Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat anjlok ke level terendah dalam dua pekan terakhir, pasangan EUR/USD diprediksi masih akan tertekan pada perdagangan pekan depan. Apalagi, pada penutupan perdagangan akhir pekan Jumat (16/08) pasangan EUR/USD terpantau masih melemah sebanyak 0,15% dan terparkir di zona merah pada level 1.1090.
Analis Rifan Financindo Berjangka Purbaya Puja Sakti mengatakan, mata uang euro dalam pasangan EUR/USD bergerak cukup kuat di area bearish Jumat (16/08), hingga anjlok ke posisi terendah selama dua pekan terakhir.
Penyebab utamanya, karena besarnya tekanan dari penguatan dollar AS, hal ini seiring dengan dirilisnya data penjualan ritel AS yang positif menambah sentimen bearish pada pasangan EUR/USD.
Sebagaimana diketahui, data ritel AS meningkat 0,7% pada Juli dari bulan sebelumnya. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan perkiraan pasar yang memprediksi kenaikan hanya 0,3% di Juli 2019.
Baca Juga: Sukses pikat pasar, GBP/USD bakal lanjut hijau
Meskipun data cenderung positif, Sakti menilai pasar dalam kondisi yang masih rapuh, sehingga penguatan kemungkinan tidak akan berlangsung terlalu lama.
Selain itu, pernyataan anggota dewan European Central Bank (ECB) O.Rehn yang menyatakan paket langkah-langkah stimulus mendatang dapat melampaui ekspektasi pasar turut berkontribusi pada pelemahan EUR/USD. Sebelumnya O Rehn mengatakan bahwa bank sentral perlu muncul dengan paket kebijakan yang berdampak dan signifikan di September mendatang.
Sementara itu, lesunya inflasi dan sinyal resesi dalam pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa juga telah meningkatkan ekspektasi pasar mengenai pelonggaran moneter ECB. Gubernur ECB Mario Draghi juga telah mengungkapkan rencana untuk meluncurkan paket stimulus tambahan dalam waktu dekat.
Namun, kabar terbaru menumbuhkan ekspektasi skala pelonggaran moneter yang lebih besar dibandingkan perkiraan pasar sebelumnya. Kebijakan moneter longgar atau stimulus moneter dalam bentuk Quantitative Easing (QE) cenderung negatif bagi Euro, karena mendorong kenaikan likuiditas dan supply mata uang, sehingga nilai tukarnya mengalami dilusi.
Baca Juga: Yen Jepang tertekan, dollar AS diprediksi masih berlanjut menguat
Ditambah lagi, pemangkasan suku bunga acuan juga dapat melemahkan nilai tukar Euro, karena mendorong investor untuk memindahkan modalnya ke kawasan lain yang menawarkan suku bunga lebih tinggi.
Di sisi lain, Greenback memperoleh momentum, namun hanya sementara setelah keluarnya laporan Penjualan Ritel AS. Namun, data produksi industri dan ketegangan perang dagang antara AS dan China masih membebani Greenback. Penjualan ritel AS
"Selain itu, pergerakan inversi dari kurva imbal hasil Treasury AS memicu kekhawatiran atas potensi resesi. Ditambah lagi, ketidakpastian seputar perang dagang AS-China turut membebani pasar ketika Beijing berjanji bakal melakukan balasan terhadap tarif tambahan AS atas produk asal China," ungkapnya kepada Kontan, Sabtu (17/8).
Untuk itu, ke depan investor diperkirakan bakal fokus pada pertemuan Gubernur The Fed, Jerome Powell yang bakal membagikan pandangannya saat pidato 23 Agustus mendatang, dalam forum tahunan bank sentral di Jackson Hole, Wyoming.
Topik sambutannya adalah Tantangan atas Kebijakan Moneter, sesuai dengan jadwal publik The Fed yang diperbarui pada Kamis (22/08).
Baca Juga: Trump hapus daftar produk peralatan bayi asal China dari pengenaan tarif 10%
Sementara itu, secara teknikal grafik daily seperti indikator Moving Average Exponential (EMA) melebar dengan arah kurs turun, kemudian pada Vortex Indicator (VI) dengan kondisi Red over blue turut yang melebar dengan arah kurs berpotensi lanjutkan koreksi.
Untuk indikator True Strengh Indicator (TSI) berada di area -12 yang mengindikasikan kurs bakal turun. "Secara umum EUR/USD masih berpotensi untuk koreksi pada perdagangan selanjutnya. Rekomendasi trading untuk pasangan EUR/USD adalah Sell selama harga di bawah 1.1071," ujarnya.
Untuk perdagangan Senin (19/8) pasangan EUR/USD diprediksi bakal bergerak pada kisaran level resistance 1.1113, 1.1135, dan 1.1181. Sedangkan untuk kisaran level support antara 1.1067, 1.1043, dan 1.1099.
Baca Juga: Kurs rupiah berpeluang menguat terbatas seiring meredanya sentimen negatif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News