Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mencatatkan kinerja positif selama kuartal I-2025. Dengan basis yang kuat pada tiga bulan pertamanya, GOTO disebut telah mencapai kondisi keuangan yang kuat.
Pada kuartal I-2025, GOTO berhasil mencatatkan adjusted EBITDA (EBITDA yang disesuaikan) sebesar Rp 393 miliar, terbang 289,10% dari level Rp 101 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Dengan nilai bruto transaksi (GTV) inti yang naik 54% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 83,2 triliun, perseroan mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp 4,2 triliun, naik 37% secara YoY. Nilai insentif yang meningkat menjadi penyebab utama gap antara GTV dengan pendapatan bersih perseroan.
Pun, rugi bersih terpangkas hingga sepertiga dari periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 276 miliar.
Baca Juga: Segera Gelar RUPS, GOTO Batalkan Private Placement 120,14 Miliar Saham
Secara keseluruhan, Analis Deutsche Bank Peter Milliken menyebut kinerja GOTO pada periode ini tergolong baik, terutama akibat momentum ramadan yang berjalan sepenuhnya pada kuartal I-2025.
“Perusahaan kini berada dalam posisi yang sangat kuat dibandingkan dengan posisi keuangan yang tertekan setahun lalu. Pasar akan menyadari hal ini selama 2025” sebut Peter dalam riset 30 April 2025.
Bukan tanpa sebab, optimisme Peter itu disebutnya berdasarkan kinerja solid, kekuatan merek franchise yang besar, serta potensi aksi korporasi seperti merger dan akuisisi yang menurut proyeksinya bisa memberikan nilai tambah sekitar 9% terhadap saham perusahaan.
Peter bahkan menyebut saham GOTO sebagai pilihan utama di antara perusahaan-perusahaan teknologi-internet Asia Tenggara dan Korea yang diliputnya. “Saham ini berpotensi naik sekitar 39%,” imbuhnya.
Baca Juga: GOTO Rombak Jajaran Komisaris dan Direksi, Boy Thohir dan Sejumlah Nama Mundur
Kendati begitu, GOTO tetap menghadapi berbagai tantangan. Peter mencermati ada setidaknya empat risiko yang membayangi perseroan. Pertama, terkait peta persaingan yang masih cukup intens.
“Pemotongan subsidi oleh GoTo memberikan peluang bagi pihak lain, atau bahkan pendatang baru, untuk berinvestasi besar-besaran guna memperebutkan pangsa,” katanya.
Kedua, soal harga bahan bakar. Peter bilang kenaikan harga BBM dapat mengurangi daya beli konsumsi tersier masyarakat yang buntutnya turut memengaruhi margin perseroan.
Dus, Peter juga mengantisipasi penggunaan saldo kas bersih yang tinggi untuk akuisisi berkualitas rendah, serta pertumbuhan perusahaan yang tak beriringan dengan dukungan regulasi dan eksekusi yang tepat dari perseroan.
Namun secara keseluruhan, Peter memandang positif saham GOTO dan memberikan rekomendasi buy, dengan target harga akhir tahun di level Rp 115 per saham.
Selanjutnya: Fntech Lending Modalku Beberkan Sejumlah Tantangan yang Dihadapi pada Tahun Ini
Menarik Dibaca: Desain Kamar Tidur Tradisional: Perpaduan Klasik dan Modern untuk Rumah Idaman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News