Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten anggota indeks LQ45 mencatatkan penurunan kinerja pada paruh pertama tahun ini. Dari 30 emiten yang sudah merilis laporan keuangan periode Januari-Juni 2020, hanya tujuh emiten yang membukukan kenaikan pendapatan dan perbaikan laba bersih.
Tujuh emiten tersebut adalah PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).
Kemudian, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) hanya menorehkan pertumbuhan pendapatan. Sementara PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) hanya membukukan kenaikan laba bersih.
Baca Juga: IHSG menguat 1,37% ke 5.075 di akhir perdagangan Selasa (4/8)
Berdasarkan laporan keuangan yang Kontan.co.id himpun, penurunan pendapatan mayoritas emiten LQ45 berkisar antara 3%-51% year on year (yoy). Sementara itu, penurunan laba bersihnya berada dalam rentang 2%-93% yoy.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, realisasi kinerja emiten konstituen indeks LQ45 sesuai dengan ekspektasi para analis. Pasalnya, efek dari pandemi Covid-19 di Indonesia baru mulai sangat terasa pada kuartal II-2020 sehingga wajar jika mayoritas LQ45 mencatatkan penurunan kinerja akibat dampak pandemi.
Sementara itu, emiten-emiten yang masih bisa membukukan kenaikan pendapatan maupun laba bersih adalah perusahaan yang bergerak pada sektor yang tidak terlalu terpengaruh oleh kebijakan antisipasi penyebaran Covid-19. "Selain itu, beberapa perusahaan juga melakukan ekspansi pada 2019 sehingga dapat mencatatkan kinerja yang lebih baik pada tahun ini," ungkap Chris saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (4/8).
Meskipun mayoritas anggota indeks ini menunjukkan penurunan kinerja, tetapi Chris masih melihat prospek yang cukup cerah pada saham-sahamnya. Mengingat, saham-saham yang digolongkan dalam indeks LQ45 merupakan saham dengan likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar besar, serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.
Regulasi atapun stimulus pemerintah untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19 juga bakal menjadi sentimen positif bagi pergerakan saham LQ45 ke depannya. Begitu juga dengan adanya perkembangan dalam pengendalian penyebaran Covid-19.
Menurut Chris, yang paling menarik untuk diakumulasi beli adalah saham emiten yang kinerjanya meningkat, tetapi harga sahamnya masih terkoreksi, seperti INDF, ICBP, AKRA. Kemudian, untuk TBIG dan TOWR, Chris masih melihat potensi pertumbuhan meski harga sahamnya sudah naik pesat sepanjang tahun ini.
"Bahkan beberapa perusahaan yang terdampak pun cukup menarik karena jika Covid-19 sudah dapat diatasi tentu perusahaan dapat kembali bertumbuh seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP)," kata dia.
Berdasarkan data RTI, harga INDF selama satu tahun ke belakang memang masih terkoreksi 4,26%, ICBP -6,53%, AKRA -32,85%, BSDE -55,22%, dan HMSP -46,58%. Sementara itu harga TBIG dalam satu tahun terakhir sudah meningkat 54,82% dan TOWR menguat 54,67%.
Baca Juga: Analis: Investor dalam negeri bisa ikuti jejak asing pilih saham defensif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News