kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.660.000   -10.000   -0,60%
  • USD/IDR 16.280   55,00   0,34%
  • IDX 6.743   -132,96   -1,93%
  • KOMPAS100 996   -6,22   -0,62%
  • LQ45 785   7,24   0,93%
  • ISSI 204   -4,64   -2,22%
  • IDX30 407   4,40   1,09%
  • IDXHIDIV20 490   7,18   1,49%
  • IDX80 114   0,52   0,46%
  • IDXV30 118   0,81   0,69%
  • IDXQ30 135   1,91   1,44%

Kinerja Sektor Infrastruktur Tertekan, Cermati Prospek Kinerja Konstituennya


Jumat, 07 Februari 2025 / 19:28 WIB
Kinerja Sektor Infrastruktur Tertekan, Cermati Prospek Kinerja Konstituennya
ILUSTRASI. Suasana main hall Butsa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (23/1/2025). Kinerja indeks sektor infrastruktur terpantau melandai sejak awal tahun 2025 di tengah sentimen pengetatan anggaran.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja indeks sektor infrastruktur terpantau melandai sejak awal tahun 2025 di tengah sentimen pengetatan anggaran.

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDX Infrastructure (IDX Infra) terjun 5,72% secara year to date (YTD).

Di sisi lain, pagu anggaran Kementerian Pekerjaan Umum (PU) tahun 2025 dipangkas Rp 81,3 triliun, sebagai tindak lanjut dari kebijakan efisiensi anggaran kementerian dan lembaga di tahun ini. 

Berdasarkan catatan Kontan, alokasi anggaran Kementerian PU hanya tersisa Rp 29,57 triliun pada tahun 2025, dari sebelumnya dialokasikan sebesar Rp 110,95 triliun. 

Baca Juga: IHSG Ambruk 1,93% ke Level 6.742, Top Losers LQ45: BRPT, UNVR dan MAPA, Jumat (7/2)

Efisiensi anggaran itu akan berdampak pada beberapa proyek infrastruktur, di antaranya untuk proyek sumber daya air, jaringan irigasi, serta pembangunan jalan dan jembatan. Kebijakan efisiensi anggaran itu pun membuat kinerja emiten konstituen infrastruktur, khususnya dari segmen konstruksi bisa melambat.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan melihat, sektor infrastruktur sebenarnya sempat menguat sekitar di awal bulan Januari, tetapi terjadi pelemahan yang cukup signifikan di akhir Januari dan awal Februari.

“Namun, pelemahan ini tidak terbatas pada sektor infrastruktur saja, sebab Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri memang sedang melemah,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (7/2).

Jika melihat lebih dalam, kinerja emiten konstituen IDX Infra dari bisnis energi terbarukan, seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), tengah jatuh. Padahal, BREN sebelumnya menopang kinerja indeks ini.

Melansir RTI, saham BREN melorot 24,26% sejak awal tahun alias year to date (YTD).

“Hal itu ditambah dengan emiten lain pada sektor yang pergerakannya cenderung melemah, baik pada konstruksi maupun telekomunikasi. Jadi, wajar jika sektor infrastruktur terlihat melemah signifikan,” tuturnya.

Baca Juga: Harga Saham BUMN Turun, Cek Saham yang Diprediksi Beri Dividen Besar Tahun 2025

Untuk prospek tahun 2025, kinerja IDX Infra dalam jangka pendek mungkin masih akan menunjukkan pelemahan. Apalagi, gagalnya BREN masuk indeks MSCI membuat harga saham emiten grup Prajogo Pangestu itu kemungkinan akan berlanjut turun.

Sementara, emiten konstruksi juga belum ada sentimen positif. Emiten konstruksi malah dirundung sentimen negatif, seperti pemangkasan anggaran infrastruktur yang menyebabkan proyek tertunda. 

“Sentimen-sentimen itu berpotensi mendorong kemungkinan emiten telekomunikasi akan memiliki kinerja yang jauh lebih baik. Salah satunya didukung dari aksi merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN),” ungkapnya.

Alhasil, Ekky masih menjagokan emiten telekomunikasi yang bakal menopang kinerja IDX Infra tahun ini. Khususnya untuk PT Indosat Tbk (ISAT) dan EXCL yang diberi target harga masing-masing Rp 3.000 per saham dan Rp 2.600 per saham.

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas melihat, penurunan kinerja IDX Infra salah satunya disebabkan aksi profit taking pada saham yang memang sudah naik tinggi dan memiliki bobot besar pada indeks.

Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Emiten yang Memiliki Obligasi Jatuh Tempo di Bulan Ini

Selain itu, ada sentimen negatif dari pasar global yang membuat saham blue chips jadi sasaran jual investor asing. 



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×