kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.950.000   -9.000   -0,46%
  • USD/IDR 16.378   -34,00   -0,21%
  • IDX 7.504   -11,44   -0,15%
  • KOMPAS100 1.056   -4,21   -0,40%
  • LQ45 790   -6,62   -0,83%
  • ISSI 254   0,41   0,16%
  • IDX30 411   -3,85   -0,93%
  • IDXHIDIV20 469   -4,76   -1,00%
  • IDX80 119   -0,61   -0,51%
  • IDXV30 123   -0,93   -0,75%
  • IDXQ30 131   -1,44   -1,08%

Laba Emiten Otomotif Kurang Ngegas di Semester I-2025, Ini Catatan Analis


Kamis, 07 Agustus 2025 / 05:35 WIB
Laba Emiten Otomotif Kurang Ngegas di Semester I-2025, Ini Catatan Analis
ILUSTRASI. Sederet emiten otomotif dan komponen telah melaporkan kinerja keuangannya hingga paruh pertama tahun 2025. Mayoritas kinerjanya terkoreksi. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/16/06/2025


Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sederet emiten otomotif dan komponen telah melaporkan kinerja keuangannya hingga paruh pertama tahun 2025. Mayoritas kinerjanya pun terkoreksi dari segi laba bersih. 

Dari jajaran emiten Grup Astra, PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) sama-sama mencatatkan penurunan laba masing-masing sebesar 2,15% dan 7,38%. Meski demikian, pendapatan keduanya masih tumbuh masing-masing 1,81% dan 4,22%. 

Di sisi lain, PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) justru mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 9,36%, dengan pendapatan naik 2,54% secara tahunan. 

Sementara itu, dari sektor komponen otomotif melaporkan hasil yang bervariasi. PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) mengalami penurunan pendapatan tipis sebesar 0,32%, dengan laba bersih yang terkoreksi cukup dalam hingga 21,94%. 

Kemudian, PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) mencatat pertumbuhan penjualan 2,93%, tapi harus menghadapi penurunan laba signifikan hingga 58,66%. PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) juga mengalami tekanan, dengan pendapatan yang turun 3,28% dan laba bersih terkoreksi 23,92%. 

Baca Juga: Bisnis Otomotif dan Tambang Tertekan, Laba ASII Turun Tipis

PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) menjadi salah satu yang menonjol dengan pendapatan naik 8,75% dan laba bersih melonjak 18,48%. Lalu, PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) tampil cukup solid dengan kenaikan laba bersih 1,31% dan peningkatan penjualan 8,55%.Tak ketinggalan, PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT) juga mengalami kenaikan kinerja fundamental dengan peningkatan pendapatan dan laba masing-masing 15,43% dan 109,65%

Emiten Otomotif Tak Menderu

Equity Research Analyst OCBC Sekuritas Farrell Nathanael mengatakan ada beberapa faktor utama yang menjadi beban berat bagi kinerja emiten otomotif di semester I-2025.

Pertama, faktor daya beli masyarakat yang melemah terutama di segmen kelas menengah.

Kedua, pertumbuhan ekonomi belum sepenuhnya kuat menambah sentimen negatif. Hal ini mencerminkan kondisi finansial masyarakat secara keseluruhan yang belum sepenuhnya pulih, sehingga konsumsi barang-barang non-esensial seperti kendaraan menjadi prioritas kedua.

Ketiga, kebijakan pajak dan kredit. Penyesuaian kebijakan pajak seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan opsen pajak juga memberikan tekanan pada harga jual kendaraan. Di sisi lain, kenaikan non performing loan (NPL) di sektor lembaga pembiayaan membuat mereka lebih selektif dalam menyalurkan kredit, yang pada akhirnya memperketat akses masyarakat untuk membeli kendaraan secara kredit.

Keempat, faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik dan potensi perang dagang juga turut membebani. Hal ini memicu kekhawatiran akan inflasi dan kenaikan suku bunga, yang dapat membuat masyarakat semakin menahan diri dari pembelian besar. Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga memberikan tekanan pada harga kendaraan.

Melihat kinerja yang lesu industri otomotif di semester I-2025, OCBC Sekuritas merevisi proyeksi penjualan mobil nasional menjadi sekitar 800.000 unit hingga akhir tahun 2025.

Dihubungi secara terpisah, VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menyampaikan bahwa tekanan yang dialami industri otomotif pada paruh pertama 2025 disebabkan oleh beberapa faktor utama. Pertama, penurunan permintaan terlihat dari angka penjualan yang hanya mencapai 474 ribu unit di semester I-2025, turun dari 505 ribu unit pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

"Bahkan, pangsa pasar mobil milik ASII juga menyusut menjadi 54%," jelas Audi kepada Kontan, Rabu (7/8).

Kedua, terjadi pergeseran permintaan menuju kendaraan listrik berbasis baterai (BEV), yang tercermin dari meningkatnya penjualan BEV hingga sekitar 35 ribu unit, dengan BYD mendominasi pasar sekitar 39%.

Baca Juga: Pelambatan Ekonomi Bayangi Emiten Komponen Otomotif, Begini Rekomendasi Analis

Ketiga, pelemahan sektor pembiayaan turut menjadi faktor penekan. Berdasarkan data OJK per Mei 2025, pembiayaan kendaraan baru turun 0,24% secara tahunan menjadi Rp234 triliun. Sejalan dengan itu, tingkat kredit bermasalah (NPF) gross untuk perusahaan multifinance naik menjadi 2,57% dari bulan sebelumnya yang sebesar 2,43%.

Prospek di Sisa Tahun 2025

Farrell juga menerangkan ada berbagai sentimen yang akan mendukung industri otomotif di sisa tahun 2025, seperti, sentimen penurunan suku bunga.

"Ekspektasi akan adanya penurunan suku bunga dapat meringankan beban cicilan kredit kendaraan, yang berpotensi mendorong daya beli masyarakat," kata Farrel kepada Kontan, Rabu (6/8).

Lalu ada sentimen belanja pemerintah. Menurutnya, peningkatan belanja pemerintah di akhir tahun umumnya dapat menggerakkan roda perekonomian dan memberikan sentimen positif bagi industri.

Terakhir, industri otomotif juga akan didukung oleh sentimen hari kerja yang lebih panjang. Dengan tidak adanya hari libur panjang atau pemotongan cuti bersama, aktivitas ekonomi dan produktivitas diharapkan meningkat.

"Kami tetap optimis bahwa prospek penjualan mobil akan terus tumbuh dalam jangka panjang. Hal ini didukung oleh tingkat kepemilikan mobil yang masih relatif rendah di Indonesia, serta peningkatan pendapatan per kapita dan pemerataan kekayaan," ujar Farrel.

Baca Juga: Astra Otoparts (AUTO) Perkuat Segmen Perdagangan Komponen Otomotif dan Ekspor

Audi menilai prospek industri otomotif masih menghadapi tantangan hingga akhir 2025. Namun, kondisi ini berpotensi membaik seiring dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga yang dapat mendorong kembali peningkatan penjualan. 

"Selain itu, permintaan terhadap produk BEV diperkirakan akan terus tumbuh secara berkelanjutan," terang Audi

OCBC Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli untuk saham ASII dengan target harga Rp 5.800.

Sementara Audi merekomendasikan saham trading buy saham ASII dan AUTO di target harga masing-masing Rp 5.225 dan Rp 2.300 per saham.

Selanjutnya: Wall Street Menguat Rabu (6/8), Nasdaq Melesat 1% Dipimpin Lonjakan Saham Apple

Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Hari Ini Kamis 7 Agustus 2025: Keuangan dan Karier Aries Hoki

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×