kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.324   50,00   0,31%
  • IDX 7.906   -21,15   -0,27%
  • KOMPAS100 1.110   -3,68   -0,33%
  • LQ45 818   -11,31   -1,36%
  • ISSI 266   0,54   0,20%
  • IDX30 424   -4,89   -1,14%
  • IDXHIDIV20 492   -5,66   -1,14%
  • IDX80 123   -1,56   -1,25%
  • IDXV30 132   -0,72   -0,54%
  • IDXQ30 137   -1,77   -1,27%

Emiten BUMN Bisa Jadi Pintu Masuk Dana Asing, Cermati Rekomendasi Sahamnya


Selasa, 26 Agustus 2025 / 20:06 WIB
Emiten BUMN Bisa Jadi Pintu Masuk Dana Asing, Cermati Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Suasana di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (25/8/2025). Emiten BUMN punya katalis baru yang diharapkan bisa meningkatkan kinerja hingga akhir tahun 2025. Mereka berpeluang menjadi pintu masuk bagi aliran dana asing masuk ke pasar saham domestik. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/25/08/2025


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten BUMN punya katalis baru yang diharapkan bisa meningkatkan kinerja hingga akhir tahun 2025. Mereka berpeluang menjadi pintu masuk bagi aliran dana asing masuk ke pasar saham domestik.

Melansir data di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja IDX BUMN20 tercatat naik 6,63% sejak awal tahun alias year to date (YTD) di akhir perdagangan hari ini, Selasa (26/8/2025).

Kinerjanya cukup tertinggal dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 11,66% YTD.

Namun, sejumlah emiten BUMN masih ramai dibeli asing dalam satu bulan terakhir. Misalnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dibeli asing Rp 2,8 triliun dalam sebulan terakhir. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dibeli asing Rp 2,1 triliun dalam sebulan terakhir. 

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga mencatatkan net buy asing Rp 215,5 miliar. Tak ketinggalan, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dibeli asing Rp 182,6 miliar.

Di tengah ketidakpastian pasar, pendorong utama kinerja emiten BUMN berasal dari ekspektasi pasar terkait penurunan suku bunga The Fed di bulan September 2025 nanti.

Baca Juga: Saham Bank BUMN Kompak Melemah Jumat (22/8), BBNI Jadi yang Tertekan Paling Dalam

Equity Analyst PT IndoPremier Sekuritas, David Kurniawan melihat, kemungkinan penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) juga berpotensi menurunkan imbal hasil US Treasuries dan melemahkan dolar AS. Sehingga, meningkatkan aliran modal ke emerging markets (EM), termasuk Indonesia. 

“Ini membuka peluang bagi saham-saham besar dan likuid, termasuk BUMN, untuk mendapatkan net inflow asing,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (26/8/2025).

VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi melihat, pergerakan saham konstituen IDXBUMN20 didorong oleh beberapa faktor.

Pertama, kepastian dari pelonggaran kebijakan moneter The Fed yang bakal memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps), sehingga dapat mendorong arus dana asing ke IHSG.

Kedua, pemulihan saham emiten big banks himbara di kuartal III 2025, terlebih pasca pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) bulan Agustus yang akan menurunkan cost of credit

Ketiga, normalisasi valuasi saham. Beberapa emiten konstituen BUMN20 masih undervalue jika dibandingkan dengan historikal dan potensi pemulihan kinerja. Misalnya, saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) masih di bawah rata-rata price to earning ratio tiga tahun terakhir (PE 3Y).

“Meski demikian, porsi aktivitas dari konglomerasi juga akan tetap tinggi lantaran rebalancing indeks global (MSCI dan FTSE Russel) yang memasukkan emiten-emiten konglomerasi,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (26/8/2025).

Baca Juga: IHSG Menguat 0,87% pada 25 Agustus 2025, Saham Bank BUMN Kompak Menghijau

Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan melihat, pasar saham domestik pergerakannya tidak merata. Bahkan, dominan disumbang oleh saham-saham konglomerasi dan beberapa saham berkapitalisasi pasar besar dengan rasio valuasi yang di luar wajar. 

Pada kondisi ini, tentu ada potensi perburuan terhadap saham-saham big cap yang secara fundamental dan valuasi masih menarik. Misalnya, saham TLKM yang secara year to date (YTD) sudah naik 20,30%.

“Secara fundamental dan valuasinya, saham-saham BUMN saat ini sebenarnya sangat menarik. Apalagi jika dilihat dan dibandingkan valuasi secara historisnya,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (26/8/2025).

Prospek dan rekomendasi saham

Menurut Alfred, minat investor domestik dan asing terhadap saham-saham BUMN sudah berbeda dalam 5-6 tahun belakangan. Penurunan valuasi emiten BUMN disebabkan oleh penurunan minat beli pasar untuk saham-saham tersebut.

Hal ini dipengaruhi persepsi yang terbentuk oleh beberapa isu besar seperti “penugasan” yang mengorbankan profitabilitas BUMN, kebijakan pergantian pengurus, hingga penanganan BUMN bermasalah yang lekat dengan unsur politis. 

“Masih berat bagi saham-saham BUMN untuk bisa kembali diminati terutama oleh investor asing, meskipun secara valuasi menarik,” katanya.

Baca Juga: Kinerja Saham Bank BUMN Kamis (21/8): BBNI Menguat, BBTN Melemah Terdalam

Menurut Alfred, kinerja emiten BUMN per semester I akan menjadi gambaran performa mereka hingga akhir tahun 2025. Artinya, tidak akan ada banyak kejutan dan pergerakan saham masih akan sejalan dengan kinerja fundamental.

Sentimen yang akan sangat signifikan mempengaruhi performa saham BUMN hanya berasal dari Danantara. Pasca Danantara terbentuk, pasar memberikan harapan besar ada perbaikan yang signifikan terhadap kinerja BUMN, termasuk penanganan BUMN yang sedang mengalami kesulitan serius. 

Alfred melihat, sektor tambang, telekomunikasi, dan energi akan menjadi pendorong IDX BUMN20 hingga akhir tahun 2025. Dari sektor tambang ada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), sektor telekomunikasi ada TLKM, dan sektor energi ada PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO)

“Sementara, yang memberikan potensi kenaikan harga saham yang menarik hingga akhir tahun 2025 adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), BMRI, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS),” ungkapnya.

Analis Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan melihat, seiring dengan penurunan Fed Rate, dana asing berpeluang untuk masuk ke emiten BUMN. Sebab, emiten BUMN bank, anggota MIND ID, dan TLKM mempunyai likuditas yang cukup untuk para investor asing melakukan entri.

“Untuk bank biasanya BBRI dan BMRI yang jadi pilihan asing,” ujarnya kepada Kontan, Selasa.

Ekky pun melihat PGEO masih menarik dicermati investor lantaran sahamnya baru rebound dan ada potensi kenaikan dengan target harga di level Rp 2.000 per saham.

Saham TLKM juga menarik dicermati jika bisa kembali ke area Rp 3.000 - Rp 3.100 per saham, dengan target jangka panjang ke Rp 3.850 - Rp 4.000 per saham.

Baca Juga: Saham Perbankan BUMN Kompak Melemah Selasa (19/8), BBTN Catatkan Penurunan Terdalam

Senada, David melihat bahwa emiten BUMN dari sektor perbankan dan telekomunikasi akan menjadi jawara di semester II 2025.

Untuk sektor perbankan dan finansial, BBRI masih kuat dengan segmen mikro dan UMKM, tetapi profitabilitasnya dipengaruhi provisioning dan margin. Sementara, BMRI menunjukkan pertumbuhan kredit yang solid dan manajemen likuiditas yang baik.

Untuk sektor telekomunikasi, kinerjanya masih ditopang pendapatan berulang. Sektor ini juga jadi favorit investor lantaran sahamnya tergolong defensif serta menawarkan imbal hasil dan dividen yang bagus.

“TLKM menarik lantaran tengah restrukturisasi (pengurangan) anak usaha, ada potensi pemulihan bisnis mobile (starter pack price adjustment), serta pendapatan recurring dari broadband dan enterprise,” katanya.

David pun merekomendasikan beli untuk BBRI, BMRI, dan TLKM dengan target harga masing-masing Rp 4.400 per saham, Rp 5.500 per saham, dan Rp 3.800 per saham.

Audi melihat, proyeksi penurunan Fed Rate hingga 50 bps di akhir Desember 2025 akan mendorong arus dana asing masuk ke emiten BUMN. 

Hal ini lantaran beberapa emiten BUMN merupakan emiten strategis dan jawara di sektor/industri masing-masing, serta memiliki bobot besar terhadap IHSG.

Kinerja konstituen IDXBUMN20 juga memiliki prospek yang stabil hingga positif, terlebih mereka mengalami pemulihan kinerja keuangan. Sektor yang dinilai masih atraktif adalah sektor keuangan, telko, dan barang baku.

Audi pun merekomendasikan beli untuk BMRI, BBRI, dan TLKM dengan target harga masing-masing Rp 6.300 per saham, Rp 4.360 per saham, dan Rp 3.240 per saham. Rekomendasi trading buy juga disematkan Audi untuk PGEO dan ANTM dengan target harga masing-masing Rp 1.750 per saham dan Rp 3.300 per saham.

Selanjutnya: Tayang 2 Oktober, Film Tukar Takdir Rilis Official Teaser Trailer

Menarik Dibaca: Tayang 2 Oktober, Film Tukar Takdir Rilis Official Teaser Trailer

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×