsi Probiotik Untuk Berbuka Puasa dan Sahur, Intip Manfaatnya Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News