kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Laba bersih turun hingga 38%, bagaimana prospek saham United Tractors (UNTR)?


Kamis, 29 Oktober 2020 / 20:25 WIB
Laba bersih turun hingga 38%, bagaimana prospek saham United Tractors (UNTR)?
ILUSTRASI. Sejumlah alat berat Komatsu milik United Tractors dipajang saat pameran Mining Indonesia 2019 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/18/09/2019


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) membukukan penurunan kinerja topline dan bottomline sepanjang sembilan bulan pertama 2020. Emiten pemegang merek alat berat Komatsu ini membukukan pendapatan bersih senilai Rp 46,46 triliun. Realisasi ini turun 29,17% secara tahunan atau year-on-year (YoY).

Alhasil, entitas usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini membukukan penurunan laba bersih hingga 38%  menjadi Rp 5,33 triliun. Sebagai gambaran, laba bersih UNTR pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai Rp 8,64 triliun.

Stefanus Darmagiri, analis BRI Danareksa Sekuritas menilai harga batubara yang melunak akibat pandemi Covid-19 membuat laba bersih UNTR tertekan hingga 38,2% dengan sejumlah besar divisi (lini usaha) melaporkan pendapatan yang lebih rendah. Hasil dari kinerja UNTR sedikit di bawah ekspektasi  BRI Danareksa Sekuritas yang mencerminkan 70,2% dari ekspektasi dan 72,2% dari perkiraan konsensus.

Baca Juga: Kinerja Gajah Tunggal (GJTL) masih tertekan, begini rekomendasi analis

Mengutip laporan perkembangan usaha, UNTR mencatat volume penjualan alat berat Komatsu sebanyak 1.191 unit atau turun 54% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni sebanyak 2.568 unit. Turunnya harga komoditas dan penurunan aktivitas di semua sektor pengguna alat berat berdampak pada berkurangnya permintaan alat berat. Secara keseluruhan, pendapatan bidang mesin konstruksi turun sebesar 43% menjadi Rp10,3 triliun.

Kemudian, unit usaha kontraktor penambangan yang dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara  membukukan pendapatan bersih sebesar Rp22,1 triliun atau turun sebesar 26%  secara tahunan.

Sementara unit usaha di bidang pertambangan batubara yang dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA) mencatatkan  penurunan pendapatan sebesar 11% secara tahunan menjadi Rp 7,5 triliun dikarenakan penurunan rata-rata harga jual batubara. Namun, total penjualan batubara TTA sampai triwulan ketiga tahun 2020 mencapai 7,1 juta ton, naik 11% dari periode yang sama tahun 2019.

Baca Juga: Pertumbuhan kinerja berlanjut, analis rekomendasikan buy saham TOWR

Penurunan juga dialami oleh unit usaha di bidang pertambangan emas yang dijalankan oleh PT Agincourt Resources yang mengoperasikan tambang emas Martabe. Hingga September 2020, total penjualan dari tambang emas Martabe mencapai 256.000 ons atau turun sebesar 16% secara tahunan. Sehingga, pendapatan bersih unit usaha pertambangan emas turun sebesar 6% secara tahunan menjadi Rp 5,5 triliun.

Meskipun demikian, harga emas  yang solid membantu mengangkat margin sebelum pajak di segmen tambang emas menjadi 40,2% (berbanding 35,0% pada periode yang sama tahun lalu).

Stefanus mengatakan, volume penjualan emas yang lebih rendah disebabkan karena penurunan kualitas (grade) emas dan akibat dampak dari pandemi  seiring penurunan tingkat utilitas di wilayah pertambangan emas, di mana hanya sekitar 50% karyawan yang bekerja di kuartal ketiga 2020.

Baca Juga: Saham-saham ini paling cuan di bulan Oktober, analis sarankan hati-hati

“Kami memperkirakan volume penjualan emas secara triwulanan yang lebih baik pada kuartal keempat 2020 menyusul pemulihan bertahap tingkat utilisasi pada bulan Oktober untuk membantu mempertahankan pendapatan dari segmen tambang emas pada kuartal keempat,” terang Stefanus, Selasa (27/10).

BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan  rekomendasi beli (buy) saham konstituen Indeks Kompas100 ini dengan  target harga Rp 29.000. BRI Danareksa Sekuritas  meyakini pemulihan harga batubara akan terjadi tahun 2021.

Lebih lanjut, pengoperasian pembangkit listrik (PLTU) Tanjung Jati di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah pada akhir tahun 2021 akan membantu meningkatkan pendapatan UNTR di tahun-tahun mendatang. 

Selanjutnya: Penyebab laba Gudang Garam (GGRM) merosot 22% di tengah kenaikan pendapatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×