Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah transformasi bisnis yang terus berlangsung, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) justru mencatatkan kinerja keuangan yang kurang memuaskan pada tiga bulan pertama 2025.
Merujuk laporan keuangan perusahaan, pendapatan dari kontrak dengan pelanggan TOBA menyusut 42,47% year on year (yoy) menjadi US$ 71,52 juta pada kuartal I-2025.
TOBA juga menderita rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 60,06 juta pada kuartal I-2025, padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya emiten ini masih meraih laba bersih US$ 11,53 juta.
Manajemen TOBA beralasan, penurunan kinerja perusahaan terjadi seiring perubahan komposisi bisnis dan selesainya divestasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Dalam catatan Kontan, TOBA melakukan divestasi atas PLTU Sulut-3 dan PLTU Sulbagut-1.
Dengan lepasnya aset PLTU tersebut, TOBA mencatatkan rugi atas divestasi entitas anak senilai US$ 50,98 juta pada kuartal I-2025.
Baca Juga: TBS Energi Utama Tbk (TOBA) Catat EBITDA US$ 15,8 Juta pada Kuartal I-2025
Walau begitu, TOBA tetap mampu mencatatkan EBITDA yang sehat dan total arus kas bersih yang mencerminkan fundamental kuat dalam menjalankan kegiatan usaha perusahaan.
Hingga akhir kuartal I-2025, EBITDA disesuaikan TOBA mencapai US$ 15,8 juta, sementara posisi total arus kas bersih berada di level US$ 44,1 juta yang berdampak pada peningkatan posisi cash balance menjadi sebesar US$ 126,1 juta, sehingga menunjukkan posisi likuiditas yang kuat.
Direktur TBS Energi Utama Juli Oktarina menyampaikan, realisasi kinerja keuangan kuartal I-2025 perlu dilihat dalam konteks transformasi jangka panjang yang sedang TOBA jalankan.
“Secara fundamental, kami terus menghasilkan arus kas yang sehat, dan tetap fokus menciptakan nilai tambah dari lini bisnis berkelanjutan kami,” ujar dia dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (28/5).
Untuk ke depannya, TOBA akan terus memperkuat fondasi bisnis hijau dan menjajaki peluang pertumbuhan di bidang solusi pengelolaan limbah, mobilitas listrik, serta energi terbarukan, dengan komitmen pada profitabilitas dan dampak positif jangka panjang. TOBA bakal terus melanjutkan agenda transformasi dengan disiplin dan rasa optimisme.
Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila menilai, selain kehilangan potensi pendapatan dari PLTU yang telah dilepas, pelemahan kinerja TOBA juga disebabkan oleh imbas strategi transisi bisnis dari sebelumnya batubara atau energi fosil ke energi hijau. Transis ini membutuhkan investasi dan menelan biaya operasional yang tinggi.
“Pendapatan dari batubara yang ada saat ini juga tergerus oleh fluktuasi harga komoditas tersebut,” imbuh dia, Jumat (30/5).
Peluang perbaikan kinerja TOBA akan bergantung pada normalisasi harga batubara di pasar global. Jika itu terjadi, setidaknya margin yang didapatkan TOBA bakal lebih stabil.
Di sisi lain, Head of Research Korea Investment & Sekuritas Indonesia Muhammad Wadi menilai, jalan TOBA untuk meraih peningkatan kinerja selepas kuartal pertama masih berat. Ini mengingat bisnis terkait energi terbarukan yang dijalankan oleh TOBA masih dalam tahap awal, sehingga tidak bisa langsung jadi penopang utama kinerja emiten tersebut dalam waktu dekat.
“Butuh waktu 2 tahun — 3 tahun sampai bisa net profit,” kata dia, Jumat (30/5).
Wafi merekomendasikan netral saham TOBA dengan target harga Rp 400 per saham. Sedangkan Indy merekomendasikan speculative buy saham TOBA dengan target harga di kisaran Rp 535—Rp 570 per saham.
Selanjutnya: Jadwal dan Niat Puasa Sunnah Jelang Idul Adha 2025 Lengkap
Menarik Dibaca: Samsung A15 Harga Mei 2025 Hemat Banget, Cocok Buat Semua Kalangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News