kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.745.000   4.000   0,23%
  • USD/IDR 16.430   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.223   -248,56   -3,84%
  • KOMPAS100 896   -33,02   -3,55%
  • LQ45 709   -20,34   -2,79%
  • ISSI 194   -8,31   -4,11%
  • IDX30 370   -9,39   -2,47%
  • IDXHIDIV20 444   -10,12   -2,23%
  • IDX80 103   -3,04   -2,87%
  • IDXV30 107   -2,26   -2,07%
  • IDXQ30 121   -3,14   -2,53%

Simak Rekomendasi Saham Indocement (INTP) yang Optimistis di Tengah Daya Beli Lemah


Selasa, 18 Maret 2025 / 19:12 WIB
Simak Rekomendasi Saham Indocement (INTP) yang Optimistis di Tengah Daya Beli Lemah
ILUSTRASI. Analis memberikan rekomendasi saham Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) yang masih optimistis di tengah melemahnya daya beli


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) optimistis dengan kinerja di tahun 2025, meskipun ada tantangan daya beli lemah dan oversupply industri semen.

Asal tahu saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, deflasi pada Januari 2025 mencapai 0,76% month to month (mtm), sementara pada Februari mencapai 0,48% mtm. 

Corporate Secretary INTP Dani Handajani mengatakan, Indocement tidak mengkhawatirkan deflasi yang terjadi di dua bulan terakhir ini. Sebab, deflasi itu merupakan dampak dari langkah yang dilakukan pemerintah untuk memperkuat purchasing power, seperti melakukan diskon tarif listrik.

“Langkah terbaru berikutnya dari pemerintah yang kami amati juga adalah kepastian mengenai pencairan THR dan Tukin untuk PNS yang akan mampu mendongkrak daya beli masyarakat,” ujarnya kepada Kontan, Sabtu (15/3).

Secara historis, kuartal pertama pada setiap tahun merupakan periode di mana permintaan semen lemah. Hal ini tidak lepas dari faktor musiman, seperti curah hujan yang tinggi serta alokasi anggaran pemerintah yang baru saja disetujui. 

Baca Juga: Begini Strategi Indocement (INTP) Jaga Kinerja saat Oversupply dan Daya Beli Rendah

Pada tahun ini, kondisi itu ditambah lagi dengan Ramadan dan Lebaran yang jatuh di bulan Maret 2025, sehingga berpengaruh pada hari efektif kerja di kuartal pertama 2025.

“Kami melihat bahwa kinerja di kuartal I 2025 akan menjadi kuartal kinerja terendah di antara kuartal-kuartal lain di tahun 2025 untuk semua pabrikan semen. Ini merupakan hal yang wajar terjadi,” tuturnya.

Selain itu, tantangan oversupply juga masih membayangi kinerja INTP di tahun 2025. Untuk menghadapi kondisi oversupply, Indocement pun mengakuisisi Semen Grobogan pada akhir 2023 serta menyewa fasilitas produksi semen milik Semen Bosowa.

“Hal itu berhasil meningkatkan pangsa pasar Indocement menjadi sekitar 29%–30%, padahal beberapa tahun sebelumnya pangsa pasar Indocement hanya sekitar 25%,” katanya.

Selain itu, INTP melakukan beragam inisiatif untuk mengendalikan biaya. Seperti, meningkatkan otomasi dan digitilisasi di semua lokasi, serta menaikkan penggunaan bahan bakar alternatif yang berbiaya lebih rendah dari batu bara.

INTP juga meningkatkan efisiensi dan optimalisasi pada jalur rantai pasok antara lokasi pabrik, terminal, serta titik point-of-sale yang saat ini lebih tersebar dan lebih kuat dalam pasar nasional.

“Sedangkan, untuk pasar ekspor semen, tahun ini kami tidak terlalu fokus pada pasar tersebut karena persaingan harga internasional yang cukup ketat,” paparnya.

Meskipun tidak menyebutkan angka pasti, penjualan semen INTP di bulan Februari 2025 tumbuh 0,5% secara tahunan. 

Kondisi itu dianggap perseroan masih baik, mengingat tingginya curah hujan yang menyebabkan banjir di beberapa pasar utama Indocement di Pulau Jawa. Sebagai catatan, kontribusi penjualan di Pulau Jawa adalah sekitar 65% dari total penjualan INTP.

Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Indocement (INTP) dengan Maraknya Proyek Infrastruktur

Dani mengungkapkan, INTP masih menargetkan pertumbuhan penjualan pasar domestik bisa di kisaran 1-3% di tahun 2025. Pertumbuhan INTP pun juga ditargetkan di kisaran yang sama dengan pasar domestik.

Target itu disebabkan oleh sejumlah program dan kebijakan baru pemerintah, seperti pemotongan anggaran infrastruktur, program tiga juta rumah, antisipasi suku bunga lebih rendah, dan program renovasi sekolah.

“Selain itu, ada juga program-program pemerintah lainnya, seperti makan siang bergizi gratis dan medical check gratis, untuk memperkuat purchasing power,” ungkapnya.

Direktur PT Rumah Para Pedagang, Kiswoyo Adi Joe mengatakan, kinerja INTP memang masih mengandalkan penjualan dari sektor perumahan alias semen ritel. Alhasil, jika sektor properti masih terseok-seok, maka industri semen pasti masih akan sulit kinerjanya.

Kinerja emiten semen di tahun 2025 bisa saja didukung oleh program pemerintah 3 juta rumah. Namun, kepastian dari proyek ini masih belum pasti, sehingga masih belum bisa dilihat potensi yang bakal diraup INTP dari program 3 juta rumah.

Apalagi, jika emiten semen malah diminta harga diskon oleh pemerintah untuk program ini. Dampaknya, penjualan emiten semen tetap tidak akan terbantu banyak dari program populis itu.

“Bisa membantu sebetulnya. Namun, kalau program 3 juta rumah itu malah menekan harga beli semennya, emiten semen tidak akan bisa dapat profit,” ungkapnya.

Di sisi lain, Kiswoyo juga mengamini bahwa keadaan oversupply masih akan terjadi di tahun 2025. Pertumbuhan industri semen pun diperkirakan juga masih ada di kisaran 1%-3% di tahun ini.

 

Kinerja INTP di kuartal I juga kemungkinan tidak akan terlalu baik lantaran masih musim hujan dan masih ada penyesuaian program baru pemerintah.

“Bisa dilihat nanti di kuartal II 2025, apakah bisa membaik. Kalau kinerja full year 2024 nanti, kemungkinan tidak akan jauh beda dari 2023,” ungkapnya.

Kiswoyo pun merekomendasikan beli untuk INTP dengan target harga Rp 7.250 per saham.

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham INTP ada di level support Rp 4.000 per saham dan resistance Rp 4.670 per saham. Meskipun begitu, Herditya masih merekomendasikan wait and see untuk INTP.

Selanjutnya: Harga CPO Diproyeksi Naik ke RM 4.500 Per Ton di 2025, Cek Rekomendasi Saham DSNG

Menarik Dibaca: Kota Jogja Dominan Cerah Besok, Begini Ramalan Cuaca Wilayah DIY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×