Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja indeks Kompas100 diperkirakan bisa lebih baik di tahun 2025, meskipun masih bakal menghadapi tantangan berat.
Sepanjang tahun 2024, indeks Kompas100 tercatat parkir di zona merah. Indeks ini tercatat terkoreksi 9,81% secara year to date (YTD) di hari terakhir perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun lalu, yaitu pada 30 Desember 2024.
Penurunan kinerja indeks Kompas100 itu pun sejalan dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Di akhir perdagangan tahun 2024, IHSG ditutup turun 2,65% YTD di level 7.079.
Sementara, kinerja Kompas100 di akhir perdagangan Jumat (3/1) kemarin tercatat naik 1,21% YTD.
Baca Juga: IHSG Naik Tipis, GOTO Top Leader Saat Saham Bank Top Laggards pada Jumat (3/1)
Analis Phillip Sekuritas Helen Vincentia melihat, kinerja indeks Kompas100 di tahun 2024 dipengaruhi oleh beberapa faktor.
“Seperti, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, konflik geopolitik, dan perkembangan tahun politik, yang mana Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sama-sama melangsungkan pemilihan presiden (pilpres),” ujarnya kepada Kontan, Jumat (3/1).
Sejumlah saham konstituen Kompas100 yang dinilai Helen memimpin sepanjang tahun 2024 adalah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Sedangkan, saham laggards di konstituen Kompas100 adalah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Di tahun 2025, pasar masih akan memperhatikan kebijakan The Fed terkait penurunan suku bunga yang diproyeksikan hanya akan terjadi dua kali.
“Selain itu, pasar juga akan memperhatikan kebijakan yang berpotensi diambil oleh Presiden Terpilih AS, Donald Trump,” paparnya.
Di tengah sentimen yang masih tak menentu di sepanjang tahun ini, Helen melihat sektor consumer discretionary dan consumer staples bisa dilirik oleh investor.
Head of Investment Specialist PT Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah Budiman melihat, kenaikan kinerja indeks Kompas100 pada dua hari pertama bursa di tahun 2025 disebabkan oleh kenaikan kinerja saham perbankan konstituen indeks.
“Beberapa saham yang memiliki kontribusi besar pada indeks Kompas100 mengalami kenaikan, terutama di saham perbankan yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (3/1).
Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah kenaikan pada dua hari pertama belum diikuti dengan nilai transaksi yang tergolong signfikan. Melansir data BEI, nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,41 triliun per 3 Januari.
Selain itu, saham-saham konstituen Kompas100 yang tergolong bluechip, pergerakannya sangat dipengaruhi oleh aliran keluar dan masuk dana asing.
Sayangnya, aliran dana asing sejauh ini belum terlihat cukup stabil. Melansir RTI, dana asing yang keluar dari pasar saham Indonesia tercatat sebesar Rp 16,84 miliar YTD per 3 Januari.
Menurut Fath, salah satu saham konstituen Kompas100 dengan momentum teknikal yang tergolong positif adalah GOTO. Berdasarkan analisa teknikal, saham GOTO memiliki support di level Rp 67 per saham dan resistance di level Rp 81 per saham.
“Apabila berhasil melewati resistance terdekat, GOTO berpotensi melanjutkan kenaikan dan menjadi salah satu yang bisa memberikan kontribusi positif untuk indeks Kompas100,” ungkapnya.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan melihat, penurunan kinerja indeks Kompas100 sebesar 9,81% sepanjang tahun 2024 disebabkan oleh derasnya aliran keluar dana asing dari pasar modal Indonesia.
Saham-saham dengan bobot besar di Kompas100, khususnya dari sektor perbankan, terkena dampak signifikan dari arus keluar dana ini.
Sejumlah sentimen global, seperti kekhawatiran perang tarif dan potensi penahanan penurunan suku bunga The Fed, juga menambah tekanan terhadap kinerja pasar modal Indonesia secara keseluruhan.
“Hanya saham-saham konglomerasi, seperti PT Petrosea Tbk (PTRO), yang sedang menikmati momentum positif, baik dari kenaikan harga komoditas maupun aksi korporasi strategis. Mereka ini yang menopang indeks,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (3/1),
Ekky melihat, kinerja konstituen Kompas100 di tahun 2025 bisa lebih baik. Namun, ini dengan catatan bahwa stabilitas pasca Pemilu 2024 tetap terjaga dan pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan di kisaran atau di atas 5%.
Selain itu, kebijakan pemerintah baru yang mendukung sektor-sektor utama indeks akan menjadi katalis penting.
Valuasi saham-saham berkapitalisasi pasar besar alias big caps saat ini juga sudah tergolong menarik. Hal tersebut ditambah dengan fenomena aliran dana asing keluar dari pasar modal Indonesia yang tidak akan bertahan selamanya.
“Setelah kekhawatiran perang tarif pasar global mereda, arus dana asing diharapkan kembali masuk ke pasar saham domestik,” paparnya.
Baca Juga: Siap-siap! Ini Sektor & Saham Unggulan Analis Mengantisipasi Hadirnya Window Dressing
Menurut Ekky, sektor energi masih menjadi pilihan utama di tahun 2025. Hal itu didukung oleh permintaan energi global yang kuat dan bisa memengaruhi saham-saham terkait.
Misalnya, perekonomian India masih tumbuh pesat dan stimulus ekonomi China yang diharapkan dapat meningkatkan kebutuhan energi.
Dari sektor energi, Ekky menyarankan investor melirik PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) karena valuasi saham serta pembagian dividen keduanya masih menarik. Target harga untuk PTBA ada di level Rp 3.600 per saham dan untuk ITMG di Rp 35.000 per saham.
Lalu, ADRO juga menarik untuk dilirik karena adanya diversifikasi bisnis ke energi baru terbarukan yang didukung oleh pemerintah. Target harga untuk ADRO ada di Rp 3.200 per saham.
Sementara, sektor telekomunikasi juga disarankan untuk dilirik oleh investor. PT Indosat Tbk (ISAT) menarik untuk dipilih lanaran valuasi saham yang masih murah dan kinerja operasional yang membaik. Target harga untuk ISAT ada di Rp 3.000 per saham.
PT XL Axiata Tbk (EXCL) bisa dilirik dengan target harga di Rp 2.800 per saham. Sentimen untuk EXCL berasal dari aksi merger dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) yang berpotensi meningkatkan kinerja EXCL di masa mendatang.
Selanjutnya: Rusia Tolak Usulan Masuknya Jerman dan Jepang Jadi Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB
Menarik Dibaca: Macam-macam Makanan yang Tidak Menaikkan Kadar Gula Darah dalam Tubuh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News