kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.546.000   5.000   0,32%
  • USD/IDR 16.205   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.065   -15,76   -0,22%
  • KOMPAS100 1.047   -0,56   -0,05%
  • LQ45 821   -0,42   -0,05%
  • ISSI 210   -0,21   -0,10%
  • IDX30 422   -0,40   -0,10%
  • IDXHIDIV20 504   -0,41   -0,08%
  • IDX80 120   -0,22   -0,18%
  • IDXV30 123   -0,06   -0,04%
  • IDXQ30 140   -0,22   -0,16%

Sektor Infrastruktur Masih Tertekan, Simak Prospek dan Rekomendasi Sahamnya


Selasa, 10 Desember 2024 / 18:58 WIB
Sektor Infrastruktur Masih Tertekan, Simak Prospek dan Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Per 10 Desember 2024, indeks IDX Infrastructure mengalami kontraksi 5,05% sejak awal tahun alias year to date (YTD). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/06/11/2024


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten sektor infrastruktur masih belum kokoh. Masih banyak sentimen negatif yang membuat pembangunan infrastruktur Tanah Air tersendat di sepanjang tahun 2024.

Melansir laman Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks IDX Infrastructure mengalami kontraksi 5,05% sejak awal tahun alias year to date (YTD) pada perdagangan hari ini, Selasa (10/12).

Research Analyst Phintraco Sekuritas, Aditya Prayoga melihat, kinerja IDX Infrastructure masih lesu lantaran suku bunga tinggi yang masih menjadi tantangan utama bagi sektor ini. Hal ini mengingat struktur modal para emiten infrastruktur yang cenderung didominasi oleh utang. 

“Kondisi ini membuat sektor infrastruktur rentan terhadap tekanan biaya bunga yang lebih tinggi, sehingga margin keuntungan tergerus dan kinerja bottom line perseroan tertekan,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (10/12).

Baca Juga: Simak Rekomendasi Emiten Konstruksi yang Bakal Terdampak PPN 12%

Ke depan, emiten sektor infrastruktur masih akan mengalami perkembangan yang relatif flat. Sebab, pemangkasan anggaran infrastruktur tahun 2025 diperkirakan akan berdampak pada kinerja sektor ini.

Namun demikian, sejumlah proyek-proyek strategis nasional (PSN) yang akan dijalankan maupun dilanjutkan oleh pemerintah, salah satunya Ibu Kota Nusantara (IKN), akan menjadi motor utama dalam menggerakan sektor ini. 

Selain itu, pasar juga mencermati arah kebijakan Bank Indonesia (BI) maupun The Fed, utamanya terkait dengan suku bunga di tahun 2025. 

“Pertanyaan utamanya adalah apakah BI akan melanjutkan tren pemangkasan suku bunga untuk mendorong perekonomian, atau memilih menahan suku bunga demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” paparnya.

Baca Juga: Kinerja Emiten Telekomunikasi Diproyeksi Positif, Cek Rekomendasi TLKM, EXCL dan ISAT

Menurut Aditya, saham emiten telekomunikasi konstituen IDX Infrastructure bisa menjadi pilihan utama bagi para investor, mengingat prospek digitalisasi yang terus berkembang. 

Sektor telekomunikasi juga bakal tersengat peningkatan kebutuhan konektivitas dan layanan berbasis data yang diproyeksikan terus tumbuh positif dalam beberapa tahun ke depan. 

“Sementara itu, saham konstruksi dan jalan tol mungkin masih menghadapi tekanan terkait dengan penurunan anggaran. Tetap, potensi perbaikan kinerja masih akan muncul jika tren suku bunga tinggi segera berakhir,” paparnya.

Aditya pun merekomendasikan beli untuk ISAT dan EXCL dengan target harga Rp 3.000 per saham dan Rp 2.900 per saham.

Founder Stocknow.id Hendra Wardana melihat, penurunan kinerja IDX Infrastructure sejak awal tahun 2024 mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh emiten konstituennya, seperti sektor telekomunikasi, konstruksi, jalan tol, energi, dan utilitas.

Penurunan tersebut dipengaruhi oleh tekanan suku bunga global, efisiensi belanja pemerintah pada proyek infrastruktur, dan volatilitas harga energi. 

Emiten seperti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) dari sektor telekomunikasi memang menunjukkan stabilitas berkat pertumbuhan permintaan layanan data, tetapi terdapat kompetisi tarif yang menekan margin keuntungan. 

Emiten sektor jalan tol yang diwakili PT Jasa Marga Tbk (JSMR) juga memberikan kontribusi positif melalui peningkatan volume lalu lintas. Sedangkan, emiten sektor energi dan utilitas menghadapi tantangan dari fluktuasi harga dan tingginya biaya operasional. 

“Sentimen utama penggerak kinerja indeks IDX Infrastructure secara keseluruhan mencakup arah kebijakan pemerintah, tingkat suku bunga, dan kondisi ekonomi domestik,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (10/12)

Ke depan, prospek kinerja IDX Infrastructure di akhir tahun 2024 hingga tahun 2025 sangat bergantung pada kebijakan paska pemilu, terutama terkait proyek strategis nasional (PSN).

Jika pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur, kinerja indeks ini berpeluang bangkit. Apalagi, jika suku bunga mulai turun, sehingga sektor konstruksi dan energi dapat memperoleh katalis positif. 

“Namun, risiko, seperti keterbatasan fiskal pemerintah dan potensi pelemahan konsumsi masyarakat, juga perlu diwaspadai,” ungkapnya.

Menurut Hendra, emiten telekomunikasi, seperti TLKM, diproyeksikan masih tetap unggul lantaran didukung oleh digitalisasi yang terus berkembang. Kinerja JSMR juga memiliki prospek cerah dengan rencana ekspansi ruas tol baru dan potensi kenaikan tarif tol. 

“Sektor konstruksi mungkin menghadapi tekanan lebih besar akibat risiko keterlambatan pembayaran proyek pemerintah,” katanya.

Baca Juga: Emiten Jalan Tol Belum Ngebut per Kuartal III, Cek Rekomendasi Sahamnya

Hendra pun merekomendasikan beli untuk TLKM dengan target harga di Rp 3.130 per saham. Alasannya, terdapat potensi pertumbuhan layanan data dan digitalisasi bisnis yang mendorong kinerja TLKM.

EXCL disarankan buy on weakness di level Rp 2.260 per saham, dengan target harga Rp 2.500 per saham, didorong dengan ekspansi jaringan dan pertumbuhan layanan data. 

Rekomendasi buy on weakness juga diberikan untuk JSMR juga di level Rp 4.360 per saham, dengan target harga Rp 4.700 per saham. Kinerja JSMR didukung oleh stabilitas pendapatan dari kenaikan lalu lintas tol. 

Sementara itu, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) direkomendasikan trading buy dengan target harga Rp 1.125 per saham. Kinerja SSIA ditopang oleh peluang pertumbuhan kawasan industri dan proyek strategis. 

“Dengan pendekatan yang selektif, investor dapat memanfaatkan peluang di IDX Infrastructure untuk mendapatkan hasil yang optimal di tengah potensi pemulihan kinerja indeks pada 2024 hingga 2025,” ungkapnya.

Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas melihat, yang menopang kinerja indeks IDX Infrastructure setidaknya hingga tahun 2025 adalah emiten dari sektor telekomunikasi, seperti ISAT dan EXCL.

“Pengecualian untuk TLKM yang masih tertekan. Tapi, TLKM selama ini memang dikenal sebagai index stabilizer,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (10/12).

Baca Juga: Emiten Gencar Divestasi Anak Usaha, Cermati Rekomendasi Sahamnya

Sementara, kinerja emiten sektor konstruksi kinerjanya masih memberatkan indeks IDX Infrastructure. Sebab, emiten sektor konstruksi masih tersandung masalah arus kas negatif. 

“Sehingga, implementasi arus kas dan kredit, serta good corporate governance harus segera dilakukan,” paparnya.

Untuk emiten jalan tol, saat ini katalisnya masih positif. Hal ini didorong oleh kenaikan mobilitas masyarakat dan adanya kenaikan tarif tol di tahun 2025.

“Namun, perlu diingat juga, pemerintah masih berkomitmen untuk membangun infrastruktur proyek strategis nasional. Sehingga, akan memberikan dampak positif ke kinerja emiten konstituen IDX Infrastructure di tahun depan,” paparnya.

Nafan pun merekomendasikan buy on weakness untuk JSMR dengan target harga Rp 4.710 per saham. Rekomendasi accumulative buy untuk EXCL, ISAT, dan TLKM dengan target harga masing-masing Rp 2.340 per saham, Rp 2.530 per saham, dan Rp 2.850 per saham.

Rekomendasi accumulate ADHI diberikan untuk ADHI, PTPP, dan WIKA dengan target harga masing-masing Rp 276 per saham, Rp 418 per saham, dan Rp 358 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×