kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mayoritas kinerja LQ45 turun, sektor barang konsumsi justru berada di atas ekspektasi


Selasa, 04 Agustus 2020 / 20:49 WIB
Mayoritas kinerja LQ45 turun, sektor barang konsumsi justru berada di atas ekspektasi
ILUSTRASI. Hanya tujuh emiten LQ45 yang membukukan kenaikan pendapatan dan perbaikan laba bersih.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten anggota indeks LQ45 mencatatkan penurunan kinerja pada paruh pertama tahun ini. Dari 30 emiten yang sudah merilis laporan keuangan periode Januari-Juni 2020, hanya tujuh perusahaan yang membukukan kenaikan pendapatan dan perbaikan laba bersih.

Tujuh emiten tersebut adalah PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).

Kemudian, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) hanya menorehkan pertumbuhan pendapatan. Sementara itu, PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) hanya membukukan kenaikan laba bersih.

Baca Juga: IHSG naik 1,37% hari ini, cermati saham-saham berikut untuk Rabu (5/8)

Berdasarkan laporan keuangan dihimpun Kontan.co.id, penurunan pendapatan mayoritas emiten LQ45 berkisar antara 3%-51% year on year (yoy). Sementara itu, penurunan laba bersihnya berada dalam rentang 2%-93% yoy.

Analis MNC Sekuritas Victoria Venny menilai, realisasi beberapa emiten LQ45 justru berada di atas prediksi pasar, khususnya perusahaan yang bergerak di sektor barang konsumsi, seperti ICBP dan UNVR. "Market tadinya mengekspektasikan akan ada penurunan yang cukup signifikan pada kuartal II-2020 tapi sepertinya ini jauh lebih baik," ungkap Venny kepada Kontan.co.id, Selasa (4/8).

Kemudian, emiten-emiten yang masih mencatatkan kenaikan pendapatan maupun laba bersih merupakan perusahaan yang berasal dari sektor yang lebih tahan terhadap pandemi Covid-19. Contohnya adalah sektor yang berkaitan dengan fast moving consumer goods (FMCG) dan sanitasi.

Baca Juga: IHSG menguat 1,37% ke 5.075 di akhir perdagangan Selasa (4/8)

Pasalnya, menurut Venny, dengan adanya pandemi Covid-19 ini, masyarakat berupaya untuk memenuhi persediaan kebutuhan dasar. Begitu juga dengan emiten yang berkaitan dengan jaringan telekomunikasi yang tidak terkena aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), seperti TBIG dan TOWR.

"Ditambah lagi, permintaan layanan jaringan yang meningkat dari masyarakat juga turut mendorong kinerja emiten telekomunikasi," ucap Venny. Kemudian, untuk BBCA, ia memandang, Bank Central Asia memang menjadi salah satu bank yang paling prudent dalam menjaga fundamentalnya dengan aktivitas perbankan yang lebih mengandalkan basis konsumer.

Hingga akhir tahun ini, Venny melihat, emiten-emiten LQ45 masih akan menghadapi tantangan pandemi yang belum selesai. Keberhasilan uji coba vaksin Covid-19 akan menjadi kabar yang ditunggu-tunggu pasar di tengah semakin meningkatnya jumlah kasus positif Covid-19 di dunia.

Baca Juga: Kinerja mayoritas emiten LQ45 turun di semester I 2020, bagaimana prospek saham LQ45?

Oleh karena itu, terkait dengan saham-saham LQ45 ini, Venny mengimbau investor untuk lebih menyortir emiten-emiten yang resilient terhadap goncangan ekonomi. Mengingat, sentimen saham-saham ini bukan hanya berasal dari realisasi kinerja melainkan juga kepastian bisnis dan ekonomi di tengah bayang-bayang resesi.

Pasalnya, saham-saham LQ45 lebih banyak digerakkan oleh arus asing. "Kalau market dan iklim bisnis Indonesia kurang bagus, mereka (investor asing) akan cepat keluar dari market kita," ungkap Venny.

Baca Juga: IHSG merosot 2,78% ke 5.006, dua saham BUMN dilepas asing pada Senin (3/8)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×