Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja indeks sektor infrastruktur terpantau melandai sejak awal tahun 2025 di tengah sentimen pengetatan anggaran.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDX Infrastructure (IDX Infra) terjun 5,72% secara year to date (YTD).
Di sisi lain, pagu anggaran Kementerian Pekerjaan Umum (PU) tahun 2025 dipangkas Rp 81,3 triliun, sebagai tindak lanjut dari kebijakan efisiensi anggaran kementerian dan lembaga di tahun ini.
Berdasarkan catatan Kontan, alokasi anggaran Kementerian PU hanya tersisa Rp 29,57 triliun pada tahun 2025, dari sebelumnya dialokasikan sebesar Rp 110,95 triliun.
Baca Juga: IHSG Ambruk 1,93% ke Level 6.742, Top Losers LQ45: BRPT, UNVR dan MAPA, Jumat (7/2)
Efisiensi anggaran itu akan berdampak pada beberapa proyek infrastruktur, di antaranya untuk proyek sumber daya air, jaringan irigasi, serta pembangunan jalan dan jembatan. Kebijakan efisiensi anggaran itu pun membuat kinerja emiten konstituen infrastruktur, khususnya dari segmen konstruksi bisa melambat.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan melihat, sektor infrastruktur sebenarnya sempat menguat sekitar di awal bulan Januari, tetapi terjadi pelemahan yang cukup signifikan di akhir Januari dan awal Februari.
“Namun, pelemahan ini tidak terbatas pada sektor infrastruktur saja, sebab Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri memang sedang melemah,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (7/2).
Jika melihat lebih dalam, kinerja emiten konstituen IDX Infra dari bisnis energi terbarukan, seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), tengah jatuh. Padahal, BREN sebelumnya menopang kinerja indeks ini.
Melansir RTI, saham BREN melorot 24,26% sejak awal tahun alias year to date (YTD).
“Hal itu ditambah dengan emiten lain pada sektor yang pergerakannya cenderung melemah, baik pada konstruksi maupun telekomunikasi. Jadi, wajar jika sektor infrastruktur terlihat melemah signifikan,” tuturnya.
Baca Juga: Harga Saham BUMN Turun, Cek Saham yang Diprediksi Beri Dividen Besar Tahun 2025
Untuk prospek tahun 2025, kinerja IDX Infra dalam jangka pendek mungkin masih akan menunjukkan pelemahan. Apalagi, gagalnya BREN masuk indeks MSCI membuat harga saham emiten grup Prajogo Pangestu itu kemungkinan akan berlanjut turun.
Sementara, emiten konstruksi juga belum ada sentimen positif. Emiten konstruksi malah dirundung sentimen negatif, seperti pemangkasan anggaran infrastruktur yang menyebabkan proyek tertunda.
“Sentimen-sentimen itu berpotensi mendorong kemungkinan emiten telekomunikasi akan memiliki kinerja yang jauh lebih baik. Salah satunya didukung dari aksi merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN),” ungkapnya.
Alhasil, Ekky masih menjagokan emiten telekomunikasi yang bakal menopang kinerja IDX Infra tahun ini. Khususnya untuk PT Indosat Tbk (ISAT) dan EXCL yang diberi target harga masing-masing Rp 3.000 per saham dan Rp 2.600 per saham.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas melihat, penurunan kinerja IDX Infra salah satunya disebabkan aksi profit taking pada saham yang memang sudah naik tinggi dan memiliki bobot besar pada indeks.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Emiten yang Memiliki Obligasi Jatuh Tempo di Bulan Ini
Selain itu, ada sentimen negatif dari pasar global yang membuat saham blue chips jadi sasaran jual investor asing.
“Selanjutnya, penurunan saham grup PP yang terkena sentimen buruk akibat gagal masuk indeks MSCI dan direspons negatif oleh pelaku pasar,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (7/2).
Menurut Sukarno, konstituen yang menjadi pemberat kinerja IDX Infra secara YTD adalah BREN, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), ISAT, PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA), dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).
Sedangkan, konstituen yang menjadi penopang secara YTD adalah PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP), EXCL, PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), FREN, PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk (PORT), PT Remala Abadi Tbk (DATA), PT Link Net Tbk (LINK), PT Berdikari Pondasi Perkasa Tbk (BDKR) dan PT Terrega Asia Energy Tbk (TGRA).
Baca Juga: Sejumlah Emiten Punya Obligasi Jatuh Tempo Bulan Februari, Simak Prospek Kinerjanya
Di tahun 2025, kinerja konstituen IDX Infra masih prospektif di tengah penurunan suku bunga. Hanya saja, ada tantangan ketidakpastian ekonomi bisa membuat kinerja terdampak.
“Saham di industri telekomunikasi memiliki peluang untuk menjadi penopang indeks, selain saham seperti PGEO dan BREN bisa menjadi penopang atau bisa sebaliknya,” tuturnya.
Terkait pemangkasan anggaran infrastruktur, kemungkinan dampaknya tidak akan terlalu signifikan terhadap kinerja IDX Infra secara keseluruhan. Sebab, saham emiten konstruksi yang terkena dampak secara langsung memiliki bobot yang kecil terhadap indeks.
Sentimen positif untuk kinerja emiten konstituen IDX Infra di tahun ini berasal dari sisi makroekonomi dan potensi penurunan suku bunga bank sentral.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten EBT di Tengah Sentimen Eksternal dan Domestik
“Sedangkan, sentimen negatif berasal dari pelemahan rupiah dan ketidakpastian ekonomi global,” ungkapnya.
Sukarno pun merekomendasikan hold untuk TLKM dengan target harga Rp 2.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News