kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.759.000   14.000   0,80%
  • USD/IDR 16.530   -100,00   -0,61%
  • IDX 6.312   88,27   1,42%
  • KOMPAS100 903   6,88   0,77%
  • LQ45 712   2,66   0,38%
  • ISSI 198   3,50   1,80%
  • IDX30 373   2,21   0,60%
  • IDXHIDIV20 448   3,53   0,79%
  • IDX80 103   0,27   0,27%
  • IDXV30 108   0,52   0,49%
  • IDXQ30 122   0,86   0,71%

Langkah Ekspansi Dinilai Dapat Memperkuat Kinerja Emiten Rumah Sakit


Rabu, 19 Maret 2025 / 17:14 WIB
Langkah Ekspansi Dinilai Dapat Memperkuat Kinerja Emiten Rumah Sakit
ILUSTRASI. Pembangunan Gedung Baru RS Siloam Surabaya


Reporter: Dimas Andi | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki tahun 2025, sejumlah emiten pengelola rumah sakit cukup gencar menggulirkan ekspansi bisnis. Hal ini demi meningkatkan kinerja sekaligus menambah penetrasi layanan kesehatan kepada masyarakat luas.

Berdasarkan catatan Kontan, beberapa emiten rumah sakit hendak menambah jaringan rumah sakitnya. Sebagai contoh, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) akan membuka dua rumah sakit baru yang berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Timur pada 2025. Selain itu, ada PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) yang berencana membuka dua rumah sakit baru di Bali dan Salatiga, serta hendak mengakuisisi satu rumah sakit pada tahun ini.

Tidak hanya membangun rumah sakit, emiten di sektor ini juga berinovasi mengembangkan layanan baru. Misalnya, PT Siloam Hospitals Tbk (SILO) melalui RS Siloam Asri meluncurkan Urinary Stone Center pada akhir Februari 2025. Ini merupakan pusat layanan terpadu dengan teknologi mutakhir dan solusi efektif yang fokus penyakit batu saluran kemih (BSK).

Baca Juga: Sejumlah Emiten Rumah Sakit Gencar Lakukan Aksi Korporasi, Simak Rekomendasi Analis

Di sisi lain, belum banyak emiten rumah sakit yang telah merilis laporan keuangan 2024. Salah satunya adalah PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) yang mencatatkan kenaikan pendapatan jasa sebesar 11,76% year on year (yoy) menjadi Rp 1,71 triliun pada 2024. Namun, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk SAME turun 3,27% yoy menjadi Rp 11,85 miliar.

Selain itu, PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK) membukukan kenaikan pendapatan sebesar 18,12% yoy menjadi Rp 441,07 miliar pada akhir 2024. Pada saat yang sama, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk RSGK tumbuh 57,56% yoy menjadi Rp 39,69 miliar.

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT) Indri Liftiany menyampaikan, langkah-langkah ekspansi hingga inovasi tersebut dapat menjadi katalis positif bagi emiten-emiten rumah sakit. “Upaya ekspansi berpotensi membawa revenue driver untuk perusahaan dan membuat kinerja mereka tumbuh positif,” kata dia, Selasa (18/3).

Dia menjelaskan, pada kuartal III-2024 lalu, rata-rata pertumbuhan pendapatan emiten rumah sakit didorong oleh adanya peningkatan intensitas perawatan pasien rawat inap yang ditunjang oleh layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan asuransi swasta lainnya. Lantas, dengan adanya peningkatan kapasitas untuk perawatan pasien, hal ini akan membuka peluang untuk meningkatkan keuntungan perusahaan.

Lebih jauh, salah satu tantangan yang mungkin akan dihadapi oleh emiten di sektor kesehatan, termasuk rumah sakit, adalah pengadaan bahan baku obat-obatan atau obat-obatan itu sendiri, alat kesehatan, serta teknologi dan kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam menangani pasien. Jika hal-hal tersebut sulit untuk disediakan oleh pihak rumah sakit dari dalam negeri, maka langkah berupa impor alat kesehatan serta pengadaan obat-obatan dari luar negeri akan menjadi jalan keluarnya. 

Baca Juga: Diproyeksikan Tumbuh Dobel Digit, Simak Rekomendasi Saham Emiten Rumah Sakit

"Namun, upaya tersebut tentu akan menambah beban perusahaan dan berpotensi mengurangi profit perusahaan," tutur dia.

Berkaca dari sisi fundamental yang ada, Indri menilai MIKA memiliki proyeksi pertumbuhan laba bersih yang lebih baik dibandingkan emiten rumah sakit lainnya selaku kompetitor. Sedangkan dari sisi sentimen yang ada, saham SILO yang juga menarik untuk diperhatikan oleh investor.

Hanya saja, Indri merekomendasikan investor untuk wait and see terlebih dahulu terhadap saham-saham di sektor rumah sakit. Ini mengingat kondisi pasar saham yang sedang terpuruk. 

Bahkan, Selasa (18/3) kemarin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok 5,02% sehingga Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan perdagangan saham sementara pada 11.19 waktu Jakarta Automated Trading System (JAST). 

Pada hari itu, IHSG ditutup turun 3,84% ke level 6.223,38 sebelum akhirnya rebound 1,42% pada Rabu (19/3) ke level 6.311,66.

Baca Juga: Menakar Prospek Emiten Rumah Sakit pada 2025 dan Rekomendasi Saham SILO, MIKA & HEAL

Selanjutnya: Ada Libur Lebaran, Ditjen Pajak Imbau Wajib Pajak Lapor SPT Tahunan Lebih Awal

Menarik Dibaca: Tuntaskan berbagai Tugas dengan AI Companion dari Zoom

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×