Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Pasalnya, menurut Venny, dengan adanya pandemi Covid-19 ini, masyarakat berupaya untuk memenuhi persediaan kebutuhan dasar. Begitu juga dengan emiten yang berkaitan dengan jaringan telekomunikasi yang tidak terkena aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), seperti TBIG dan TOWR.
"Ditambah lagi, permintaan layanan jaringan yang meningkat dari masyarakat juga turut mendorong kinerja emiten telekomunikasi," ucap Venny. Kemudian, untuk BBCA, ia memandang, Bank Central Asia memang menjadi salah satu bank yang paling prudent dalam menjaga fundamentalnya dengan aktivitas perbankan yang lebih mengandalkan basis konsumer.
Hingga akhir tahun ini, Venny melihat, emiten-emiten LQ45 masih akan menghadapi tantangan pandemi yang belum selesai. Keberhasilan uji coba vaksin Covid-19 akan menjadi kabar yang ditunggu-tunggu pasar di tengah semakin meningkatnya jumlah kasus positif Covid-19 di dunia.
Baca Juga: Kinerja mayoritas emiten LQ45 turun di semester I 2020, bagaimana prospek saham LQ45?
Oleh karena itu, terkait dengan saham-saham LQ45 ini, Venny mengimbau investor untuk lebih menyortir emiten-emiten yang resilient terhadap goncangan ekonomi. Mengingat, sentimen saham-saham ini bukan hanya berasal dari realisasi kinerja melainkan juga kepastian bisnis dan ekonomi di tengah bayang-bayang resesi.
Pasalnya, saham-saham LQ45 lebih banyak digerakkan oleh arus asing. "Kalau market dan iklim bisnis Indonesia kurang bagus, mereka (investor asing) akan cepat keluar dari market kita," ungkap Venny.
Baca Juga: IHSG merosot 2,78% ke 5.006, dua saham BUMN dilepas asing pada Senin (3/8)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News